Indonesia Butuh Waktu Capai Swasembada Pangan
A
A
A
JAKARTA - Kementerian Perdagangan (Kemendag) menegaskan, Indonesia hingga saat ini masih butuh waktu untuk mencapai swasembada pangan, seperti yang dicita-citakan Presiden Joko Widodo (Jokowi).
Direktur Jenderal (Dirjen) Perdagangan Dalam Negeri Kemendag Srie Agustina menuturkan, keinginan Indonesia untuk mencapai swasembada pangan tersebut lantaran melihat potensi pertanian Indonesia yang cukup besar.
Namun, melihat data yang ada terdapat beberapa komoditas yang masih belum mampu mencapai swasembada dalam waktu dekat. "Kalau dari data yang ada, ada beberapa yang kita bisa (capai swasembada) dan ada yang butuh waktu. Tentu dengan bantuan teknologi dan sumber daya," ucapnya di kawasan Cikini, Jakarta, Senin (25/5/2015).
Dia mencontohkan, kebutuhan Indonesia untuk komoditas kedelai sekitar 2,5 juta ton. Sementara produksinya pada tahun lalu baru mampu sekitar 856 ton, dan prediksi tahun ini baru mampu memproduksi 1,2 juta ton.
Artinya, Indonesia masih belum mampu mencukupi kebutuhan kedelai, dan masih membutuhkan impor sekitar 1,34 juta ton untuk tahun ini.
"Taksasi atau prediksi 2015 misalnya kedelai itu kebutuhan kita 2,5 juta ton. Tapi produksinya pada 2014 baru 856 ton, jadi kita masih butuh impor. Jadi ketahanan pangan untuk 2,5 juta ton terpaksa membutuhkan waktu. Berarti kita masih membutuhkan waktu untuk swasembada," imbuh dia.
Srie mengatakan, komoditas lain seperti jagung, minyak, gula, daging ayam, dan telur sejatinya Indonesia sudah mampu mencapai swasembada dengan tingkat produksi dan kebutuhan yang seimbang.
Contohnya, produksi gula di Indonesia dalam satu tahun mampu mencapai 2,87 juta ton, sementara kebutuhannya hanya 2,81 juta ton. Namun masalahnya, distribusi panen tidak pernah merata ke seluruh daerah.
"Contoh gula, itu kan dia akan masuk pasar setelah musim giling enam bulan. Dia didistribusikan satu tahun, tapi musim gilingnya enggak satu tahun. Jadi dia butuh stok," pungkas dia.
Direktur Jenderal (Dirjen) Perdagangan Dalam Negeri Kemendag Srie Agustina menuturkan, keinginan Indonesia untuk mencapai swasembada pangan tersebut lantaran melihat potensi pertanian Indonesia yang cukup besar.
Namun, melihat data yang ada terdapat beberapa komoditas yang masih belum mampu mencapai swasembada dalam waktu dekat. "Kalau dari data yang ada, ada beberapa yang kita bisa (capai swasembada) dan ada yang butuh waktu. Tentu dengan bantuan teknologi dan sumber daya," ucapnya di kawasan Cikini, Jakarta, Senin (25/5/2015).
Dia mencontohkan, kebutuhan Indonesia untuk komoditas kedelai sekitar 2,5 juta ton. Sementara produksinya pada tahun lalu baru mampu sekitar 856 ton, dan prediksi tahun ini baru mampu memproduksi 1,2 juta ton.
Artinya, Indonesia masih belum mampu mencukupi kebutuhan kedelai, dan masih membutuhkan impor sekitar 1,34 juta ton untuk tahun ini.
"Taksasi atau prediksi 2015 misalnya kedelai itu kebutuhan kita 2,5 juta ton. Tapi produksinya pada 2014 baru 856 ton, jadi kita masih butuh impor. Jadi ketahanan pangan untuk 2,5 juta ton terpaksa membutuhkan waktu. Berarti kita masih membutuhkan waktu untuk swasembada," imbuh dia.
Srie mengatakan, komoditas lain seperti jagung, minyak, gula, daging ayam, dan telur sejatinya Indonesia sudah mampu mencapai swasembada dengan tingkat produksi dan kebutuhan yang seimbang.
Contohnya, produksi gula di Indonesia dalam satu tahun mampu mencapai 2,87 juta ton, sementara kebutuhannya hanya 2,81 juta ton. Namun masalahnya, distribusi panen tidak pernah merata ke seluruh daerah.
"Contoh gula, itu kan dia akan masuk pasar setelah musim giling enam bulan. Dia didistribusikan satu tahun, tapi musim gilingnya enggak satu tahun. Jadi dia butuh stok," pungkas dia.
(izz)