Konsumsi Karet Alam Nasional Terus Didorong

Selasa, 12 Mei 2015 - 10:18 WIB
Konsumsi Karet Alam...
Konsumsi Karet Alam Nasional Terus Didorong
A A A
JAKARTA - Sebagai negara utama penghasil karet alam dunia, tingkat konsumsi domestik Indonesia masih lebih rendah dibandingkan dengan Malaysia, China, dan India.

Karena itu, Kementerian Perindustrian (Kemenperin) menyiapkan berbagai langkah strategis untuk mendorong konsumsi karet alam di dalam negeri. Langkah itu diharapkan mampu meningkatkan nilai tambah potensi sumber daya alam nasional. Saat ini konsumsi karet alam domestik untuk memproduksi barang-barang dari karet tercatat hanya mencapai sekitar 18% dari total produksi nasional yang mencapai 3 juta ton per tahun.

”Pemerintah memandang perlu dilakukan langkah-langkah untuk peningkatan konsumsi karet alam dalam negeri. Makanya saya tantang industri ban, sarung karet, komponen elektronik, automotif untuk menaikkan (konsumsi),” ungkap Menteri Perindustrian Saleh Husin di Jakarta kemarin. Menurut Saleh, jika industri dalam negeri bisa meningkatkan serapannya, nasib petani karet pun akan ikut terangkat. Industri jangan hanya berorientasi pada keuntungan, tetapi juga harus turut menyejahterakan pelaku produksi bahan baku di sektor hulu.

Sesuai dengan Rencana Induk Pembangunan Industri Nasional (RIPIN) yang tertuang dalam Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2014 tentang Perindustrian dan Peraturan Pemerintah Nomor 14 Tahun 2015 tentang RIPIN 2015- 2035, industri karet salah satu industri prioritas untuk dikembangkan karena pertimbangan besarnya potensi lahan yang akan mendukung pemenuhan kebutuhan bahan baku industri barang-barang karet untuk jangka panjang.

Selain itu, juga masih terbukanya pasar baik lokal maupun ekspor untuk produkproduk bernilai tinggi seperti ban, sarung tangan, komponen automotif, komponen elektronika, bahan pendukung infrastruktur, maupun barangbarangkeperluanrumahtangga. Pengguna karet alam di Indonesia oleh industri sebagian besar adalah untuk pembuatan ban sebesar 55%, lainnya industri sarung tangan dan benang karet (17%), industri alas kaki (11%), dan industri barangbarang karet lainnya (9%).
Menurut Saleh, peningkatan produksi karet alam nasional perlu didukung program-program penelitian dan pengembangan yang dilakukan baik oleh pemerintah, institusi pendidikan, maupun pihak swasta. Melalui forum diskusi yang diselenggarakan Kemenperin bekerja sama dengan Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT), diharapkan muncul masukan atau usulan baru yang tepat sasaran dalam rangka mendorong pengembangan industri karet hilir nasional.

”Khususnya untuk inovasi produk karet nonkonvensional seperti dock fender, rubber bridge, asphalt rubber, ban retread, dan lainnya,” ungkapnya.

Oktiani endarwati
(ars)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.0676 seconds (0.1#10.140)