Pelindo I Raih Pinjaman Sindikasi Perbankan Rp3,2 T
A
A
A
JAKARTA - PT Pelabuhan Indonesia I (Pelindo I) memperoleh pinjaman kredit dari sindikasi tiga perbankan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) sebesar Rp3,2 triliun.
Direktur Utama Pelindo I Bambang Eka Cahyana mengatakan, perseroan dan tiga perbankan BUMN tersebut telah melakukan penandatangan perjanjian sindikasi kredit di Istana Kepresidenan. Hal ini disaksikan langsung oleh Presiden Joko Widodo (Jokowi).
"Kami telah memperoleh sindikasi pendanaan dari tiga bank BUMN sebesar Rp3,2 triliun, dananya untuk pembangunan Pelabuhan Kuala Tanjung di Sumatera Utara," kata Bambang saat ditemui sejumlah media di Kantor Kementerian BUMN di Jakarta, Senin (18/5/2015).
Lebih lanjut dia menjelaskan, ketiga bank pelat merah tersebut yaitu PT Bank Mandiri (Persero) Tbk, PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk dan PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. Alasan pemilihan tiga perbankan tersebut yaitu untuk sinergi antara BUMN.
"Kenapa harus memilih bank asing, kalau bisa menggandeng bank BUMN. Pemilihan tiga bank tersebut karena lebih kuat dan terpercaya," tambahnya.
Menurutnya, kebutuhan total investasi tahap awal pembangunan Pelabuhan Kuala Tanjung mencapai Rp4,9 triliun. Dengan demikian pendanaan eksternal pembangunan proyek tersebut sebesar 65%. Sementara sisanya sekitar 35% atau Rp1,7 triliun berasal internal pribadi.
Perseroan memang tengah berencana mengembangkan Pelabuhan Kuala Tanjung yang diperkirakan menelan biaya sebesar Rp17 triliun hingga tahun 2019 mendatang. Sedangkan pada tahap awal, Pelindo I tahun ini mengalokasikan dana sekitar USD400 juta atau Rp5 triliun.
Dana tersebut sebagian besar digunakan untuk fase pertama meliputi terminal pelabuhan multipurpose seperti terminal peti kemas, teminal curah cair untuk melayani pengiriman hasil perkebunan berupa minyak sawit atau crude palm oil (CPO).
Untuk pembangunan tahap II, rencanannya dilakukan pada tahun depan yang meliputi pengembangan lapangan penumpukan seluas 10 hektare, termasuk pembangunan kawasan industrial seluas 1.000 hektare.
Pada pembangunan tahap III pembenahan kegiatan peningkatan transhipment seluruh kegiatan bongkar muat dari Kuala Tanjung ke berbagai pelabuhan di dunia. Sedangkan tahap ke IV mewujudkan Kuala Tanjung sebagai City Port.
Dengan selesainya seluruh tahapan tersebut, maka Pelabuhan Kuala Tanjung pada 2019 akan memiliki terminal curah cair berkapasitas 3,5 juta ton per tahun, curah kering 1 juta ton per tahun, peti kemas 400.000 TEUs per tahun, dan dermaga baru sepanjang 400 meter.
Pengembangan pelabuhan Kuala Tanjung akan dikerjakan melalui anak usaha yaitu PT Prima Multi Terminal, yang merupakan perusahaan patungan antara PT Pelindo I, PT PP (Persero) Tbk (PTPP), dan PT Waskita Karya (Persero) Tbk (WSKT).
Pembentukan perusahaan patungan sudah disepakati dengan komposisi saham mayoritas sebesar 55% dimiliki Pelindo I, PTPP sebesar 35% dan sisanya 15% dipegang Waskita Karya.
Direktur Utama Pelindo I Bambang Eka Cahyana mengatakan, perseroan dan tiga perbankan BUMN tersebut telah melakukan penandatangan perjanjian sindikasi kredit di Istana Kepresidenan. Hal ini disaksikan langsung oleh Presiden Joko Widodo (Jokowi).
"Kami telah memperoleh sindikasi pendanaan dari tiga bank BUMN sebesar Rp3,2 triliun, dananya untuk pembangunan Pelabuhan Kuala Tanjung di Sumatera Utara," kata Bambang saat ditemui sejumlah media di Kantor Kementerian BUMN di Jakarta, Senin (18/5/2015).
Lebih lanjut dia menjelaskan, ketiga bank pelat merah tersebut yaitu PT Bank Mandiri (Persero) Tbk, PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk dan PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. Alasan pemilihan tiga perbankan tersebut yaitu untuk sinergi antara BUMN.
"Kenapa harus memilih bank asing, kalau bisa menggandeng bank BUMN. Pemilihan tiga bank tersebut karena lebih kuat dan terpercaya," tambahnya.
Menurutnya, kebutuhan total investasi tahap awal pembangunan Pelabuhan Kuala Tanjung mencapai Rp4,9 triliun. Dengan demikian pendanaan eksternal pembangunan proyek tersebut sebesar 65%. Sementara sisanya sekitar 35% atau Rp1,7 triliun berasal internal pribadi.
Perseroan memang tengah berencana mengembangkan Pelabuhan Kuala Tanjung yang diperkirakan menelan biaya sebesar Rp17 triliun hingga tahun 2019 mendatang. Sedangkan pada tahap awal, Pelindo I tahun ini mengalokasikan dana sekitar USD400 juta atau Rp5 triliun.
Dana tersebut sebagian besar digunakan untuk fase pertama meliputi terminal pelabuhan multipurpose seperti terminal peti kemas, teminal curah cair untuk melayani pengiriman hasil perkebunan berupa minyak sawit atau crude palm oil (CPO).
Untuk pembangunan tahap II, rencanannya dilakukan pada tahun depan yang meliputi pengembangan lapangan penumpukan seluas 10 hektare, termasuk pembangunan kawasan industrial seluas 1.000 hektare.
Pada pembangunan tahap III pembenahan kegiatan peningkatan transhipment seluruh kegiatan bongkar muat dari Kuala Tanjung ke berbagai pelabuhan di dunia. Sedangkan tahap ke IV mewujudkan Kuala Tanjung sebagai City Port.
Dengan selesainya seluruh tahapan tersebut, maka Pelabuhan Kuala Tanjung pada 2019 akan memiliki terminal curah cair berkapasitas 3,5 juta ton per tahun, curah kering 1 juta ton per tahun, peti kemas 400.000 TEUs per tahun, dan dermaga baru sepanjang 400 meter.
Pengembangan pelabuhan Kuala Tanjung akan dikerjakan melalui anak usaha yaitu PT Prima Multi Terminal, yang merupakan perusahaan patungan antara PT Pelindo I, PT PP (Persero) Tbk (PTPP), dan PT Waskita Karya (Persero) Tbk (WSKT).
Pembentukan perusahaan patungan sudah disepakati dengan komposisi saham mayoritas sebesar 55% dimiliki Pelindo I, PTPP sebesar 35% dan sisanya 15% dipegang Waskita Karya.
(izz)