IATA Bidik Pendapatan USD30 Juta
A
A
A
JAKARTA - PT Indonesia Transport & Infrastructure Tbk (IATA) sepanjang 2015 membidik pendapatan sebesar USD30 juta, naik 23,28% dibandingkan perolehan perseroan hingga akhir tahun lalu sebesar USD23,57 juta.
Wakil Presiden Direktur Indonesia Transport & Infrastructure Wishnu Handoyono mengatakan, perseroan akan terus memperkuat sektor bisnisnya guna meningkatkan kinerja pada tahun ini. IATA pun menyiapkan beberapa strategi dengan penguatan bisnis penyewaan pesawat melalui tender-tender yang diadakan perusahaan migas, penambahan armada jet pribadi, dan mengoptimalkan armada yang dimiliki dengan pengelolaan yang baik.
”Kami optimistis terus meningkatkan kinerja di tahun 2015 melalui berbagai upaya strategis di sektor penerbangan dan pengelolaan pelabuhan batu bara. Target pertumbuhan revenue estimasi tahun ini USD30 juta,” kata Wishnu dalam paparan publik perseroan di Jakarta kemarin.
Sebagai catatan, sepanjang tahun lalu perseroan berhasil membukukan pendapatan usaha sebesar USD23,57 juta, dengan jumlah aktiva sebesar USD127,13 juta, dan jumlah ekuitas sebesar USD67,25 juta. Demi menekan efisiensi, perseroan berencana menjual pesawat nonproduktif. ”Hal ini sebagai langkah regenerasi bagi usia pesawat yang telah lanjut. Kita terus jajaki potential buyer ,” jelas dia.
Pada tahun buku 2014 Indonesia Air memiliki 11 pesawat terdiri atas satu unit Embraer Legacy 600, dua unit ATR42-500, satu unit ATR42- 300, dua unit Fokker-50, empat unit Airbus Helicopters EC155- B1, dan satu unit Airbus Helicopters AS365 Dauphin N2. ”Ke depan kami akan meningkatkan promosi private jet business , sedangkan rencana penambahan private jet masih dalam wacana, kita perhitungkan aspek komersialnya dan manajemen belum mengambil keputusan,” tandasnya.
Basis operasi Indonesia Air terdapat di empat kota besar yakni Sultan Aji Muhammad Sulaiman, Sepinggan International Airport, Balikpapan, Kalimantan Timur (standby charter); Sorowako, Sulawesi Selatan, kontrak dengan PT Vale Indonesia Tbk; Halim Perdanakusuma International Airport, Jakarta (standby charter ); Denpasar, Bali, kontrak dengan Kangean Energy Indonesia Ltd.
Selain sektor penerbangan, menurut Wishnu, IATA membidik peningkatan kontribusi dari sektor pengelolaan pelabuhan batu bara. Pada tahun ini, melalui PT MNC Infrastruktur Utama, perseroan telah berhasil membangun Barges Loading Conveyor (BLC) di Palaran, Kalimantan Timur, dengan kapasitas 1.000 metrik ton per jam, yang diharapkan dapat memberikan kontribusi tambahan yang cukup signifikan bagi perusahaan.
”Dari terminal coal kami targetkan memberikan kontribusi sebesar 25-30% atau sekitar USD6-7 juta dari konsolidasi revenue hingga akhir tahun ini sebesar USD30 juta,” imbuhnya.
Sementara, Direktur Operasional Indonesia Transport & Infrastructure Andre Frelly Ering menambahkan, perseroan akan menjalin kerja sama dengan perusahaan tambang lainnya untuk meningkatkan kapasitas volume jasa pelabuhan. IATA juga akan memaksimalkan kapasitas produksi yang dimiliki dengan dilakukan pendekatan atas potensi konsumen. Saat ini PT MNC Infrastruktur Utama memiliki dua basis pelabuhan batu bara yakni di Palaran, Kalimantan Timur, dan Mangsang, Sumatera Selatan.
Pada tahun 2014 kapasitas PT MNC Infrastruktur Utama sebesar 80.000 metrik ton per bulan di Kalimantan Timur, sedangkan di Sumatera Selatan sebesar 50.000 metrik ton per bulan. Diharapkan pada tahun ini, kapasitas pelabuhan PT MNC Infrastruktur Utama naik menjadi 250.000 metrik ton per bulan di Kalimantan Timur. Sedangkan, di Sumatera Selatan masih tetap 50.000 metrik ton per bulan.
Heru febrianto
Wakil Presiden Direktur Indonesia Transport & Infrastructure Wishnu Handoyono mengatakan, perseroan akan terus memperkuat sektor bisnisnya guna meningkatkan kinerja pada tahun ini. IATA pun menyiapkan beberapa strategi dengan penguatan bisnis penyewaan pesawat melalui tender-tender yang diadakan perusahaan migas, penambahan armada jet pribadi, dan mengoptimalkan armada yang dimiliki dengan pengelolaan yang baik.
”Kami optimistis terus meningkatkan kinerja di tahun 2015 melalui berbagai upaya strategis di sektor penerbangan dan pengelolaan pelabuhan batu bara. Target pertumbuhan revenue estimasi tahun ini USD30 juta,” kata Wishnu dalam paparan publik perseroan di Jakarta kemarin.
Sebagai catatan, sepanjang tahun lalu perseroan berhasil membukukan pendapatan usaha sebesar USD23,57 juta, dengan jumlah aktiva sebesar USD127,13 juta, dan jumlah ekuitas sebesar USD67,25 juta. Demi menekan efisiensi, perseroan berencana menjual pesawat nonproduktif. ”Hal ini sebagai langkah regenerasi bagi usia pesawat yang telah lanjut. Kita terus jajaki potential buyer ,” jelas dia.
Pada tahun buku 2014 Indonesia Air memiliki 11 pesawat terdiri atas satu unit Embraer Legacy 600, dua unit ATR42-500, satu unit ATR42- 300, dua unit Fokker-50, empat unit Airbus Helicopters EC155- B1, dan satu unit Airbus Helicopters AS365 Dauphin N2. ”Ke depan kami akan meningkatkan promosi private jet business , sedangkan rencana penambahan private jet masih dalam wacana, kita perhitungkan aspek komersialnya dan manajemen belum mengambil keputusan,” tandasnya.
Basis operasi Indonesia Air terdapat di empat kota besar yakni Sultan Aji Muhammad Sulaiman, Sepinggan International Airport, Balikpapan, Kalimantan Timur (standby charter); Sorowako, Sulawesi Selatan, kontrak dengan PT Vale Indonesia Tbk; Halim Perdanakusuma International Airport, Jakarta (standby charter ); Denpasar, Bali, kontrak dengan Kangean Energy Indonesia Ltd.
Selain sektor penerbangan, menurut Wishnu, IATA membidik peningkatan kontribusi dari sektor pengelolaan pelabuhan batu bara. Pada tahun ini, melalui PT MNC Infrastruktur Utama, perseroan telah berhasil membangun Barges Loading Conveyor (BLC) di Palaran, Kalimantan Timur, dengan kapasitas 1.000 metrik ton per jam, yang diharapkan dapat memberikan kontribusi tambahan yang cukup signifikan bagi perusahaan.
”Dari terminal coal kami targetkan memberikan kontribusi sebesar 25-30% atau sekitar USD6-7 juta dari konsolidasi revenue hingga akhir tahun ini sebesar USD30 juta,” imbuhnya.
Sementara, Direktur Operasional Indonesia Transport & Infrastructure Andre Frelly Ering menambahkan, perseroan akan menjalin kerja sama dengan perusahaan tambang lainnya untuk meningkatkan kapasitas volume jasa pelabuhan. IATA juga akan memaksimalkan kapasitas produksi yang dimiliki dengan dilakukan pendekatan atas potensi konsumen. Saat ini PT MNC Infrastruktur Utama memiliki dua basis pelabuhan batu bara yakni di Palaran, Kalimantan Timur, dan Mangsang, Sumatera Selatan.
Pada tahun 2014 kapasitas PT MNC Infrastruktur Utama sebesar 80.000 metrik ton per bulan di Kalimantan Timur, sedangkan di Sumatera Selatan sebesar 50.000 metrik ton per bulan. Diharapkan pada tahun ini, kapasitas pelabuhan PT MNC Infrastruktur Utama naik menjadi 250.000 metrik ton per bulan di Kalimantan Timur. Sedangkan, di Sumatera Selatan masih tetap 50.000 metrik ton per bulan.
Heru febrianto
(ftr)