Data Ekonomi Variatif, BI Rate Diproyeksi Tetap
A
A
A
JAKARTA - Ekonom Bank Permata Joshua Pardede memperkirakan, Bank Indonesia (BI) masih akan mempertahankan suku bunga acuan (BI rate) di level 7,5%.
Dia menuturkan, variatifnya data-data ekonomi yang dirilis baru-baru ini akan memberi imbas tetapnya BI rate sejak diturunkan pada Februari lalu menjadi 7,5% dari posisi Januari di level 7,75%.
"Data bervariasi karena inflasi kita cenderung meningkat, tapi sisi positifnya neraca perdagangan surplus di USD450 juta. Kemudian neraca transaksi berjalan kita juga menyusut defisitnya, 1,8%. Tapi yang dilihat BI hanya dua, inflasi dan nilai tukar rupiah," ujarnya kepada Sindonews di Jakarta, Minggu (17/5/2015)
Kendati demikian, lanjut dia, faktor yang paling memengaruhi BI rate saat ini adalah nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (USD) yang masih berada di atas Rp13.000.
"Saya pikir faktor kedua (nilai tukar rupiah) ini yang menjadi konsen BI untuk tetap mempertahankan BI rate di 7,5%, mengingat faktor inflasi juga naik ditambah rupiah belum stabil," imbuh dia.
Menteri Keuangan Bambang Brodjonegoro sebelumnya mengatakan, BI rate tidak akan turun jika inflasi masih tinggi. Saat ini, inflasi Indonesia secara year on year sebesar 6,79% dan inflasi pada April lalu tercatat 0,36% dari sebelumnya deflasi.
Menurut dia, jika BI rate ingin dipangkas dari level 7,5%, maka inflasi tahunan harus berada di bawah angka 6,79%. Namun, hal itu sulit direalisasikan jika harga bahan bakar minyak (BBM), komoditas serta tarif-tarif melonjak.
Dia menuturkan, variatifnya data-data ekonomi yang dirilis baru-baru ini akan memberi imbas tetapnya BI rate sejak diturunkan pada Februari lalu menjadi 7,5% dari posisi Januari di level 7,75%.
"Data bervariasi karena inflasi kita cenderung meningkat, tapi sisi positifnya neraca perdagangan surplus di USD450 juta. Kemudian neraca transaksi berjalan kita juga menyusut defisitnya, 1,8%. Tapi yang dilihat BI hanya dua, inflasi dan nilai tukar rupiah," ujarnya kepada Sindonews di Jakarta, Minggu (17/5/2015)
Kendati demikian, lanjut dia, faktor yang paling memengaruhi BI rate saat ini adalah nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (USD) yang masih berada di atas Rp13.000.
"Saya pikir faktor kedua (nilai tukar rupiah) ini yang menjadi konsen BI untuk tetap mempertahankan BI rate di 7,5%, mengingat faktor inflasi juga naik ditambah rupiah belum stabil," imbuh dia.
Menteri Keuangan Bambang Brodjonegoro sebelumnya mengatakan, BI rate tidak akan turun jika inflasi masih tinggi. Saat ini, inflasi Indonesia secara year on year sebesar 6,79% dan inflasi pada April lalu tercatat 0,36% dari sebelumnya deflasi.
Menurut dia, jika BI rate ingin dipangkas dari level 7,5%, maka inflasi tahunan harus berada di bawah angka 6,79%. Namun, hal itu sulit direalisasikan jika harga bahan bakar minyak (BBM), komoditas serta tarif-tarif melonjak.
(rna)