Rupiah Diprediksi Kembali Menguat Semester II

Rabu, 10 Juni 2015 - 03:01 WIB
Rupiah Diprediksi Kembali...
Rupiah Diprediksi Kembali Menguat Semester II
A A A
JAKARTA - Rupiah diprediksi kembali menguat di level Rp12.000-13.000/USD pada semester II 2015. Jika ekonomi Amerika Serikat (AS) menguat dan pertumbuhan ekonomi global meningkat otomatis ekspor Indonesia terangkat, yang berimbas pada respon positif pasar.

"Secara implikasi USD menguat dan inflasi di AS terbatasi karena importer inflation itu turun tanpa bank sentral AS harus menaikkan fed funds rate," ujar Pelaksana Tugas Kepala Eksekutif Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) Fauzi Ichsan di Jakarta, Selasa (9/6/2015).

Sehingga, lanjut dia, bank sentral AS yang telah melakukan pengetatan kebijakan moneter, serta Jepang melakukan ekspansi, otomatis the Fed tidak perlu menaikkan suku bunga tahun ini.

Dia menuturkan, pelemahan rupiah yang terjadi saat ini disebabkan oleh faktor global. Di mana sekarang pemerintah Yunani menunggak utang dan mereka (Yunani) juga keluar dari Euro.

Meskipun Yunani tidak besar porsinya terhadap PDB Eropa, namun dampaknya terhadap emerging market akan besar, apalagi pada prospek kenaikan Fed rate. "Dengan faktor tersebut dan ditambah masih besarnya defisit neraca perdagangan Indonesia, otomatis membuat rupiah rawan," jelasnya. (Baca: Rupiah Dibuka Melemah Dekati Rp13.400/USD)

Direktur Institute For Development of Economics and Finance (Indef) Enny Sri Hartati memandang jika rupiah mendekati angka Rp14.000/USD, harus ada usaha atau terobosan-terobosan yang konkret. Menurutnya, sekarang tidak bisa hanya mengandalkan moneter atau intervensi Bank Indonesia (BI) karena dapat memperparah kondisi ekonomi dalam negeri.

"Kalau hanya mengandalkan moneter, atau bahkan instrumen BI mau menaikkan SB (suku bunga), itu malah jauh memperparah kondisi," imbuhnya.

Eny menerangkan, jika tidak ada langkah-langkah spekulatif, rupiah bisa tertahan pada kisaran Rp13.000/USD sampai akhir 2015. Sementara untuk tahun depan, Eny memperkirakan nilai tukar rupiah akan sangat ditentukan pada efektivitas program-program pemerintah tahun ini.

"Yang bisa memberikan penurunan tekanan depresiasi ini adalah kalau sektor riil tumbuh, sehingga akan meningkatkan ekspor, pengendalian impor, dan menumbuhkan optimisme capital inflow yang masuk dalam bentuk Foreign Direct Investment (FDI) atau investasi langsung luar negeri," terang Eny.

Direktur Departemen Komunikasi BI Peter Jacobs menyebutkan, pihaknya akan selalu ada di pasar. Apalagi dalam rangka smooting volutility, Bank Indonesia pasti akan lakukan intervensi.

"Kita tidak menargetkan satu level tertentu. Kita terus ada di pasar untuk melihat bagian-bagian itu, jadi intervensi rupiah dengan valuta asing, dan juga intervensi di SBN terkendali," tandas Peter.

Baca: HT Khawatir Rupiah Terperosok Rp14.000/USD
(dmd)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.8811 seconds (0.1#10.140)