Jelang Ramadan, Kebutuhan Daging Sapi Dijamin Aman
A
A
A
JAKARTA - Kementerian Perdagangan (Kemendag) telah mengeluarkan izin impor beberapa jenis sapi andalan dari Australia, menjelang Ramadan dan Lebaran. Hal ini dilakukan untuk mengantisipasi lonjakan permintaan daging sapi di dalam negeri.
Direktur Jenderal Perdagangan Luar Negeri Kementerian Perdagangan Partogi Pangaribuan mengatakan, pada April, Kemendag telah mengeluarkan izin impor sapi bakalan sebanyak 250 ribu ton.
"Ini untuk mengantisipasi supaya harga di masyarakat lebih stabil, karena menjelang puasa dan Lebaran permintaan daging biasanya melonjak," kata dia dalam rilisnya di Jakarta, Rabu (27/5/2015).
Sementara, konsumen diminta waspada terhadap peredaran daging sapi di pasar, khususnya jika ditemukan zat Beta Agonis (B2). Obat Asma ini juga dapat digunakan untuk menggemukkan sapi dengan cepat.
Sapi yang disuntikkan obat ini dapat meningkatkan sintesis protein dalam tubuh sapi. Sehingga membuat otot sapi membesar dengan lebih cepat dan mengurangi kadar lemak.
Selain itu, penggunaan B2 pada sapi memengaruhi kualitas daging dan juga kesehatan manusia yang mengonsumsinya. Daging yang mengandung B2 akan terasa lebih alot karena perbandingan antara daging dan lemaknya tidak seimbang.
"Konsumsi daging sapi mengandung B2 dalam jangka panjang dapat menyebabkan growth tremor (tangan bergetar semakin cepat-tahap awal parkinson), Tachychardia (peningkatan denyut jantung) yang bisa bisa mengakibatkan gagal jantung," ungkap Seporano V, dari Fakultas Kimia Institute Pencegahan Penyakit Hewan (IZSDM), Portici.
"Pada konsumen yang sensitif, sapi mengandung B2 akan memunculkan rasa mual, pusing, dan keracunan makanan," lanjutnya.
Sayangnya, di Indonesia masih banyak peternak sapi menggunakan obat asma ini untuk menggemukkan sapi. Mendekati puasa, saat para peternak berlomba untuk memenuhi kebutuhan menjelang puasa dan Lebaran dipastikan penggunaan B2 meningkat.
Ciri paling terlihat dari daging yang digemukkan dengan menggunakan suntikan obat asma ini adalah daging terasa lebih keras dan lebih alot saat dimasak. Karenanya, teliti dan periksa daging sapi yang dibeli di pasar atau di supermarket.
Direktur Jenderal Perdagangan Luar Negeri Kementerian Perdagangan Partogi Pangaribuan mengatakan, pada April, Kemendag telah mengeluarkan izin impor sapi bakalan sebanyak 250 ribu ton.
"Ini untuk mengantisipasi supaya harga di masyarakat lebih stabil, karena menjelang puasa dan Lebaran permintaan daging biasanya melonjak," kata dia dalam rilisnya di Jakarta, Rabu (27/5/2015).
Sementara, konsumen diminta waspada terhadap peredaran daging sapi di pasar, khususnya jika ditemukan zat Beta Agonis (B2). Obat Asma ini juga dapat digunakan untuk menggemukkan sapi dengan cepat.
Sapi yang disuntikkan obat ini dapat meningkatkan sintesis protein dalam tubuh sapi. Sehingga membuat otot sapi membesar dengan lebih cepat dan mengurangi kadar lemak.
Selain itu, penggunaan B2 pada sapi memengaruhi kualitas daging dan juga kesehatan manusia yang mengonsumsinya. Daging yang mengandung B2 akan terasa lebih alot karena perbandingan antara daging dan lemaknya tidak seimbang.
"Konsumsi daging sapi mengandung B2 dalam jangka panjang dapat menyebabkan growth tremor (tangan bergetar semakin cepat-tahap awal parkinson), Tachychardia (peningkatan denyut jantung) yang bisa bisa mengakibatkan gagal jantung," ungkap Seporano V, dari Fakultas Kimia Institute Pencegahan Penyakit Hewan (IZSDM), Portici.
"Pada konsumen yang sensitif, sapi mengandung B2 akan memunculkan rasa mual, pusing, dan keracunan makanan," lanjutnya.
Sayangnya, di Indonesia masih banyak peternak sapi menggunakan obat asma ini untuk menggemukkan sapi. Mendekati puasa, saat para peternak berlomba untuk memenuhi kebutuhan menjelang puasa dan Lebaran dipastikan penggunaan B2 meningkat.
Ciri paling terlihat dari daging yang digemukkan dengan menggunakan suntikan obat asma ini adalah daging terasa lebih keras dan lebih alot saat dimasak. Karenanya, teliti dan periksa daging sapi yang dibeli di pasar atau di supermarket.
(izz)