Ini Strategi Kalbe Hadapi Depresiasi Rupiah
A
A
A
JAKARTA - PT Kalbe Farma, sebagai salah satu perusahaan farmasi terbesar di Tanah Air, memiliki strategi dalam menghadapi depresiasi rupiah yang melanda perekonomian Indonesia. Terlebih, bahan baku farmasi perusahaan sebagian besar berasal impor.
Direktur Keuangan Kalbe Farma, Vidjongtius mengatakan, costing perusahaannya bisa naik mencapai 3,5%. "Tergantung depresiasi rupiahnya. Kalau lihat simulasi, biasanya belajar dari kalkulasi costing kita itu sekitar 10% depresiasi rupiah, cost naik 3,5%," ujar Vidjongtius di Gedung MNC Tower Jakarta, (5/6/2015)
Dia mengatakan, kondisi ini akan berpengaruh ke harga produk. Harga produk akan mengalami kenaikan. "Bisa (harga naik) karena ini tergantung beberapa aspek. Karena kalau mau ambil gampangnya adalah pasti kenaikan harga. Tapi, kalau di pasar kan naik harga itu enggak terlalu gampang juga. Karena ada persaingan, daya beli, itu diperhitungkan juga," jelasnya.
Selain itu, perusahaan harus melakukan efisiensi internal, supaya cost 3,5% itu bisa lebih rendah lagi atau melakukan kombinasi beberapa produk.
"Jadi, harus dikombinasi dengan beberapa strategi. Enggak hanya naik harga. Karena kalau naik harga saja, kalau daya beli turun dan persaingan ketat, itu malah bisa drop. Jadi harus diperhitungkan," tandasnya.
Hingga saat ini, pihak Kalbe sudah menaikkan harga beberapa produk besar di pasar berkisar antara 3-5%.
"Secara selektif, untuk produk-produk yang kuat dan pangsa pasarnya besar, lebih berani untuk naik harga. Tapi untuk yang baru masih kecil, kita tahan. Jadi kita seleksi, kita pilih yang benar-benar mark leader, baru naik harga," pungkasnya.
Baca: Rupiah Dibuka Capai Level Terendah Sejak 1998
Direktur Keuangan Kalbe Farma, Vidjongtius mengatakan, costing perusahaannya bisa naik mencapai 3,5%. "Tergantung depresiasi rupiahnya. Kalau lihat simulasi, biasanya belajar dari kalkulasi costing kita itu sekitar 10% depresiasi rupiah, cost naik 3,5%," ujar Vidjongtius di Gedung MNC Tower Jakarta, (5/6/2015)
Dia mengatakan, kondisi ini akan berpengaruh ke harga produk. Harga produk akan mengalami kenaikan. "Bisa (harga naik) karena ini tergantung beberapa aspek. Karena kalau mau ambil gampangnya adalah pasti kenaikan harga. Tapi, kalau di pasar kan naik harga itu enggak terlalu gampang juga. Karena ada persaingan, daya beli, itu diperhitungkan juga," jelasnya.
Selain itu, perusahaan harus melakukan efisiensi internal, supaya cost 3,5% itu bisa lebih rendah lagi atau melakukan kombinasi beberapa produk.
"Jadi, harus dikombinasi dengan beberapa strategi. Enggak hanya naik harga. Karena kalau naik harga saja, kalau daya beli turun dan persaingan ketat, itu malah bisa drop. Jadi harus diperhitungkan," tandasnya.
Hingga saat ini, pihak Kalbe sudah menaikkan harga beberapa produk besar di pasar berkisar antara 3-5%.
"Secara selektif, untuk produk-produk yang kuat dan pangsa pasarnya besar, lebih berani untuk naik harga. Tapi untuk yang baru masih kecil, kita tahan. Jadi kita seleksi, kita pilih yang benar-benar mark leader, baru naik harga," pungkasnya.
Baca: Rupiah Dibuka Capai Level Terendah Sejak 1998
(dmd)