Alami Deindustrialisasi, Jokowi Larang Impor Kapal
A
A
A
JAKARTA - Presiden Joko Widodo (Jokowi) melarang pemerintah dan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) untuk mengimpor kapal dari luar negeri. Hal ini lantaran Indonesia mengalami ketimpangan ekonomi, akibat deindustrialisasi yang terjadi dalam beberapa tahun terakhir.
Dia mengungkapkan, industri di Indonesia saat ini sangat jauh tertinggal dibanding negara lain. Bahkan beberapa tahun terakhir, industri di Tanah Air justru mengarah ke deindustrialisasi.
"Beberapa tahun terakhir industri kita mengarah ke deindustrialisasi. Itu tren yang harus kita balikkan," katanya dalam acara Silaturahmi dengan Dunia Usaha di JCC, Jakarta, Kamis (9/7/2015).
Mantan Gubernur DKI Jakarta ini menyayangkan melihat fenomena banyaknya kapal impor yang bertengger di perairan Batam. Bahkan 80% di antara kapal-kapal tersebut berasal dari luar negeri.
"Padahal, galangan kapal kita siap (produksi kapal). Sampai 17.500 saja siap. Industri galangan kapal kita siap. Sehingga dalam ratas saya perintahkan pemeritah tidak boleh lagi pesan kapal dari luar negeri, tidak boleh impor. Buat sendiri di Indonesia. Kita harus utamakan industri dalam negeri terlebih dahulu. Kebiasaan impor sudah tida sustainable," tandas dia.
Dia mengungkapkan, industri di Indonesia saat ini sangat jauh tertinggal dibanding negara lain. Bahkan beberapa tahun terakhir, industri di Tanah Air justru mengarah ke deindustrialisasi.
"Beberapa tahun terakhir industri kita mengarah ke deindustrialisasi. Itu tren yang harus kita balikkan," katanya dalam acara Silaturahmi dengan Dunia Usaha di JCC, Jakarta, Kamis (9/7/2015).
Mantan Gubernur DKI Jakarta ini menyayangkan melihat fenomena banyaknya kapal impor yang bertengger di perairan Batam. Bahkan 80% di antara kapal-kapal tersebut berasal dari luar negeri.
"Padahal, galangan kapal kita siap (produksi kapal). Sampai 17.500 saja siap. Industri galangan kapal kita siap. Sehingga dalam ratas saya perintahkan pemeritah tidak boleh lagi pesan kapal dari luar negeri, tidak boleh impor. Buat sendiri di Indonesia. Kita harus utamakan industri dalam negeri terlebih dahulu. Kebiasaan impor sudah tida sustainable," tandas dia.
(izz)