Tak Lagi Gunakan L/C Pertamina Makin Efisien
A
A
A
JAKARTA - PT Pertamina (Persero) menegaskan, dibekukannya Pertamina Energy Trading Limted (Petral) sama sekali tidak mengganggu proses pengadaan bahan bakar minyak (BBM) oleh perusahaan.
Bahkan, perusahaan juga tidak lagi perlu membuka letter of credit (L/C) dalam proses impor BBM sehingga lebih efisien. ”Jadi Pertamina tidak harus buka L/C. Justru dengan begitu, kita tidak terbebani sehingga efisien. Dulu Petral menerbitkan L/C cukup besar, mencapai Rp60 triliun. Sekarang tanpa L/C tiga bulan awal saja sudah terjadi efisiensi USD29 juta atau sekitar Rp300 miliar,” kata Direktur Utama Pertamina Dwi Soetjipto di Jakarta kemarin.
Dwi mengatakan, sebelumnya memang tidak sedikit yang mengkhawatirkan, jika tanpa Petral, Pertamina tidak lagi dipercaya oleh produsen minyak luar negeri untuk melakukan impor BBM. Anggapan itu salah besar karena Pertamina bisa melakukan impor BBM tanpa harus membuka L/C seperti yang dilakukan oleh Petral. Bahkan, banyak perusahaan besar yang bersedia memasok BBM ke Pertamina tanpa harus membuka L/C.
Karena itu, Dwi menegaskan bahwa Pertamina menjamin keandalan pasokan BBM dalam negeri untuk aktivitas produksi, transportasi, distribusi, dan mobilitas masyarakat. Direktur Institute Indonesian Resources Studies (IRESS) Marwan Batubara mengatakan, kesediaan perusahaan-perusahaan besar memasok BBM ke Pertamina tanpa harus menerbitkan L/C menjadi indikasi yang baik bagi industri migas dalam negeri. Menurut Marwan, selama ini penerbitan L/C tidak praktis karena prosesnya yang berkepanjangan. ”Ini bisa menjadi insentif sendiri. L/C itu administrasi dan prosesnya sulit,” ungkapnya.
Marwan menjelaskan, L/C akan lebih menguntungkan pihak asing ketimbang lokal. Hal itu disebabkan mayoritas bankbank penerima L/C bukan bank nasional. ”Kebanyakan bank asing dan merekalah yang menikmati uangnya,” ujar dia.
Marwan juga menambahkan, pencatatan devisa dapat lebih dioptimalkan jika semua instansi terkait seperti Bea Cukai menjalankan tugasnya dengan baik. Sebab, bisa saja terjadi penyelundupan sehingga angka tersebut tidak tercatat Bea Cukai. ”Data ekspor-impor seharusnya adalah data riil yang bisa dipercaya,” tuturnya.
Nanang wijayanto
Bahkan, perusahaan juga tidak lagi perlu membuka letter of credit (L/C) dalam proses impor BBM sehingga lebih efisien. ”Jadi Pertamina tidak harus buka L/C. Justru dengan begitu, kita tidak terbebani sehingga efisien. Dulu Petral menerbitkan L/C cukup besar, mencapai Rp60 triliun. Sekarang tanpa L/C tiga bulan awal saja sudah terjadi efisiensi USD29 juta atau sekitar Rp300 miliar,” kata Direktur Utama Pertamina Dwi Soetjipto di Jakarta kemarin.
Dwi mengatakan, sebelumnya memang tidak sedikit yang mengkhawatirkan, jika tanpa Petral, Pertamina tidak lagi dipercaya oleh produsen minyak luar negeri untuk melakukan impor BBM. Anggapan itu salah besar karena Pertamina bisa melakukan impor BBM tanpa harus membuka L/C seperti yang dilakukan oleh Petral. Bahkan, banyak perusahaan besar yang bersedia memasok BBM ke Pertamina tanpa harus membuka L/C.
Karena itu, Dwi menegaskan bahwa Pertamina menjamin keandalan pasokan BBM dalam negeri untuk aktivitas produksi, transportasi, distribusi, dan mobilitas masyarakat. Direktur Institute Indonesian Resources Studies (IRESS) Marwan Batubara mengatakan, kesediaan perusahaan-perusahaan besar memasok BBM ke Pertamina tanpa harus menerbitkan L/C menjadi indikasi yang baik bagi industri migas dalam negeri. Menurut Marwan, selama ini penerbitan L/C tidak praktis karena prosesnya yang berkepanjangan. ”Ini bisa menjadi insentif sendiri. L/C itu administrasi dan prosesnya sulit,” ungkapnya.
Marwan menjelaskan, L/C akan lebih menguntungkan pihak asing ketimbang lokal. Hal itu disebabkan mayoritas bankbank penerima L/C bukan bank nasional. ”Kebanyakan bank asing dan merekalah yang menikmati uangnya,” ujar dia.
Marwan juga menambahkan, pencatatan devisa dapat lebih dioptimalkan jika semua instansi terkait seperti Bea Cukai menjalankan tugasnya dengan baik. Sebab, bisa saja terjadi penyelundupan sehingga angka tersebut tidak tercatat Bea Cukai. ”Data ekspor-impor seharusnya adalah data riil yang bisa dipercaya,” tuturnya.
Nanang wijayanto
(ars)