Genjot Pariwisata, Pemerintah Lupa Kembangkan Kualitas SDM
A
A
A
JAKARTA - Himpunan Pengusaha Pribumi Indonesia (Hippi) menilai pemerintah lalai mengembangkan kualitas sumber daya manusia (SDM) di sektor pariwisata, di tengah upaya pemerintah mempromosikan potensi pariwisata di Tanah Air. Padahal, SDM juga menjadi salah satu faktor yang harus diprioritaskan.
Ketua Hippi, Ismed Hasan Putro mengapresiasi langkah pemerintah yang terus mengembangkan industri pariwisata di Indonesia. Sayangnya jika dilihat dari faktor ketenagakerjaan, pariwisata Indonesia belum siap untuk bersaing dengan industri pariwisata negara lain.
"Sebetulnya semangat itu (mengembangkan pariwisata) luar biasa, tapi secara labour tidak siap. Problem yang paling mendasar itu SDM nya. Bagaimana mungkin pemerintah mencanangkan destinasi baru, tapi enggak pernah singgung persiapan SDM dengan adanya destinasi wisata baru," katanya dalam Diskusi Polemik Sindotrijaya di Warung Daun, Jakarta, Sabtu (2/4/2016).
Dia menambahkan seharusnya ada keinginan secara politis (political will) dari pemerintah untuk menciptakan regulasi yang mampu meningkatkan kualitas SDM kita. Setelah itu, baru menyiapkan cara untuk menumbuhkan industri di Indonesia.
"Jadi sebelum berbicara apa industri tumbuh dan melemah, ada problem besar sejauh mana political will dan keinginan pemerintah untuk membuat regulasi meningkatkan kualitas SDM kita," imbuh dia.
Sementara itu Ketua Umum Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (Hipmi) Bahlil Lahadalia mengungkapkan, kualitas SDM di Tanah Air masih sangat minim. Bahkan, pekerja yang menamatkan pendidikan sampai D3 atau S1 hanya sekitar 2%, sementara selebihnya hanya lulusan SD atau SMP.
"Tingkat penddidikan rendah sekali, sektor industri hanya 2% yang D3 dan S1. Selebihnya SD dan SMP. Ini mencerminkan kalau kita bersaing ke negara lain agak susah," pungkasnya.
Ketua Hippi, Ismed Hasan Putro mengapresiasi langkah pemerintah yang terus mengembangkan industri pariwisata di Indonesia. Sayangnya jika dilihat dari faktor ketenagakerjaan, pariwisata Indonesia belum siap untuk bersaing dengan industri pariwisata negara lain.
"Sebetulnya semangat itu (mengembangkan pariwisata) luar biasa, tapi secara labour tidak siap. Problem yang paling mendasar itu SDM nya. Bagaimana mungkin pemerintah mencanangkan destinasi baru, tapi enggak pernah singgung persiapan SDM dengan adanya destinasi wisata baru," katanya dalam Diskusi Polemik Sindotrijaya di Warung Daun, Jakarta, Sabtu (2/4/2016).
Dia menambahkan seharusnya ada keinginan secara politis (political will) dari pemerintah untuk menciptakan regulasi yang mampu meningkatkan kualitas SDM kita. Setelah itu, baru menyiapkan cara untuk menumbuhkan industri di Indonesia.
"Jadi sebelum berbicara apa industri tumbuh dan melemah, ada problem besar sejauh mana political will dan keinginan pemerintah untuk membuat regulasi meningkatkan kualitas SDM kita," imbuh dia.
Sementara itu Ketua Umum Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (Hipmi) Bahlil Lahadalia mengungkapkan, kualitas SDM di Tanah Air masih sangat minim. Bahkan, pekerja yang menamatkan pendidikan sampai D3 atau S1 hanya sekitar 2%, sementara selebihnya hanya lulusan SD atau SMP.
"Tingkat penddidikan rendah sekali, sektor industri hanya 2% yang D3 dan S1. Selebihnya SD dan SMP. Ini mencerminkan kalau kita bersaing ke negara lain agak susah," pungkasnya.
(akr)