Pertumbuhan Ekonomi Kuartal II Diprediksi Stagnan
A
A
A
SEMARANG - Bank Indonesia (BI) memprediksi pertumbuhan ekonomi pada kuartal kedua tidak akan jauh berbeda dengan kuartal pertama. Hal tersebut karena harga komoditas di pasar internasional belum mengalami kenaikan.
Deputi Gubernur Senior BI, Mirza Adityaswara mengatakan, biasanya pada kuartal II aktivitas ekonomi ada peningkatan. Tetapi, harga komoditas sampai sekarang belum ada kenaikan. Sehingga, kalaupun ada peningkatan tidak akan signifikan.
“Kita melihat aktivitas ekonomi masih relatif stagnan,” ujarnya, usai menjadi pembicara dalam Forum Ekonomi dan Bisnis di Kantor BI Wilayah V Jateng dan DIY, Kamis (4/6/2015).
Sebab itu, untuk mendorong pertumbuhan ekonomi, BI mendorong daerah penghasil komoditas batu bara, karet, dan kelapa sawit melakukan diversifikasi untuk menggenjot pertumbuhan ekonomi di wilayah tersebut.
“Hal tersebut dikarenakan tren harga komoditi saat ini sedang mengalami penurunan dratis, sehingga mempengaruhi nilai ekspor secara nasional,” imbuh Mirza.
Dia mengatakan, bisa saja daerah yang selama ini mengandalkan komoditi pertambangan dan pertanian beralih ke sektor manufaktur dan jasa. Namun, diperlukan dukungan dari pemerintah, berupa pembangunan infrastruktur yang memadai.
“Jadi program pemerintah yang mendorong infrastruktur jalan, listrik dan pelabuhan sudah tepat. Tinggal sekarang bagaimana memercepat proses tender, mempercepat pencairan anggaran sehingga proyek infrastruktur bisa jalan,” ungkapnya
Menurut Mirza, perlambatan pertumbuhan ekonomi di kuartal I 2015 banyak dipengaruhi penurunan harga komoditas. Dari catatan Badan Pusat Statistik (BPS) daerah, seperti Kalimantan dan Sumatera yang mengandalkan komoditi tercatat mengalami pertumbuhan negatif.
Hal itu berbeda dengan daerah-daerah di Pulau Jawa yang masih bisa tumbuh 5% atau 6 %. Beberapa provinsi di Sumatera dan Kalimantan justru mengalami pertumbuhan negatif,” terangnya.
Di tempat terpisah, Ketua Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Jateng, Frans Kongi mengakui gejolak ekonomi yang terjadi di Indonesia pada kuartal I sangat berpengaruh terhadap dunia usaha. “Kondisi USD yang tidak stabil menjadi salah satu faktornya,” ungkapnya.
Apindo sendiri memprediksi, pada kuartal II kondisi dunia usaha juga tidak akan tumbuh baik, karena kondisi ekonomi yang belum stabil. “Kuartal II kondisi tidak akan jauh berbeda, kalau kondisi kita masih seperti ini terus,” tandas Frans.
Deputi Gubernur Senior BI, Mirza Adityaswara mengatakan, biasanya pada kuartal II aktivitas ekonomi ada peningkatan. Tetapi, harga komoditas sampai sekarang belum ada kenaikan. Sehingga, kalaupun ada peningkatan tidak akan signifikan.
“Kita melihat aktivitas ekonomi masih relatif stagnan,” ujarnya, usai menjadi pembicara dalam Forum Ekonomi dan Bisnis di Kantor BI Wilayah V Jateng dan DIY, Kamis (4/6/2015).
Sebab itu, untuk mendorong pertumbuhan ekonomi, BI mendorong daerah penghasil komoditas batu bara, karet, dan kelapa sawit melakukan diversifikasi untuk menggenjot pertumbuhan ekonomi di wilayah tersebut.
“Hal tersebut dikarenakan tren harga komoditi saat ini sedang mengalami penurunan dratis, sehingga mempengaruhi nilai ekspor secara nasional,” imbuh Mirza.
Dia mengatakan, bisa saja daerah yang selama ini mengandalkan komoditi pertambangan dan pertanian beralih ke sektor manufaktur dan jasa. Namun, diperlukan dukungan dari pemerintah, berupa pembangunan infrastruktur yang memadai.
“Jadi program pemerintah yang mendorong infrastruktur jalan, listrik dan pelabuhan sudah tepat. Tinggal sekarang bagaimana memercepat proses tender, mempercepat pencairan anggaran sehingga proyek infrastruktur bisa jalan,” ungkapnya
Menurut Mirza, perlambatan pertumbuhan ekonomi di kuartal I 2015 banyak dipengaruhi penurunan harga komoditas. Dari catatan Badan Pusat Statistik (BPS) daerah, seperti Kalimantan dan Sumatera yang mengandalkan komoditi tercatat mengalami pertumbuhan negatif.
Hal itu berbeda dengan daerah-daerah di Pulau Jawa yang masih bisa tumbuh 5% atau 6 %. Beberapa provinsi di Sumatera dan Kalimantan justru mengalami pertumbuhan negatif,” terangnya.
Di tempat terpisah, Ketua Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Jateng, Frans Kongi mengakui gejolak ekonomi yang terjadi di Indonesia pada kuartal I sangat berpengaruh terhadap dunia usaha. “Kondisi USD yang tidak stabil menjadi salah satu faktornya,” ungkapnya.
Apindo sendiri memprediksi, pada kuartal II kondisi dunia usaha juga tidak akan tumbuh baik, karena kondisi ekonomi yang belum stabil. “Kuartal II kondisi tidak akan jauh berbeda, kalau kondisi kita masih seperti ini terus,” tandas Frans.
(dmd)