Ekonomi Melambat, Penjualan Bedug Turun 50%
A
A
A
JAKARTA - Pertumbuhan ekonomi Indonesia yang kian melambat belakangan ini, ternyata juga berdampak pada penjualan bedug Lebaran yang turun hingga 50%. Pedagang bedug musiman di Tanah Abang mengeluhkan turunnya permintaan bedug pada tahun ini.
Ditemui Sindonews, pedaganga bedug di Tanah Abang Sulaiman Said (56) mengakui penjualannya mengalami penurunan hingga separuh dibanding tahun kemarin. Jika pada 2014, dirinya mampu menjual hingga 300 bedug, namun tahun ini hanya sekitar 150 hingga 160 bedug.
"Iya agak sepian (penjualan bedug). Separuhnya turun dari tahun kemarin. Kurang tahu (kenapa turun), mungkin ekonomi lagi lemah," katanya saat berbincang dengan Sindonews di Tanah Abang, Jakarta, belum lama ini.
Dia menyebutkan, harga bedug yang dibanderolnya beranekaragam mulai dari Rp150.000 hingga Rp1 juta/bedug. Perbedaan terletak dari ukuran bedug dan bahan yang digunakan, dari kulit sapi atau kambing.
Menurutnya, kulit sapi cenderung lebih kuat dan tahan lama, sehingga dibanderol lebih mahal. Sedangkan kulit kambing hanya bertahan paling lama hingga dua tahun.
"Kalau (kulit) kambing Rp500.000 yang sudah jadi. Kalau (kulit) sapi bisa Rp1 juta. Kalau yang kecil ada yang Rp200.000, ada yang Rp300.000 dan Rp150.000 paling murah. Kalau yang dari kayu saya tidak bikin, modalnya gede," terang dia.
Sementara pedagangan bedug lainnya, Rohim (51) juga mengeluhkan turunnya minat masyarakat terhadap bedug. Tahun ini, pemasukannya sedikit lebih kecil dibanding tahun lalu.
"Nah, kalau untuk pemasukan, lebih bagus tahun lalu. Tahun sekarang ini masih agak kendor. Perbedaannya sudah sampai 50%," tutur Rohim.
Kendati demikian, dia masih berharap penjualan bedug tahun ini terus meningkat hingga Hari Raya Idul Fitri.
"Tidak tahu juga kenapa (turun). Apa nanti waktu H-nya (permintaan naik). Kalau yang untuk umum (permintaan) banyak saat jelang hari H. Kalau yang mal, satu hari puasa sudah mulai, tapi memang agak turun," pungkasnya.
Ditemui Sindonews, pedaganga bedug di Tanah Abang Sulaiman Said (56) mengakui penjualannya mengalami penurunan hingga separuh dibanding tahun kemarin. Jika pada 2014, dirinya mampu menjual hingga 300 bedug, namun tahun ini hanya sekitar 150 hingga 160 bedug.
"Iya agak sepian (penjualan bedug). Separuhnya turun dari tahun kemarin. Kurang tahu (kenapa turun), mungkin ekonomi lagi lemah," katanya saat berbincang dengan Sindonews di Tanah Abang, Jakarta, belum lama ini.
Dia menyebutkan, harga bedug yang dibanderolnya beranekaragam mulai dari Rp150.000 hingga Rp1 juta/bedug. Perbedaan terletak dari ukuran bedug dan bahan yang digunakan, dari kulit sapi atau kambing.
Menurutnya, kulit sapi cenderung lebih kuat dan tahan lama, sehingga dibanderol lebih mahal. Sedangkan kulit kambing hanya bertahan paling lama hingga dua tahun.
"Kalau (kulit) kambing Rp500.000 yang sudah jadi. Kalau (kulit) sapi bisa Rp1 juta. Kalau yang kecil ada yang Rp200.000, ada yang Rp300.000 dan Rp150.000 paling murah. Kalau yang dari kayu saya tidak bikin, modalnya gede," terang dia.
Sementara pedagangan bedug lainnya, Rohim (51) juga mengeluhkan turunnya minat masyarakat terhadap bedug. Tahun ini, pemasukannya sedikit lebih kecil dibanding tahun lalu.
"Nah, kalau untuk pemasukan, lebih bagus tahun lalu. Tahun sekarang ini masih agak kendor. Perbedaannya sudah sampai 50%," tutur Rohim.
Kendati demikian, dia masih berharap penjualan bedug tahun ini terus meningkat hingga Hari Raya Idul Fitri.
"Tidak tahu juga kenapa (turun). Apa nanti waktu H-nya (permintaan naik). Kalau yang untuk umum (permintaan) banyak saat jelang hari H. Kalau yang mal, satu hari puasa sudah mulai, tapi memang agak turun," pungkasnya.
(rna)