Tanggapan BI Rupiah Masih Berada di Titik Krisis Moneter
A
A
A
JAKARTA - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (USD) saat ini masih berada di posisi saat terjadi krisis moneter 1998. Rupiah berada di level Rp13.300 per USD, atau sama dengan posisi pada Agustus 1998 silam.
Menanggapi hal itu, Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi, Tirta Segara menuturkan, melemahnya nilai tukar mata uang tidak hanya terjadi pada rupiah. Sebab, kondisi USD secara umum saat ini menguat terhadap mata uang dunia.
"Semua currency melemah kecenderungannya. Memang besarannya beda-beda, tergantung dari kondisi negara. Bahkan ada negara-negara tertentu yang sengaja melemahkan mata uang," ujarnya di Gedung BI, Jakarta, Kamis (18/6/2015).
Tirta menyebutkan, pelemahan mata uang rupiah bukan yang paling buruk. Brazil dan Turki secara year to date mengalami pelemahan 11% hingga 14%. Sementara pelemahan rupiah masih di kisaran 7,5%. (Baca juga: BI dan Pemerintah Diminta Tanggapi Serius Pelemahan Rupiah
"Ya, semua melemah, nanti tergantung bandingannya. Euro waktu melemah tajam, jadi rupiah kita sempat seperti menguat terhadap Euro. Tapi sekarang Euro seperti ada perbaikan, tetapi masih tertahan oleh Greece (Yunani)," imbuhnya.
Meskipun rupiah tergempur penguatan USD, lanjut Tirta, namun nilai tukar rupiah terhadap Yen masih dalam kondisi stabil. Kondisi rupiah terhadap mata uang Negeri Sakura tersebut berada di kisaran Rp118 hingga Rp120 per yen. "Dengan euro, pernah menguat terhadap euro malahan. Jadi, enggak semua terus melemah," pungkasnya.
Baca juga:
HT: Tidak Ada Teori Rupiah Menguat Itu Buruk
Penyebab Pelemahan Rupiah Tak Mampu Dongkrak Ekspor
HT: Rupiah Menguat Bagus bagi Ekonomi Indonesia
Menanggapi hal itu, Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi, Tirta Segara menuturkan, melemahnya nilai tukar mata uang tidak hanya terjadi pada rupiah. Sebab, kondisi USD secara umum saat ini menguat terhadap mata uang dunia.
"Semua currency melemah kecenderungannya. Memang besarannya beda-beda, tergantung dari kondisi negara. Bahkan ada negara-negara tertentu yang sengaja melemahkan mata uang," ujarnya di Gedung BI, Jakarta, Kamis (18/6/2015).
Tirta menyebutkan, pelemahan mata uang rupiah bukan yang paling buruk. Brazil dan Turki secara year to date mengalami pelemahan 11% hingga 14%. Sementara pelemahan rupiah masih di kisaran 7,5%. (Baca juga: BI dan Pemerintah Diminta Tanggapi Serius Pelemahan Rupiah
"Ya, semua melemah, nanti tergantung bandingannya. Euro waktu melemah tajam, jadi rupiah kita sempat seperti menguat terhadap Euro. Tapi sekarang Euro seperti ada perbaikan, tetapi masih tertahan oleh Greece (Yunani)," imbuhnya.
Meskipun rupiah tergempur penguatan USD, lanjut Tirta, namun nilai tukar rupiah terhadap Yen masih dalam kondisi stabil. Kondisi rupiah terhadap mata uang Negeri Sakura tersebut berada di kisaran Rp118 hingga Rp120 per yen. "Dengan euro, pernah menguat terhadap euro malahan. Jadi, enggak semua terus melemah," pungkasnya.
Baca juga:
HT: Tidak Ada Teori Rupiah Menguat Itu Buruk
Penyebab Pelemahan Rupiah Tak Mampu Dongkrak Ekspor
HT: Rupiah Menguat Bagus bagi Ekonomi Indonesia
(dmd)