Emiten Waspadai Dampak Buruk Referendum Yunani
A
A
A
JAKARTA - PT MNC Securities mengatakan krisis di Yunani terkait dengan referendum akan berdampak luas terhadap negara lain, termasuk Indonesia. Untuk itu, emiten harus mewaspadai dampak buruk dari kondisi tersebut.
Presiden Direktur MNC Securities, Susy Meilina menjelaskan, referendum di Yunani akan meluas dampaknya hingga sejumlah wilayah. Akibat efek ini investor maupun sejumlah emiten di Tanah Air harus bisa mengantisipasi.
"Referendum dari krisis Yunani ini akan meluas, kita harus segera mewaspadainya," ujarnya, usai menghadiri pemberian santunan MNC Securities kepada Panti Asuhan Yayasan Makna Bhakti di Jakarta, Senin (6/7/2015).
Sentimen negatif tersebut, terang dia, berdampak pada semakin terpuruknya nilai tukar mata uang rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (USD). Di sisi lain, juga berimbas pada merosotnya Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia (BEI).
"Memang sentimen negatif ini didukung perlambatan ekonomi nasional, sehingga menyebabkan kurs dolar semakin liar, bursa juga masih belum pasti arahnya kemana. Belum lagi kondisi politik terkait reshuffle kabinet," paparnya.
Untuk mengatasi hal tersebut, lanjut Susy, pemerintah harus menggenjot pembangunan infrastruktur di Indonesia melalui pencairan dana Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN). Hal tersebut memberikan stimulus terhadap industri pendukungnya.
"Negara kita belum masuk ke kondisi krisis ekonomi, karena rasio utang masih jauh. Untuk itu, pemerintah harus mempercepat anggaran infrastruktur," tandasnya.
Baca: Menkeu Yunani Mundur dari Jabatan Pasca-Referendum
Presiden Direktur MNC Securities, Susy Meilina menjelaskan, referendum di Yunani akan meluas dampaknya hingga sejumlah wilayah. Akibat efek ini investor maupun sejumlah emiten di Tanah Air harus bisa mengantisipasi.
"Referendum dari krisis Yunani ini akan meluas, kita harus segera mewaspadainya," ujarnya, usai menghadiri pemberian santunan MNC Securities kepada Panti Asuhan Yayasan Makna Bhakti di Jakarta, Senin (6/7/2015).
Sentimen negatif tersebut, terang dia, berdampak pada semakin terpuruknya nilai tukar mata uang rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (USD). Di sisi lain, juga berimbas pada merosotnya Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia (BEI).
"Memang sentimen negatif ini didukung perlambatan ekonomi nasional, sehingga menyebabkan kurs dolar semakin liar, bursa juga masih belum pasti arahnya kemana. Belum lagi kondisi politik terkait reshuffle kabinet," paparnya.
Untuk mengatasi hal tersebut, lanjut Susy, pemerintah harus menggenjot pembangunan infrastruktur di Indonesia melalui pencairan dana Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN). Hal tersebut memberikan stimulus terhadap industri pendukungnya.
"Negara kita belum masuk ke kondisi krisis ekonomi, karena rasio utang masih jauh. Untuk itu, pemerintah harus mempercepat anggaran infrastruktur," tandasnya.
Baca: Menkeu Yunani Mundur dari Jabatan Pasca-Referendum
(dmd)