Grand Kartech Bidik Penjualan Rp309 Miliar

Kamis, 25 Juni 2015 - 10:06 WIB
Grand Kartech Bidik Penjualan Rp309 Miliar
Grand Kartech Bidik Penjualan Rp309 Miliar
A A A
JAKARTA - Emiten manufaktur mesin industri, PT Grand Kartech Tbk (KRAH) menetapkan dua strategi bisnis dalam menghadapi perlambatan pertumbuhan ekonomi nasional.

Dua strategi bisnis tersebut diharapkan bisa mendongkrak kinerja keuangan perseroan sepanjang tahun ini. ”Dua strategi bisnis yang tengah kami lakukan adalah pengembangan produk baru berupa biogas dan optimalisasi pabrik baru,” ujar Direktur Keuangan Grand Kartech Johanes Budi K saat paparan publik perseroan di Jakarta kemarin.

Dia menjelaskan, produk yang dikembangkan dari teknologi advanced thermophilic process ini salah satu pengembangan lini produk dari KRAH yang sudah diuji coba dan akan diluncurkan pada semester kedua 2015. Biofuel processing plant (biogas) ini, lanjut Johanes, akan menghasilkan biogas dari limbah organik seperti POME, kotoran ternak, limbah industri makanan, dan lainnya.

Selain bersifat ramah lingkungan, produk ini juga menghasilkan biofuel yang langsung dapat digunakan sebagai bahan bakar maupun pembangkit energi listrik. Melalui pabrik baru yang berlokasi di Karawang, Jawa Barat, kata dia, perseroan dapat memacu produksi lebih maksimal. Pabrik ini sudah beroperasi penuh sejak akhir 2014 dengan kapasitas produksi mencapai 414 ton per bulan.

”Dengan dua strategi bisnis tersebut, dapat menopang penjualan yang ditargetkan perseroan pada tahun ini sekitar 8% menjadi Rp309 miliar. Kami anggap kenaikannya sebagai target yang tidak muluk-muluk dan dapat direalisasikan oleh tim,” ungkap Johanes.

Ditempat yangsama, Presiden Direktur Grand Kartech Kenneth Sutardja menjelaskan, untuk pengembangan teknologi baru dari biogas ini, perseroan hanya mengalokasikan dana sebesar Rp2-3 miliar. Produk baru tersebut memang tidak memakan modal terlalu banyak karena bahan bakunya berasal dari limbah organik.

”Tahun ini kami memang menekan capex karena sebagian besar sudah digunakan sejak 2013 untuk pabrik. Alokasi capex tahun ini Rp30 miliar untuk kebutuhan rutin, software engineering, dan peralatan operasional,” paparnya.

Perseroan tahun ini juga harus menunda memberikan dividen kepada para pemegang sahamnya akibat kondisi ekonomi yang cenderung melambat. Johanes menjelaskan, perusahaan lebih memilih menggunakan laba bersih tahun lalu sebagai permodalan dibandingkan disebar untuk dividen. ”Tahun ini kita tidak membagikan dividen, penggunaan laba bersih tahun lalu untuk permodalan perseroan ke depan,” kata Johanes.

Menurut dia, kondisi perekonomian yang telah melemah sejak tahun lalu memukul kinerja perusahaan. Tercatat, penjualan 2014 turun 7% menjadi Rp286,048 miliar dari perolehan tahun sebelumnya Rp307,865 miliar. ”Namun, penurunan tersebut masih kami anggap stabil karena laba bersih pada 2014 dan 2013 perolehannya tidak jauh berbeda,” ungkapya.

Pada 2014 perseroan membukukan capaian laba bersih sekitar Rp31,736 miliar. Angka tersebut tidak berbanding jauh dengan tahun sebelumnya yaitu Rp31,764 miliar. Johanes beralasan, keuntungan stagnan akibat dari efisiensi di sisi pembelian barang dan penggunaan tenaga kerja.

Heru febrianto
(ftr)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.4741 seconds (0.1#10.140)