Impor dan Ekspor China Melemah

Selasa, 09 Juni 2015 - 09:31 WIB
Impor dan Ekspor China...
Impor dan Ekspor China Melemah
A A A
BEIJING - Impor China turun untuk bulan ketujuh berturutturut pada Mei. Ekspor juga melemah. Penurunan impor dan ekspor itu terjadi, meskipun pemerintah menerapkan kebijakan dana murah.

Data mengecewakan ini muncul saat para pemimpin China berupaya mengubah pertumbuhan ekonomi dari mengandalkan investasi pemerintah dan ekspor menjadi mengandalkan belanja konsumen. ”Impor turun 17,6% year on year menjadi USD131,26 miliar,” ungkap Badan Bea Cukai China, dikutip kantor berita AFP. Penurunan ini lebih tajam dibandingkan proyeksi rata-rata turun 10% dalam survei ekonom Bloomberg News dan mengikuti penurunan 16,2% pada April.

”Data perdagangan Mei menunjukkan permintaan domestik dan eksternal tetap lemah,” kata Julian Evans-Pritchard, analis firma riset Capital Economics, dalam catatannya. ”Ekspor turun untuk bulan ketiga berturut-turut, melemah 2,5% menjadi USD190,75 miliar,” ungkap Badan Bea Cukai China. Meski demikian, data ekspor itu lebih baik dibandingkan proyeksi rata-rata turun 4% dalam survei Bloomberg.

Penurunan tajam impor itu berarti surplus perdagangan meningkat 65,5% year on year menjadi USD59,49 miliar. Dalam yuan, impor turun 18,1%, ekspor melemah 2,8% dan surplus perdagangan tumbuh 65%. Data ini menjadi bukti bahwa ekonomi China melemah pada kuartal ini, meskipun pemerintah menerapkan kebijakan stimulus. Produk domestik bruto (PDB) tumbuh 7,4% pada 2014, level terendah dalam hampir seperempat abad.

Adapun tahun ini hanya menunjukkan sinyal penguatan pada tren penurunan. PDB tumbuh 7% pada Januari- Maret, hasil kuartal terburuk dalam enam tahun dan lebih lemah dibandingkan kuartal IV/2014. Beijing telah menetapkan ekonomi tumbuh sekitar 7% tahun ini, lebih rendah dari target 2014 sekitar 7,5%. Data Purchasing Managers’ Index (PMI) HSBC menunjukkan penyusutan aktivitas manufaktur untuk tiga bulan berturut- turut pada Mei dan ekonomi diperkirakan terus melemah pada pertengahan tahun.

Pemerintah memperingatkan, manufaktur masih menghadapi sejumlah tantangan meskipun data resmi PMI China memberikan nilai berbeda, mencapai level tertinggi dalam enam bulan pada Mei. Para pemimpin China menyatakan siap menerima pertumbuhan ekonomi yang lebih lemah, tapi lebih berkelanjutan. Pasalnya, mereka berupaya mengubah model pertumbuhan yang digerakkan investasi menjadi pertumbuhan berbasis permintaan konsumen. Meski demikian, pemerintah telah meningkatkan langkah stimulus sejak tahun lalu untuk menjamin penurunan ekonomi tidak mencapai level yang mengkhawatirkan.

People’s Bank of China (PBoC) telah memangkas suku bunga sebanyak tiga kali sejak November dan dua kali mengurangi dana tunai perbankan yang harus disimpan sebagai cadangan. Bank sentral juga menyuntikkan likuiditas di pasar.

Syarifudin
(ars)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.7927 seconds (0.1#10.140)