Bandara Minangkabau Ambisi Capai 25 Juta Penumpang
A
A
A
PADANG - PT Angkasa Pura II (AP II) melalui Bandara Internasional Minangkabau, Padang, Sumatera Barat (Sumbar), berambisi dalam 10 tahun ke depan bisa melayani 25 juta penumpang atau meningkat dari capaian saat ini sebanyak 2,8 juta penumpang/tahun.
Direktur Utama Angkasa Pura II Budi Karya mengatakan, perseroan akan terus mengoptimalkan potensi bisnis dari sejumlah bandara yang dimilikinya. Menurutnya, Sumbar memiliki potensi bisnis pariwisata yang luar biasa karena dikaruniai gugusan gunung dan hamparan pantai yang indah. Selain pariwisata, perekonomian daerah di kawasan ini juga bertumbuh.
"Kami akan koreksi diri, jadi bagaimana potensi ekonomi ini akan terus dikembangkan. Kita harus melihatnya bukan hanya dari sisi operator bandara, tapi lebih kepada pelaku pasar," kata Budi usai melakukan kunjungan kerja ke Bandara Internasional Minangkabau, Padang, Sumbar, Sabtu (16/5/2015).
Sebagai catatan, pemerintah memasukan kawasan wisata Mandeh di Kabupaten Pesisir Selatan, Sumbar dalam Rencana Induk Pembangunan Pariwisata Nasional (RIPPNAS) pada tahun 2014. Kawasan seluas 18.000 hektare (ha) itu berada di pesisir Pulau Sumatera, terdapat teluk, laut dan pulau-pulau kecil di sekitarnya dan berjarak 54 kilometer (km) dari Kota Padang.
Menurut Budi, Bandara Minangkabau saat ini memang baru melayani 2,8 juta penumpang/tahun. Namun dia berharap, dengan dipilihnya kawasan wisata Mandeh sebagai destinasi wisata bahari terpadu bisa meningkatkan jumlah penumpang di bandara tersebut.
Perseroan optimistis dalam 10 tahun ke depan bisa mencapai 25 juta penumpang dalam setahun.
"Kami telah menyiapkan quick wins untuk mengembangkan Bandara Minangkabau, termasuk mengandalkan layanan kargo dengan perolehan Rp1 miliar/bulannya. Penerbangan umroh juga akan terus ditambah, sehingga jamaah tidak perlu lagi terbang ke Jakarta," papar dia.
Sementara General Manager Bandara Internasional Minangkabau Asep Supriatna menjelaskan, selain terdapat sejumlah kawasan wisata, Provinsi Sumatera Barat juga memiliki pertumbuhan ekonomi yang cukup baik, di mana Bandara Minangkabau melayani kargo untuk ekspor sebesar 40.000 ton/tahun. Sementara produk impor mencapai kapasitas 120.000 ton/tahun.
"Tahun ini Bandara Minangkabau ditargetkan memperoleh pendapatan lebih dari Rp100 miliar. Selain penumpang, kami terus mendorong angkutan kargo untuk ikan laut seperti tuna, kita gandeng Apindo untuk bisa ekspor ke Kuala Lumpur dan Singapura," kata Asep.
Direktur Utama Angkasa Pura II Budi Karya mengatakan, perseroan akan terus mengoptimalkan potensi bisnis dari sejumlah bandara yang dimilikinya. Menurutnya, Sumbar memiliki potensi bisnis pariwisata yang luar biasa karena dikaruniai gugusan gunung dan hamparan pantai yang indah. Selain pariwisata, perekonomian daerah di kawasan ini juga bertumbuh.
"Kami akan koreksi diri, jadi bagaimana potensi ekonomi ini akan terus dikembangkan. Kita harus melihatnya bukan hanya dari sisi operator bandara, tapi lebih kepada pelaku pasar," kata Budi usai melakukan kunjungan kerja ke Bandara Internasional Minangkabau, Padang, Sumbar, Sabtu (16/5/2015).
Sebagai catatan, pemerintah memasukan kawasan wisata Mandeh di Kabupaten Pesisir Selatan, Sumbar dalam Rencana Induk Pembangunan Pariwisata Nasional (RIPPNAS) pada tahun 2014. Kawasan seluas 18.000 hektare (ha) itu berada di pesisir Pulau Sumatera, terdapat teluk, laut dan pulau-pulau kecil di sekitarnya dan berjarak 54 kilometer (km) dari Kota Padang.
Menurut Budi, Bandara Minangkabau saat ini memang baru melayani 2,8 juta penumpang/tahun. Namun dia berharap, dengan dipilihnya kawasan wisata Mandeh sebagai destinasi wisata bahari terpadu bisa meningkatkan jumlah penumpang di bandara tersebut.
Perseroan optimistis dalam 10 tahun ke depan bisa mencapai 25 juta penumpang dalam setahun.
"Kami telah menyiapkan quick wins untuk mengembangkan Bandara Minangkabau, termasuk mengandalkan layanan kargo dengan perolehan Rp1 miliar/bulannya. Penerbangan umroh juga akan terus ditambah, sehingga jamaah tidak perlu lagi terbang ke Jakarta," papar dia.
Sementara General Manager Bandara Internasional Minangkabau Asep Supriatna menjelaskan, selain terdapat sejumlah kawasan wisata, Provinsi Sumatera Barat juga memiliki pertumbuhan ekonomi yang cukup baik, di mana Bandara Minangkabau melayani kargo untuk ekspor sebesar 40.000 ton/tahun. Sementara produk impor mencapai kapasitas 120.000 ton/tahun.
"Tahun ini Bandara Minangkabau ditargetkan memperoleh pendapatan lebih dari Rp100 miliar. Selain penumpang, kami terus mendorong angkutan kargo untuk ikan laut seperti tuna, kita gandeng Apindo untuk bisa ekspor ke Kuala Lumpur dan Singapura," kata Asep.
(rna)