Dituding Pro Asing, SKK Migas Curhat ke Kontraktor

Kamis, 19 Mei 2016 - 12:39 WIB
Dituding Pro Asing, SKK Migas Curhat ke Kontraktor
Dituding Pro Asing, SKK Migas Curhat ke Kontraktor
A A A
JAKARTA - Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) mengaku kerap mendapatkan komentar negatif dari publik terkait peranannya dalam mengawasi kegiatan usaha hulu migas. ‎Publik selalu berpandangan bahwa SKK Migas lebih condong ke asing dibanding perusahaan nasional.

Di hadapan Kontraktor Kontrak Kerja Sama (KKKS) yang menerima penghargaan atas kinerja eksplorasinya, Wakil Kepala SKK Migas Zikrullah mencurahkan isi hatinya terkait pandangan publik kepada SKK Migas yang diangga‎p berkoalisi dengan perusahaan asing.

"‎Coba lihat di sini, 99,9% kan nasional semua. Alhamdulillah ada expartiat-nya di sini, tapi kan dia bantu kita juga. Tapi kenapa publik selalu mendikotomikan bahwa investor migas itu 'asing', dan SKK Migas yang mendukung asing ini," katanya di Gedung City Plaza, Jakarta, Kamis (19/5/2016).

Tak hanya itu, sambung dia, publik juga terkungkung dengan paradigma bahwa SKK Migas lebih memilih untuk mengekspor produksi gas nasional ketimbang dimanfaatkan untuk kebutuhan dalam negeri. Menurutnya, pandangan tersebut sama sekali tidak benar karena SKK Migas juga mementingkan kebutuhan dalam negeri.

Namun, lanjut Zikrullah, kapasitas di dalam negeri belum sanggup menyerap seluruh produksi gas dari KKKS di Indonesia. Sehingga, daripada produksi gas tersebut tidak termanfaatkan maka lebih baik diekspor dan nantinya juga akan dinikmati negara.

"‎Di dalam negeri tidak bisa menyerap (produksi gas). Apa akan dibiarkan juga. Tatkala diekspor bukan semata menghindari pemenuhan kebutuhan dalam negeri. Tapi sudah tidak dapat dimanfaatkan lagi. Kita siap memenuhi kebutuhan dalam negeri," tegas dia.

Pihaknya meminta publik mengubah pandangannya yang menuduh SKK Migas lebih senang jika produksi gasnya diekspor ketimbang untuk kebutuhan dalam negeri. Karena, kapasitas di dalam negeri sudah tidak sanggup menampung, maka produksi gas tersebut dikembangkan hingga pada akhirnya dapat menambah penerimaan negara.

"Jangan selalu ditunjukkan wah hobinya jual gas ke luar negeri. Memang akan lebih baik kalau sumber daya alam dimanfaatkan di dalam negeri. Tapi harus sinkron, market belum ada di dalam negeri. Ini yang harus kita pahami bersama, bahwa usaha di hulu migas harus dipersepsikan sebagai pejuang energi," tandasnya.
(izz)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.5439 seconds (0.1#10.140)