Menkeu: Tipisnya pasar valas rawan ulang krisis 98

Rabu, 12 Desember 2012 - 18:25 WIB
Menkeu: Tipisnya pasar valas rawan ulang krisis 98
Menkeu: Tipisnya pasar valas rawan ulang krisis 98
A A A
Sindonews.com - Krisis tahun 1997-1998 Indonesia kembali menjadi ancaman serius. Pasalnya, beberapa unsur yang menjadi faktor penyebab krisis kala itu kembali terlihat di saat ini. Salah satunya adalah tipisnya pasar valas.

Menteri Keuangan Agus Martowardojo meminta industri perbankan agar memperhatikan hal tersebut. Harusnya para bankir dapat mengupayakan nasabah-nasabahnya untuk menyimpan valas di dalam negeri.

"Tolong dong diperbaiki. Pasar valas kita itu tipis. Nasabah yang ekspor gak simpan dana valas di Indonesia, tolong dikendalikan. Karena buat pasar valas, sulit dikendalikan," ujar Agus di Hotel Indonesia Kempinski, Jakarta, Rabu (12/12/2012).

Kerentanan pasar valas akan dapat terlihat dari defisit pada neraca pembayaran. Contohnya saja, lanjut Agus, dengan pembelian pesawat yang berlebihan dan impor Bahan Bakar Minyak (BBM) neraca langsung tidak stabil. Dirinya bahkan mengaitkan dengan Asian Economic Community (AEC) yang tidak siap dihadapi kalau kondisinya masih seperti ini.

"Karena pasar kita rentan, beli pesawat dan impor BBM bikin pasar langsung goyang. Jangan merasa kita sudah siap untuk AEC," tegasnya.

Selain itu, Agus juga menyoroti kondisi utang swasta yang yang dinilai terlalu berlebihan. Memang, diakuinya predikat investment grade membuat pinjaman dapat dilakukan dengan bungan yang murah. Jika pemerintah dan BUMN tidak melakukan pinjaman, maka swasta dapat mengambil alih. Namun, harusnya hal tersebut dilakukan dengan wajar.

"Kondisi yang wajar itu dihitung dari service coverage, rasio yang harus dibayar dengan rasio ekspornya. Jumlah itu sudah ada di 30 persen," ungkap Agus di Gedung DPR RI.

Agus khawatir jika tidak dikelola dengan baik, maka krisis masa lalu akan terulang kembali. Karena ada persoalan seperti ketidakpastian hukum atau kondisi yang membuat kreditur panik dan membuat pinjaman tersebut ditarik kembali.

"Yang terjadi shock itu kan kemarin misalnya BP Migas dibubarkan, atau masuk dalam non cooperative jurisdiction. Nah, itu kan tadinya percaya kemudian tarik pinjamannya," tutupnya.
(gpr)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.9332 seconds (0.1#10.140)