Ekonomi Afrika Selatan Hanya Tumbuh 1,3%

Rabu, 27 Mei 2015 - 10:06 WIB
Ekonomi Afrika Selatan Hanya Tumbuh 1,3%
Ekonomi Afrika Selatan Hanya Tumbuh 1,3%
A A A
PRETORIA - Pertumbuhan produk domestik bruto (PDB) Afrika Selatan melemah menjadi 1,3% pada kuartal I/2015. Data resmi itu dirilis kemarin, menunjukkan dampak pemutusan listrik bergilir yang menurunkan output manufaktur.

Data yang diumumkan Badan Statistik Afrika Selatan itu menunjukkan penurunan tajam dari pertumbuhan 4,1% pada kuartal IV/2014, saat negara itu berupaya mengatasi krisis listrik dan tingkat pengangguran yang tinggi. Industri manufaktur turun 2,4% dan pertanian terkena dampak kekeringan yang parah.

”Manufaktur memiliki hasil yang negatif. Ini sedikit rumit apakah ini karena krisis listrik atau karena lemahnya permintaan,” papar pakar statistik Pali Lehohla yang melakukan telekonferensi dari Cape Town pada wartawan di Pretoria, dikutip kantor berita AFP. ”Tentu listrik sebagai pendorong utama produksi, ketiadaan listrik mengganggu produksi.” Pemutusan listrik secara bergilir harus dilakukan pemerintah untuk mengurangi penggunaan energi.

Pemutusan listrik ini sudah menjadi hal yang biasa bagi sebagian besar orang dan perusahaan di Afrika Selatan. Perusahaan listrik negara Eskom terus mengalami penurunan kinerja selama beberapa tahun akibat kurangnya investasi dan infrastruktur yang sudah kuno. Perusahaan itu juga mengalami masalah dalam pengelolaannya. Padahal, selama ini Eskom diandalkan untuk menghasilkan lebih dari 95% listrik di negara itu.

Ekonomi Afrika Selatan diperkirakan tumbuh sekitar 2,2% tahun ini. ”Kondisi ini diakibatkan berbagai masalah domestik, rendahnya harga komoditas internasional dan penurunan permintaan global. Data PDB hari ini konsisten dengan penilaian umum Bank Sentral tentang kondisi ekonomi, mencerminkan sedikitnya momentum,” ungkap pernyataan Nedbank.

”Tidak perlu terkejut. Saya pikir berbagai risiko untuk pertumbuhan harus berada di sisi penurunan terkait Eskom. Gambarannya ialah saya tidak ingin mengatakan suram, gambarannya mengkhawatirkan,” ucap Ryan Wibberley, kepala dealing saham untuk negara berkembang di Investec. ”Ada kebutuhan untuk menyelesaikan masalah listrik, resolusi negosiasi gaji, dan perubahan siklus moneter.”

Kinerja buruk Afrika Selatan terjadi saat negara-negara lain di kawasan sub-Sahara itu berada dalam jalur rekor pertumbuhan 3,5% tahunini, menurutlaporan yang dirilis Bank Pembangunan Afrika (ADB). Partai Kongres Nasional yang berkuasa gagal menciptakan lapangan kerja di Afrika Selatan.

Syarifudin
(bbg)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.3036 seconds (0.1#10.140)