OJK Dorong Penguatan Modal BPR

Sabtu, 01 November 2014 - 04:18 WIB
OJK Dorong Penguatan Modal BPR
OJK Dorong Penguatan Modal BPR
A A A
BANDUNG - Otoritas Jasa Keuangan (OJK) berupaya mendorong penguatan modal Bank Perkreditan Rakyat (BPR). Penguatan permodalan diyakini akan membuat struktur BPR menjadi lebih kuat dan siap untuk bersaing.

"Dengan modal yang kuat, BPR akan bisa memiliki amunisi yang cukup untuk menciptakan layanan yang berkualitas," ujar Deputi Komisioner Pengawas Perbankan OJK Heru Kristiyana kepada wartawan, Jumat (31/10/2014).

Dia mengatakan, pihaknya mencatat penyaluran BPR dalam 3 tahun terakhir rata-rata tumbuh sekitar 19%. Namun secara nominal masih kecil dibandingkan perbankan.

Hampir 50% penyaluran kredit BPR ditujukan kepada segmen UMKM. Dari angka tersebut, kontribusi penyaluran kredit BPR mencapai 14,2% dari total penyaluran kredit secara nasional.

"Dalam catatan kami, selain permodalan, BPR juga masih memiliki komposisi dana mahal yang tinggi dibandingkan dana murah. Hal ini membuat cost juga menjadi tinggi sehingga mendorong bunga kredit yang juga tinggi. Tidak hanya itu, kualitas dan kuantitas SDM BPR juga belum ideal," tuturnya.

Sementara itu, Ketua DPD Perbarindo Jabar Andi Gunawan mengatakan, persaingan antar BPR di wilayah kerjanya terbilang cukup ketat. Untuk wilayah Jabar, jumlah BPR tercatat lebih dari 200 BPR.

Dengan jumlah sebanyak itu, sebaran BPR masih belum merata karena hampir 50% BPR berada di wilayah Bandung Raya. "Potensi pasar BPD masih sangat luas meski jumlahnya sangat banyak. Kami harap pada tahun ini pertumbuhannya mencapai 15%," katanya.

Guna makin memeratakan sebaran BPR, pihaknya mendorong BPR untuk ekspansi ke wilayah Jabar Selatan. Potensi di wilayah tersebut sangat menjanjikan dan persaingannya pun masih belum terlalu ketat.

"Belum banyak BPR yang sudah maju. Beberapa BPR yang sudah dapat dinilai maju di antaranya BPR Karyajatnika Sadaya (KS) yang memiliki dukungan Informasi Teknologi (IT). Sedangkan BPR lainnya belum membangun infrastruktur IT. Tidak bisa dipungkiri bahwa pembangunan IT sangat mahal sehingga tidak semua BPR sanggup," tuturnya.
(gpr)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 1.0876 seconds (0.1#10.140)