Stok Beras Bulog Masih Rentan Permainan Harga
A
A
A
JAKARTA - Institute for Development of Economic and Finance (Indef) menilai, stok beras yang dimiliki Perum Bulog sebesar 1,2 juta ton saat ini masih rentan terjadinya permainan harga. Kendati, stok tersebut diklaim mampu menjaga persediaan pangan hingga 5,8 bulan ke depan.
Dia mengatakan, dengan stok 1,2 juta ton Bulog tersebut, harga beras pada Ramadan hingga Lebaran masih relatif terkendali. Sebab, para spekulan tidak mungkin melakukan permainan harga saat stok beras cukup.
"Karena mereka akan lihat, enggak mungkin mereka melakukan spekulasi ketika pemerintah memiliki stok. Karena kalau melakukan itu rugi pasti. Apalagi Bulog akan melakukan operasi pasar," ucapnya di Kawasan Cikini, Jakarta, Senin (1/6/2015).
Namun, lanjut Enny, stok yang dikuasai Bulog tersebut seberapa lama akan mampu meredam niat para pelaku untuk melakukan spekulasi harga. Terlebih stok yang dimiliki tersebut juga termasuk untuk beras operasi pasar (OP).
"Kalau para spekulan ini yakin bahwa masyarakat sudah tidak ada yang menguasai stok, dan penguasaan stok ini sudah didominasi kekuatan yang selama ini bisa membuat penetrasi pasar, ini yang menimbulkan risiko terjadinya fluktuasi harga," imbuh dia.
Sebab itu, menurut Enny, Bulog sedianya harus memenuhi stok ideal beras yaitu sekitar 10% dari ketersediaan beras nasional atau 4,5 juta ton. "Supaya tidak ada peluang dan ruang para spekulan ini melakukan pemanfaatan peluang Ramadan dan Idul Fitri, atau menunggu masa panen," tandasnya.
Dia mengatakan, dengan stok 1,2 juta ton Bulog tersebut, harga beras pada Ramadan hingga Lebaran masih relatif terkendali. Sebab, para spekulan tidak mungkin melakukan permainan harga saat stok beras cukup.
"Karena mereka akan lihat, enggak mungkin mereka melakukan spekulasi ketika pemerintah memiliki stok. Karena kalau melakukan itu rugi pasti. Apalagi Bulog akan melakukan operasi pasar," ucapnya di Kawasan Cikini, Jakarta, Senin (1/6/2015).
Namun, lanjut Enny, stok yang dikuasai Bulog tersebut seberapa lama akan mampu meredam niat para pelaku untuk melakukan spekulasi harga. Terlebih stok yang dimiliki tersebut juga termasuk untuk beras operasi pasar (OP).
"Kalau para spekulan ini yakin bahwa masyarakat sudah tidak ada yang menguasai stok, dan penguasaan stok ini sudah didominasi kekuatan yang selama ini bisa membuat penetrasi pasar, ini yang menimbulkan risiko terjadinya fluktuasi harga," imbuh dia.
Sebab itu, menurut Enny, Bulog sedianya harus memenuhi stok ideal beras yaitu sekitar 10% dari ketersediaan beras nasional atau 4,5 juta ton. "Supaya tidak ada peluang dan ruang para spekulan ini melakukan pemanfaatan peluang Ramadan dan Idul Fitri, atau menunggu masa panen," tandasnya.
(izz)