Ekspor kopi Indonesia diprediksi melonjak

Rabu, 19 Maret 2014 - 19:10 WIB
Ekspor kopi Indonesia diprediksi melonjak
Ekspor kopi Indonesia diprediksi melonjak
A A A
Sindonews.com - Cuaca buruk yang menimpa Brasil menjadi keuntungan bagi Indonesia. Diprediksi, ekspor kopi yang dilakukan Indonesia akan meningkat hingga 575 ribu ton atau sekitar USD1,5 miliar.

"Ada keuntungan dari kekeringan yang terjadi di Brasil. Ekspor kopi akan meningkat," kata Ketua Umum Gabungan Eksportir Kopi Indonesia (Gaeki), Hutama Sugandi, Rabu (19/3/2014).

Menurutnya, kekeringan Brasil berdampak terhadap turunnya produksi kopi di negara tersebut, dan diperkirakan akan terus berlangsung hingga tahun depan. Brasil adalah negara dengan produksi kopi terbesar dunia. Kontribusinya mencapai 40 persen terhadap total kebutuhan kopi dunia yang mencapai 145 juta kantung atau sekitar 8,7 juta ton per tahun.

Dia mengatakan, dengan berkurangnya suplai kopi dunia akibat gagal panen di Brasil, maka harga kopi terkerek naik. Sejak dua bulan terakhir, harga kopi jenis robusta berangsur naik hingga 20 persen dari harga Rp20 ribu per kilogram (kg) menjadi Rp24 ribu per kg. Sementara, harga kopi jenis arabika naik 80 persen dari USD4 per kg menjadi USD7 per kg atau dari Rp45 ribu per kg menjadi Rp80 ribu per kg.

"Inilah yang akhirnya memicu gairah petani untuk menaikkan produksinya melalui perbaikan budidaya dan perluasan lahan kopi," katanya.

Dari analisa yang dilakukan diperkirakan produksi kopi Indonesia tahun ini akan naik menjadi 750 ribu ton per tahun. Sementara ekspor kopi diperkirakan ikut terkerek menjadi 575 ribu ton, naik dibanding realisasi tahun lalu yang hanya dikisaran 540 ribu ton.

Saat ini, sebagian besar ekspor kopi dari Indonesia adalah jenis robusta dengan presentase sekitar 85 persen. Padahal, kebutuhan kopi dunia didominasi kopi arabika, yaitu sekitar 60 persen. Harganya pun juga lebih menarik dibanding kopi robusta. Hal ini disebabkan produksi kopi arabika di Indonesia sangat kecil.

"Sebenarnya untuk mengembangkan kopi arabika di Indonesia masih sangat terbuka. Lahan masih sangat banyak, hanya saja karena minimnya infrastruktur jalan di pegunungan yang menyebabkan petani kesulitan mengembangkannya," papar dia.

Sementara, Kepala Dinas Perkebunan Jawa Timur (Jatim), Samsul Arifin mengatakan, Jatim sebenarnya telah melakukan upaya peningkatan produksi kopi jenis arabika. Setiap tahunnya, pemerintah terus mengembangkan dengan cara memperluas lahan arabika. Bahkan tahun ini ditarget mencapai 2.000 hektare.

"Pemerintah serius untuk mengembangkan bisnis ini. Petani akan mendapatkan keringanan dalam proses pengembangan," ujarnya.

Untuk perluasan lahan, lanjut Samsul, diperoleh dari swadaya masyarakat di pegunungan daerah Bondowoso, Situbondo, Jember dan Lumajang. Untuk menarik minat petani, Pemprov memberikan insentif berupa benih, pupuk, kantong plastik dan upah pembibitan dengan nominal sebesar Rp2.500 per batang kopi.

"Dana ini di ambil dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Jatim. Tahun ini, dana untuk stimulus petani kopi arabika mencapai sekitar Rp5 miliar. Melalui program ini kami berharap produksi kopi arabika Jatim akan terus meningkat," pungkasnya.
(izz)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.3219 seconds (0.1#10.140)