Proyek APBN Harus Utamakan Produk Dalam Negeri
A
A
A
JAKARTA - Pemerintah terus mendorong penggunaan produk logam dalam negeri terutama pada proyek-proyek yang dibiayai oleh Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN).
Saat ini pemerintah mengakui bahwa pertumbuhan industri logam nasional sedang melambat akibat dari lemahnya pertumbuhan ekonomi dalam beberapa tahun terakhir. Menteri Perindustrian Saleh Husin mengatakan, untuk meningkatkan penggunaan produk dalam negeri, pemerintah akan memberdayakan industri domestik melalui pengamanan pasar, mengurangi ketergantungan impor, dan meningkatkan nilai tambah.
”Program Peningkatan Penggunaan Produk Dalam Negeri (P3DN) diharapkan mampu menjadi pemicu penggunaan produk logam dalam negeri,” ujar Saleh saat membuka pameran produk industri material dasar logam di Jakarta kemarin. Dia menambahkan, Kementerian Perindustrian sangat mengharapkan seluruh lapisan masyarakat terutama instansiinstansi pemerintah dapat memprioritaskan produk penggunaan dalam negeri yang sudah bisa diproduksi putra putri Indonesia.
Di samping itu, impor bahan baku juga terus diperbaiki sehingga ke depan tidak lagi mengimpor bahan baku yang harusnya bisa diproduksi di dalam negeri. Saleh mengakui, saat ini penggunaan barang impor di Indonesia masih relatif tinggi karena harga jual lebih rendah dibanding produk nasional.
Kondisi ini pun menyebabkan rendahnya kinerja dan utilisasi industri nasional. ”Untuk menekan penggunaan jumlah produk impor dan mendorong tumbuhnya industri dalam negeri, diperlukan keberpihakan pemerintah terhadap produk yang dihasilkan oleh industri dalam negeri, khususnya di sektor industri material dasar logam,” ujar dia.
Dia mengatakan, pada 2014 lalu pertumbuhan sektor industri material dasar logam hanya 5,89%, turun drastis dibanding tahun sebelumnya yang mencapai 11,63%. Sementara, Direktur Eksekutif Indonesian Iron & Steel Industry Association (IISIA) Hidajat Triseputro mengatakan, siap memproduksi baja untuk proyek-proyek nasional. Saat ini konsumsi baja terus meningkat hingga mencapai 14 juta ton. Dari jumlah tersebut yang baru bisa diproduksi di dalam negeri baru sekitar 8-9 juta ton.
”Silakan kalau belum bisa memenuhi kita impor tapi dengan harga yang terkendali. Yang penting lokal dulu, kalau kurang nanti impor,” ujarnya.
Oktiani endarwati
Saat ini pemerintah mengakui bahwa pertumbuhan industri logam nasional sedang melambat akibat dari lemahnya pertumbuhan ekonomi dalam beberapa tahun terakhir. Menteri Perindustrian Saleh Husin mengatakan, untuk meningkatkan penggunaan produk dalam negeri, pemerintah akan memberdayakan industri domestik melalui pengamanan pasar, mengurangi ketergantungan impor, dan meningkatkan nilai tambah.
”Program Peningkatan Penggunaan Produk Dalam Negeri (P3DN) diharapkan mampu menjadi pemicu penggunaan produk logam dalam negeri,” ujar Saleh saat membuka pameran produk industri material dasar logam di Jakarta kemarin. Dia menambahkan, Kementerian Perindustrian sangat mengharapkan seluruh lapisan masyarakat terutama instansiinstansi pemerintah dapat memprioritaskan produk penggunaan dalam negeri yang sudah bisa diproduksi putra putri Indonesia.
Di samping itu, impor bahan baku juga terus diperbaiki sehingga ke depan tidak lagi mengimpor bahan baku yang harusnya bisa diproduksi di dalam negeri. Saleh mengakui, saat ini penggunaan barang impor di Indonesia masih relatif tinggi karena harga jual lebih rendah dibanding produk nasional.
Kondisi ini pun menyebabkan rendahnya kinerja dan utilisasi industri nasional. ”Untuk menekan penggunaan jumlah produk impor dan mendorong tumbuhnya industri dalam negeri, diperlukan keberpihakan pemerintah terhadap produk yang dihasilkan oleh industri dalam negeri, khususnya di sektor industri material dasar logam,” ujar dia.
Dia mengatakan, pada 2014 lalu pertumbuhan sektor industri material dasar logam hanya 5,89%, turun drastis dibanding tahun sebelumnya yang mencapai 11,63%. Sementara, Direktur Eksekutif Indonesian Iron & Steel Industry Association (IISIA) Hidajat Triseputro mengatakan, siap memproduksi baja untuk proyek-proyek nasional. Saat ini konsumsi baja terus meningkat hingga mencapai 14 juta ton. Dari jumlah tersebut yang baru bisa diproduksi di dalam negeri baru sekitar 8-9 juta ton.
”Silakan kalau belum bisa memenuhi kita impor tapi dengan harga yang terkendali. Yang penting lokal dulu, kalau kurang nanti impor,” ujarnya.
Oktiani endarwati
(bhr)