Pasar Smartphone China Menyusut
A
A
A
SINGAPURA - Pasar smartphone China menyusut pada kuartal I/2015 untuk pertama kali dalam enam tahun dengan Apple menjadi vendor terbesar.
Hasil riset International Data Corporation (IDC) yang dirilis kemarin menyebutkan, data menunjukkan 98,8 juta smartphone terjual di China pada Januari-Maret, turun 4,3% dari periode yang sama tahun lalu. ”Ini pertama kali dalam enam tahun bahwa pasar smartphone China turun year on year (yoy) saat pasar semakin matang,” ungkap laporan IDC, dikutip kantor pusat AFP . Dibandingkan kuartal sebelumnya, pasar menyusut 8% dengan besarnya persediaan akhir tahun lalu.
Apple menjadi vendor terbesar di China selama kuartal tersebut dengan menjual 14,5 juta unit, naik lebih dari 62% dari tahun lalu. Perusahaan Amerika Serikat (AS) itu memiliki pangsa pasar 14,7%. ”Apple bangkit dari posisi keempat pada kuartal I/2014 karena menguatnya permintaan konsumen untuk smartphone dengan layar lebih lebar iPhone 6 dan iPhone 6 Plus,” papar IDC. Posisi Apple diikuti produsen China, Xiaomi, dengan pangsa pasar 13,7%. Perusahaan China lainnya, Huawei, menempati peringkat ketiga dengan pangsa pasar 11,4%.
Raksasa teknologi Korea Selatan (Korsel), Samsung, yang berada di peringkat puncak pada kuartal I/2014 saat ini turun di posisi keempat. Penjualan smartphone Samsung di China mencapai 9,6 juta unit, turun 53% dari tahun lalu dengan pangsa pasar menyusut menjadi 9,7% dari 19,9% saat minat konsumen berubah. ”Pasar smartphone menjadi semakin jenuh di China,” ujar Kitty Fok, managing director IDC China. ”China seringkali dinilai sebagai pasar negara berkembang, tapi realitasnya sebagian besar telepon yang dijual di China sekarang ialah smartphone, serupa dengan pasar yang telah matang seperti AS, Inggris, Australia, dan Jepang.”
”Seperti pasar-pasar ini, meyakinkan pengguna sekarang untuk meningkatkan menjadi smartphone baru sekarang menjadi kunci bagi pertumbuhan masa depan di pasar China,” kata Fok. Sementara itu, penjualan automotif di China turun 0,5% yoy menjadi 1,99 juta mobil pada April. China merupakan pasar mobil terbesar di dunia. ”Untuk empat bulan pertama 2015, penjualan mobil naik 2,8% dibandingkan periode yang sama tahun lalu menjadi 8,14 juta mobil,” ungkap pernyataan China Association of Automobile Manufacturers (CAAM).
Penurunan pada April itu dibandingkan dengan kenaikan 3,3% pada Maret. Penurunan pertumbuhan ekonomi, pembatasan jumlah mobil di beberapa kota, dan berlanjutnya pemberantasan korupsi memengaruhi penjualan mobil di China. Meski demikian, merek-merek asing secara umum mengalami kenaikan penjualan meski terjadi penurunan ekonomi karena konsumen menginginkan kualitas yang lebih baik.
”Perusahaan automotif Jepang, Honda, pekan lalu menyatakan menjual 71.546 unit di China pada April, naik 11,7% yoy. Penjualan Toyota naik 7,8% menjadi lebih dari 92.600 unit bulan lalu,” ungkap data CAAM. Perusahaan automotif AS, Ford, menjual 96.889 mobil di China pada April, hampir tidak berubah pada 2014. Meski demikian, sejauh ini penjualan pada 2015 mencapai 393,714 mobil, naik 7% dari periode yang sama tahun lalu.
Penjualan automotif China mencapai 23,49 juta mobil pada tahun lalu, naik 6,9% dari 2013. Di sisi lain, melemahnya pertumbuhan ekonomi di China membuat pemerintah memangkas suku bunga untuk ketiga kali dalam enam bulan pada akhir pekan lalu. Langkah ini diambil untuk menurunkan biaya pinjaman perusahaan dan mendorong pertumbuhan ekonomi yang sedang menuju ke level terburuk dalam seperempat abad.
Para pengamat menyambut langkah pemerintah, tapi mereka memprediksi para pembuat kebijakan akan kembali menurunkan reserve requirements (RRR) dan memangkas suku bunga dalam beberapa bulan mendatang. Bank Sentral China (People’s Bank of China/PBoC) menjelaskan, pihaknya menurunkan suku bunga untuk tingkat pinjaman satu tahun hingga 25 basis poin menjadi 5,1% mulai 11 Maret. Mereka juga memangkas RRR pada level yang sama menjadi 2,25%.
”Ekonomi China masih menghadapi tekanan penurunan yang besar. Pada saat bersamaan, seluruh level harga domestik tetap lemah dan tingkat suku bunga riil tetap lebih tinggi dibandingkan rata-rata selama ini,” papar pernyataan PBoC.
Syarifudin
Hasil riset International Data Corporation (IDC) yang dirilis kemarin menyebutkan, data menunjukkan 98,8 juta smartphone terjual di China pada Januari-Maret, turun 4,3% dari periode yang sama tahun lalu. ”Ini pertama kali dalam enam tahun bahwa pasar smartphone China turun year on year (yoy) saat pasar semakin matang,” ungkap laporan IDC, dikutip kantor pusat AFP . Dibandingkan kuartal sebelumnya, pasar menyusut 8% dengan besarnya persediaan akhir tahun lalu.
Apple menjadi vendor terbesar di China selama kuartal tersebut dengan menjual 14,5 juta unit, naik lebih dari 62% dari tahun lalu. Perusahaan Amerika Serikat (AS) itu memiliki pangsa pasar 14,7%. ”Apple bangkit dari posisi keempat pada kuartal I/2014 karena menguatnya permintaan konsumen untuk smartphone dengan layar lebih lebar iPhone 6 dan iPhone 6 Plus,” papar IDC. Posisi Apple diikuti produsen China, Xiaomi, dengan pangsa pasar 13,7%. Perusahaan China lainnya, Huawei, menempati peringkat ketiga dengan pangsa pasar 11,4%.
Raksasa teknologi Korea Selatan (Korsel), Samsung, yang berada di peringkat puncak pada kuartal I/2014 saat ini turun di posisi keempat. Penjualan smartphone Samsung di China mencapai 9,6 juta unit, turun 53% dari tahun lalu dengan pangsa pasar menyusut menjadi 9,7% dari 19,9% saat minat konsumen berubah. ”Pasar smartphone menjadi semakin jenuh di China,” ujar Kitty Fok, managing director IDC China. ”China seringkali dinilai sebagai pasar negara berkembang, tapi realitasnya sebagian besar telepon yang dijual di China sekarang ialah smartphone, serupa dengan pasar yang telah matang seperti AS, Inggris, Australia, dan Jepang.”
”Seperti pasar-pasar ini, meyakinkan pengguna sekarang untuk meningkatkan menjadi smartphone baru sekarang menjadi kunci bagi pertumbuhan masa depan di pasar China,” kata Fok. Sementara itu, penjualan automotif di China turun 0,5% yoy menjadi 1,99 juta mobil pada April. China merupakan pasar mobil terbesar di dunia. ”Untuk empat bulan pertama 2015, penjualan mobil naik 2,8% dibandingkan periode yang sama tahun lalu menjadi 8,14 juta mobil,” ungkap pernyataan China Association of Automobile Manufacturers (CAAM).
Penurunan pada April itu dibandingkan dengan kenaikan 3,3% pada Maret. Penurunan pertumbuhan ekonomi, pembatasan jumlah mobil di beberapa kota, dan berlanjutnya pemberantasan korupsi memengaruhi penjualan mobil di China. Meski demikian, merek-merek asing secara umum mengalami kenaikan penjualan meski terjadi penurunan ekonomi karena konsumen menginginkan kualitas yang lebih baik.
”Perusahaan automotif Jepang, Honda, pekan lalu menyatakan menjual 71.546 unit di China pada April, naik 11,7% yoy. Penjualan Toyota naik 7,8% menjadi lebih dari 92.600 unit bulan lalu,” ungkap data CAAM. Perusahaan automotif AS, Ford, menjual 96.889 mobil di China pada April, hampir tidak berubah pada 2014. Meski demikian, sejauh ini penjualan pada 2015 mencapai 393,714 mobil, naik 7% dari periode yang sama tahun lalu.
Penjualan automotif China mencapai 23,49 juta mobil pada tahun lalu, naik 6,9% dari 2013. Di sisi lain, melemahnya pertumbuhan ekonomi di China membuat pemerintah memangkas suku bunga untuk ketiga kali dalam enam bulan pada akhir pekan lalu. Langkah ini diambil untuk menurunkan biaya pinjaman perusahaan dan mendorong pertumbuhan ekonomi yang sedang menuju ke level terburuk dalam seperempat abad.
Para pengamat menyambut langkah pemerintah, tapi mereka memprediksi para pembuat kebijakan akan kembali menurunkan reserve requirements (RRR) dan memangkas suku bunga dalam beberapa bulan mendatang. Bank Sentral China (People’s Bank of China/PBoC) menjelaskan, pihaknya menurunkan suku bunga untuk tingkat pinjaman satu tahun hingga 25 basis poin menjadi 5,1% mulai 11 Maret. Mereka juga memangkas RRR pada level yang sama menjadi 2,25%.
”Ekonomi China masih menghadapi tekanan penurunan yang besar. Pada saat bersamaan, seluruh level harga domestik tetap lemah dan tingkat suku bunga riil tetap lebih tinggi dibandingkan rata-rata selama ini,” papar pernyataan PBoC.
Syarifudin
(ars)