PP Properti Tambah Lahan Baru 3,4 Ha
A
A
A
PT PP Properti Tbk (PP Properti), salah satu anak usaha PT PP (Persero) Tbk baru-baru ini merealisasikan penggunaan dana hasil penawaran umum perdana sahamnya untuk menambah lahan baru (landbank) proyek Grand Kamala Lagoon di Kalimalang seluas 3,4 hektare.
Penambahan lahan tersebut menelan dana Rp134 miliar, sehingga luas lahan proyek tersebut yang semula seluas 25 hektar menjadi 28,4 hektar. Saat ini, PP Properti sedang meneruskan pembangunan tower kedua dari proyek Grand Kamala Lagoon di Kalimalang dan Grand Sungkono Lagoon di Surabaya.
Selain itu, PP Properti juga meluncurkan produk baru, yaitu apartemen Ayoma di Serpong, apartemen Payon Amartha di Semarang dan Grand Dharmahusada Lagoon di Surabaya. PP Properti juga bersinergi dengan perusahaan lain untuk mengembangkan lahan, salah satunya dengan BPJS di lahan seluas 0,5 hektare di Jakarta. Sementara itu, PT PP (Persero) Tbk sampai dengan semester I berhasil membukukan kontrak baru sebesar Rp. 13,45 triliun, jumlah tersebut melebihi target yang ditetapkan Perseroan sebesar Rp. 11,13 triliun.
Dengan demikian, total order book sampai dengan akhir Juni mencapai Rp. 42,45 triliun termasuk carry over 2014 sebesar Rp. 29 triliun. “Kontrak baru tersebut sudah mencapai 50% dari total target perolehan kontrak baru yang ditetapkan Perseroan sepanjang tahun ini, yaitu sebesar Rp. 27 triliun,” kata Tumiyana Direktur Keuangan PT PP di Jakarta, kemarin.
Beberapa proyek baru yang telah diperoleh Perseroan, antara lain Proyek EPC PLTMG Gorontalo 120 MW di Provinsi Gorontalo Rp1,6 triliun, Reklamasi Mandala City di Makassar sebesar Rp2,5 triliun, Pelabuhan Kuala Tanjung Rp. 898 miliar, St. Moritz di Makassar Rp524 miliar, One Otium Residence Antasari di Jakarta Rp472 miliar, Manhattan Greenland sebesar Rp352 miliar, Jalan Tol Bawen-Solo Rp. 339 miliar, Apartemen Gunawangsa di Surabaya sebesar Rp327 miliar, Springwood Residence di Tangerang sebesar Rp298 miliar, Jalan Sibolga-Batas Tapsel di Sumatera Utara Rp236 miliar, Apron Bandara Ahmad Yani di Semarang Rp141 miliar, Gedung Jasa Marga di Jakarta Rp112 miliar, Rumah Budaya Indonesia di Dili, Timor Leste Rp. 77 miliar, Sabodam Merapi Rp. 61 miliar dan Jalan Tol Solo- Kertosono (lanjutan) Rp. 55 miliar, dll.
Disamping itu, perolehan kontrak baru tersebut juga dikontribusi oleh penjualan anak usaha Perseroan, terutama PT PP Properti Tbk yang telah berhasil meraih penjualan sd akhir Juni sebesar Rp. 1,05 triliun, PT PP Pracetak Rp. 882 miliar dan PT PP Peralatan Rp. 106 miliar. Sampai dengan semester I ini, portofolio proyek Perseroan terdiri dari proyek Pemerintah sebesar 11%, BUMN 25%, Swasta 49% dan Anak Perusahaan 15%.
Seiring dengan tekad Pemerintah dalam mempercepat pelaksanaan proyek-proyek APBN, maka Perseroan optimis pada semester II ini dapat mencapai target kontrak baru tahun ini yang telah ditetapkan sebesar Rp. 27 triliun dengan meningkatkan proyek Pemerintah, sehingga portofolio Perseroan di akhir tahun menjadi Pemerintah sebesar 20%, BUMN 25%, Swasta 40% dan Anak Perusahaan sebesar 15%.
“Untuk mendorong lonjakan pertumbuhan, tahun depan Perseroan berharap mendapatkan suntikan modal dari pemerintah berupa Penyertaan Modal Negara (PMN) dan menerbitkan saham baru melalui mekanisme Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu (HMETD) atau right issue sehingga akan terjadi lonjakan peningkatan ekuitas Perseroan.
Dengan peningkatan ekuitas tersebut, Perseroan memprioritaskan akan berinvestasi dalam pembangunan proyek power plant dan pelabuhan,” lanjut Tumiyana .
Muhammad marwan
Penambahan lahan tersebut menelan dana Rp134 miliar, sehingga luas lahan proyek tersebut yang semula seluas 25 hektar menjadi 28,4 hektar. Saat ini, PP Properti sedang meneruskan pembangunan tower kedua dari proyek Grand Kamala Lagoon di Kalimalang dan Grand Sungkono Lagoon di Surabaya.
Selain itu, PP Properti juga meluncurkan produk baru, yaitu apartemen Ayoma di Serpong, apartemen Payon Amartha di Semarang dan Grand Dharmahusada Lagoon di Surabaya. PP Properti juga bersinergi dengan perusahaan lain untuk mengembangkan lahan, salah satunya dengan BPJS di lahan seluas 0,5 hektare di Jakarta. Sementara itu, PT PP (Persero) Tbk sampai dengan semester I berhasil membukukan kontrak baru sebesar Rp. 13,45 triliun, jumlah tersebut melebihi target yang ditetapkan Perseroan sebesar Rp. 11,13 triliun.
Dengan demikian, total order book sampai dengan akhir Juni mencapai Rp. 42,45 triliun termasuk carry over 2014 sebesar Rp. 29 triliun. “Kontrak baru tersebut sudah mencapai 50% dari total target perolehan kontrak baru yang ditetapkan Perseroan sepanjang tahun ini, yaitu sebesar Rp. 27 triliun,” kata Tumiyana Direktur Keuangan PT PP di Jakarta, kemarin.
Beberapa proyek baru yang telah diperoleh Perseroan, antara lain Proyek EPC PLTMG Gorontalo 120 MW di Provinsi Gorontalo Rp1,6 triliun, Reklamasi Mandala City di Makassar sebesar Rp2,5 triliun, Pelabuhan Kuala Tanjung Rp. 898 miliar, St. Moritz di Makassar Rp524 miliar, One Otium Residence Antasari di Jakarta Rp472 miliar, Manhattan Greenland sebesar Rp352 miliar, Jalan Tol Bawen-Solo Rp. 339 miliar, Apartemen Gunawangsa di Surabaya sebesar Rp327 miliar, Springwood Residence di Tangerang sebesar Rp298 miliar, Jalan Sibolga-Batas Tapsel di Sumatera Utara Rp236 miliar, Apron Bandara Ahmad Yani di Semarang Rp141 miliar, Gedung Jasa Marga di Jakarta Rp112 miliar, Rumah Budaya Indonesia di Dili, Timor Leste Rp. 77 miliar, Sabodam Merapi Rp. 61 miliar dan Jalan Tol Solo- Kertosono (lanjutan) Rp. 55 miliar, dll.
Disamping itu, perolehan kontrak baru tersebut juga dikontribusi oleh penjualan anak usaha Perseroan, terutama PT PP Properti Tbk yang telah berhasil meraih penjualan sd akhir Juni sebesar Rp. 1,05 triliun, PT PP Pracetak Rp. 882 miliar dan PT PP Peralatan Rp. 106 miliar. Sampai dengan semester I ini, portofolio proyek Perseroan terdiri dari proyek Pemerintah sebesar 11%, BUMN 25%, Swasta 49% dan Anak Perusahaan 15%.
Seiring dengan tekad Pemerintah dalam mempercepat pelaksanaan proyek-proyek APBN, maka Perseroan optimis pada semester II ini dapat mencapai target kontrak baru tahun ini yang telah ditetapkan sebesar Rp. 27 triliun dengan meningkatkan proyek Pemerintah, sehingga portofolio Perseroan di akhir tahun menjadi Pemerintah sebesar 20%, BUMN 25%, Swasta 40% dan Anak Perusahaan sebesar 15%.
“Untuk mendorong lonjakan pertumbuhan, tahun depan Perseroan berharap mendapatkan suntikan modal dari pemerintah berupa Penyertaan Modal Negara (PMN) dan menerbitkan saham baru melalui mekanisme Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu (HMETD) atau right issue sehingga akan terjadi lonjakan peningkatan ekuitas Perseroan.
Dengan peningkatan ekuitas tersebut, Perseroan memprioritaskan akan berinvestasi dalam pembangunan proyek power plant dan pelabuhan,” lanjut Tumiyana .
Muhammad marwan
(ars)