Perekonomian Indonesia Salah Arah

Kamis, 16 Juli 2015 - 01:12 WIB
Perekonomian Indonesia Salah Arah
Perekonomian Indonesia Salah Arah
A A A
JAKARTA - Perekonomian Indonesia tengah berjalan pada arah yang salah. Lesunya perekonomian tidak menunjukkan tanda-tanda adanya perbaikan.

“Keadaan ekonomi kita sedang dalam lampu kuning menuju lampu merah,” kata Ketua Umum Partai Perindo Hary Tanosoedibjo (HT) saat berdialog dengan para jurnalis dalam dialog kebangsaan di kawasan Cikini, Jakarta Pusat, Rabu (15/7/2015).

Dia menekankan pemerintah harus cepat dan tepat dalam mengatasi lesunya perekonomian nasional. sebab bila tidak dampaknya akan semakin memburuk.

HT mengungkapkan pengalamannya saat berkunjung ke pasar batik di Pekalongan, Jawa Tengah. Di sana dia menemukan penjualan para pedagang merosot tajam. Hal yang sama terjadi pada pusat-pusat perbelanjaan di tanah air. Pengunjung tak lagi seramai Lebaran pada tahun-tahun sebelumnya

Perusahaan-perusahaan terus memangkas jumlah karyawannya, karena produksi menurun seiring turunnya permintaan. PHK massal terjadi di berbagai sektor.

HT menuturkan permasalahan ekonomi saat ini berbeda dengan krisis yang pernah dihadapi Indonesia pada 1998 silam. Saat itu yang terkena dampaknya lebih banyak masyarakat menengah atas. Kini yang terkena hantaman adalah masyarakat bawah.

Kondisi tersebut semakin berat karena saat ini Indonesia tak punya basis perekonomian yang kuat. Menilik ke belakang, pada 1970-an Indonesia bisa bersandar pada minyak. Saat itu negara ini menjadi bagian Organization of the Petroleum Exporting Countries (OPEC).

Sebagai catatan, terhitung sejak 2008 Indonesia tak lagi bergabung dalam OPEC. Kini untuk memenuhi kebutuhannya negara ini harus bergantung pada impor lebih dari 600.000 barel per hari.

Tahun 1980-an hingga 1990-an, industri manufaktur menjadi penopang ekonomi tanah air. Saat itu banyak investasi masuk ke tanah air memperkuat sektor ini. Tahun 2000 hingga 2012 Indonesia berjaya dengan komoditas yang harganya sedang tinggi.

“Kini kita sudah bergeser dari berbasis produksi sekarang menjadi konsumsi. Harga komoditas seperti batu bara, kelapa sawit dan minyak turun,” ujar HT, sambil mengatakan kosumsi yang menjadi penopang perekonomian pun menurun.

Pria yang September genap berusia 50 tahun ini mengatakan, pelambatan ekonomi yang terjadi pada kuartal 1-2015 diperkirakan akan terus berlanjut sepanjang tahun. Apabila tidak ada gebrakan dari pemerintah.

“Pemerintah harus lebih taktis dalam membuat langkah. Membangun perekonomian Indonesia dari dalam,” kata HT.

Dia mengatakan pemerintah seharusnya membuat situasi kondusif. Mengundang secara aktif investasi untuk masuk ke Indonesia. Selain itu perbankan harus menggenjot kredit ke sektor produktif.

“Bila tidak diarahkan perbankan lebih banyak menyalurkan ke sektor konsumtif seperti pembiayaan kendaraan bermotor dan lain sebagainya,” ujar HT.

Dia mengatakan seharusnya pemerintah bisa mendorong UMKM yang jumlahnya lebih dari 50 juta pelaku. Dengan memberikan bunga yang murah dan akses yang mudah. “Kenapa bunga tidak 4%-5% untuk usaha kecil dan mikro? Berikan mereka juga akses mudah. Agar mereka bisa bertumbuh,” kata HT. Sebagai gambaran saat ini bunga untuk usaha kecil dan mikro bisa mencapai hingga 40%.

HT Menjawab

Mengenakan kemeja putih, dalam kesempatan tersebut HT, menjawab satu-satu pertanyaan para wartawan. Dialog yang berlangsung serius tapi santai tersebut membahas berbagai persoalan bangsa. Mulai dari reshuffle kabinet, PSSI, hingga masalah ancaman masyarakat ekonomi ASEAN (MEA).

Gelaran diskusi tersebut berlangsung cair, beberapa jurnalis yang masih penasaran dengan pemikiran Hary sampai menambah pertanyaan beberapa kali. Mulai dari bahasan serius hingga candaan yang bersambut gelak tawa.

Menanggapi pertanyaan MEA, HT menuturkan, harus ada perlindungan terhadap para pelaku usaha domestik. “Proteksi kepentingan nasional. Tidak mungkin kita serahkan kepada pasar bebas dan menjadi penonton,” kata HT.

Dia melanjutkan pemerintah harus berani mengambil langkah-langkah untuk memproteksi kalangan menengah bawah dalam menghadapi MEA. Sebab mereka belum siap untuk head to head dengan asing. Baik dalam segi pemodalan, keterampilan, pengalaman, jaringan dan lain sebagainya.

PILIHAN:

Ekonomi Makin Lesu, Siap-siap PHK Massal

Ekonomi Melemah, Pengusaha Akui Terjadi PHK Massal

HT Ingatkan Pemerintah Jangan Remehkan Ekonomi Lesu
(hyk)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.5789 seconds (0.1#10.140)