Industri Pulp dan Kertas Masih Prospektif
A
A
A
JAKARTA - Industri pulp dan kertas di masa mendatang diyakini masih akan terus tumbuh kendati dibayangi penurunan permintaan akibat perkembangan peran media elektronika dan teknologi internet.
Direktur Eksekutif Asosiasi Pulp dan Kertas Indonesia (APKI) Liana Bratasida mengatakan, perkembangan teknologi, baik gadget maupun internet, memang membuat aksi pengurangan penggunaan kertas (paperless ) meningkat. Namun, kertas tidak akan bisa sepenuhnya ditinggalkan.
Dia mencontohkan, penggunaan kertas tisu yang telah menjadi budaya dan gaya hidup, bahkan di daerah pedalaman di China. ”Pada 2050 penduduk dunia sekitar 9 miliar dan konsentrasinya di negara-negara berkembang. Sehingga, prospek industri kemasan berbahan kertas dan kertas tisu akan terus naik termasuk di Indonesia,” ujarnya di sela-sela seminar bertema Product Innovation Management: How Pulp and Paper Industry Faces the ASEAN Economic Community 2015 di Auditorium PPM Manajemen Jakarta kemarin.
Kasubdit Industri Selulosa dan Karet Kementerian Perindustrian (Kemenperin) Emil Satria mengatakan, industri pulp dan kertas Indonesia kelasnya sudah mendunia sehingga diyakini bisa bersaing di kancah Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA). ”Industri pulp dan kertas ini masuk kelompok industri prioritas,” sebutnya.
Emil memaparkan, saat ini terdapat 81 industri pulp dan kertas, dengan kapasitas terpasang pada 2014 sebanyak 7,9 juta ton per tahun untuk pulp (peringkat 9 dunia) dan 12,9 juta ton per tahun untuk kertas (peringkat 6 dunia). Sementara, realisasi produksi sebanyak 6,4 juta ton untuk pulp dan 10,4 juta ton untuk kertas. ”Tahun depan diharapkan ada penambahan 2 juta ton pulp dari industri di Sumatera Selatan,” ujarnya.
Wakil Ketua Umum Product Development Management Association (PDMA) Martinus S Rusli menambahkan, tidak semua industri ketakutan menghadapi MEA. Menurutnya, bagi industri tertentu justru membuka peluang besar. Industri pulp dan kertas misalnya, diproyeksi tumbuh sekitar 5% pada tahun ini.
Inda susanti
Direktur Eksekutif Asosiasi Pulp dan Kertas Indonesia (APKI) Liana Bratasida mengatakan, perkembangan teknologi, baik gadget maupun internet, memang membuat aksi pengurangan penggunaan kertas (paperless ) meningkat. Namun, kertas tidak akan bisa sepenuhnya ditinggalkan.
Dia mencontohkan, penggunaan kertas tisu yang telah menjadi budaya dan gaya hidup, bahkan di daerah pedalaman di China. ”Pada 2050 penduduk dunia sekitar 9 miliar dan konsentrasinya di negara-negara berkembang. Sehingga, prospek industri kemasan berbahan kertas dan kertas tisu akan terus naik termasuk di Indonesia,” ujarnya di sela-sela seminar bertema Product Innovation Management: How Pulp and Paper Industry Faces the ASEAN Economic Community 2015 di Auditorium PPM Manajemen Jakarta kemarin.
Kasubdit Industri Selulosa dan Karet Kementerian Perindustrian (Kemenperin) Emil Satria mengatakan, industri pulp dan kertas Indonesia kelasnya sudah mendunia sehingga diyakini bisa bersaing di kancah Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA). ”Industri pulp dan kertas ini masuk kelompok industri prioritas,” sebutnya.
Emil memaparkan, saat ini terdapat 81 industri pulp dan kertas, dengan kapasitas terpasang pada 2014 sebanyak 7,9 juta ton per tahun untuk pulp (peringkat 9 dunia) dan 12,9 juta ton per tahun untuk kertas (peringkat 6 dunia). Sementara, realisasi produksi sebanyak 6,4 juta ton untuk pulp dan 10,4 juta ton untuk kertas. ”Tahun depan diharapkan ada penambahan 2 juta ton pulp dari industri di Sumatera Selatan,” ujarnya.
Wakil Ketua Umum Product Development Management Association (PDMA) Martinus S Rusli menambahkan, tidak semua industri ketakutan menghadapi MEA. Menurutnya, bagi industri tertentu justru membuka peluang besar. Industri pulp dan kertas misalnya, diproyeksi tumbuh sekitar 5% pada tahun ini.
Inda susanti
(bhr)