Renminbi Mata Uang Dunia, Permintaan USD di RI Berkurang

Senin, 18 Januari 2016 - 12:48 WIB
Renminbi Mata Uang Dunia, Permintaan USD di RI Berkurang
Renminbi Mata Uang Dunia, Permintaan USD di RI Berkurang
A A A
JAKARTA - Renminbi atau Yuan, nampaknya semakin siap untuk menjadi mata uang dunia setelah Dana Monoter Internasional (IMF) sempat memberi sinyal China akan bergabung dengan grup cadangan mata uang internasional tahun ini. Hal ini diyakini Menteri Perdagangan (Mendag) Thomas Lembong akan menjadi keuntungan tersendiri untuk Indonesia selain negara-negara maju di dunia.

Dia menerangkan keuntungan utama untuk Republik Indonesia (RI) yakni bisa menghemat permintaan dolar Amerika Serikat (USD) sebesar USD10 miliar pertahun. "Kita bisa menghemat permintaan USD dan digantikan dengan renmimbi," jelasnya di kantor Kementerian Perdagangan, Jakarta, Senin (18/1/2016)‎.

(Baca Juga: Renminbi Mata Uang Dunia, Mendag Ajak Setop Ketergantungan USD)

"Contoh spesifiknya adalah impor kita ke China pertahun sebesar USD30 miliar, bisa menghemat permintaan dolar itu cukup besar. Katakan sepertiganya bisa dialihkan dari dolar ke renmimbi, itu akan mengurangi permintaan domestik terhadap dolar sebesar USD10 miliar/tahun," sambungnya.

Dia memperkirakan saat ini kemungkinan antara 4-8% perdagangan Indonesia ke China itu sudah menggunakan mata uang renmimbi, namun aviliasinya masih oleh perusahaan China di Indonesia. (Baca Juga: Ekspor Indonesia Diuntungkan Perubahan Yuan Jadi Mata Uang Dunia)

"Jadi masih perusahaan China di Indonesia, begitu perlu impor komponen bahan baku dari China sudah langsung menukarkan rupiahnya ke renmimbi. Guna membayar itu, (aviliasi mereka sendiri)," ucapnya.

(Baca Juga: Renminbi Bikin Perdagangan RI-China Efisien)

Saat ini, pemerintah mengaku masih dalam tahap persiapan untuk menyambut renmimbi sebagai mata uang dunia. Persiapan tersebut sebetulnya sudah mulai disiapkan sejak tahun lalu.

"Mulai ada langkah-langkah kecil misalnya tahun lalu waktu 3 bank BUMN, yakni Mandiri, BRI dan BNI, mereka mengmbil pinjaman dari China Development Bank, besarnya USD3 miliar, itu 20% sudah berupa renmimbi, bukan dolar. Jadi itu langkah kecil dan awalnya. Sebetulnya, ada tahap-tahapan lain, tapi saya tidak mau mendahului Menkeu," tandasnya.
(akr)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.4533 seconds (0.1#10.140)