BI Waspadai Kenaikan Kredit Bermasalah
A
A
A
JAKARTA - Bank Indonesia (BI) terus mewaspadai beberapa sektor yang dinilai berpotensi memiliki kredit bermasalah (non-performing loan/NPL) perbankan. Peningkatan rasio NPL disebabkan oleh melambatnya pertumbuhan kredit serta meningkatnya jumlah kredit bermasalah secara nominal.
Gubernur BI Agus DW Martowardojo mengatakan, lemahnya pertumbuhan ekonomi juga menjadi faktor penyumbang perlambatan kredit sehingga berdampak pada kenaikan rasio kredit bermasalah. Dia menuturkan, sektor yang perlu diwaspadai NPL meliputi sektor perdagangan, pertambangan, serta pengolahan. ”Memang NPLnya ada sedikit peningkatan dan untuk itu kami yakin bankbank akan berikan perhatian. Ini karena secara gross sudah meningkat di atas 2,5%.
Jadi memang perlu diwaspadai, terutama ketiga area tersebut,” kata Agus di Jakarta kemarin. Tapi secara umum, sektor perbankan memiliki likuiditas yang terjaga. Bukan hanya itu, sektor perbankan di nilai memiliki kualitas dari pertumbuhan kredit di atas 10% serta memiliki rasio kecukupan modal berada di kisaran 20%.
”Sebetulnya ini hanya sektor-sektor tertentu yang perlu diwaspadai dan kami meyakini dengan pengawasan dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK), kondisi dari perbankan kita akan terjaga dengan sehat,” paparnya. Bank sentral juga meyakini rasio NPL masih dalam batas aman karena masih jauh di bawah batas yang ditetapkan yakni 5%. Di sisi lain, Agus menilai inflasi pada bulan Juni 2015 yang berada pada angka 0,54% lebih baik dari yang diperkirakan Bank Indonesia.
Pada bulan Juli minggu pertama, BI memperkirakan, inflasi berada di kisaran 0,46% namun di keseluruhan bulan Juli inflasi diprediksi bergerak di bawah 7%. ”Saya belum update untuk minggu ketiga Juli, karena yang minggu pertama itu di 0,46% dan kita justru melihat pengendalian inflasi di Juni cukup baik. Tetapi, tentu kita masih melihat nanti, karena ada Lebaran, sehingga mungkin masih akan ada peningkatan,” paparnya.
Agus melanjutkan, pada minggu pertama akan ada tekanan di harga beras, daging ayam, serta cabai rawit. Tetapi, harga telur dan bawang terlihat dalam kondisi terkendali. Secara umum, Bank Indonesia menyatakan, inflasi masih terkendali dengan baik seiring dengan neraca perdagangan pada bulan Januari-Juni yang surplus.
”Apa yang kita capai seperti inflasi yang terkendali, neraca perdagangan surplus, dengan defisit transaksi berjalan atau CAD yang mengarah ke bawah 2,5%, ini bisa memperkuat fundamental kita,” tandas dia. Ketua Dewan Komisioner OJK Muliaman D Hadad memperkirakan, pertumbuhan kredit akan mengalami sedikit perlambatan pada tahun 2015. Meski melambat, secara rasio kredit bisa meningkat.
Selain itu, kata Muliaman, ada beberapa sektor yang telah mengalami peningkatan kredit bermasalah (NPL). Tetapi, peningkatan NPL pada beberapa sektor tersebut terbilang wajar karena permintaan yang kecil dan pertumbuhan kredit yang menurun. ”Tapi, yang paling penting bagi kesehatan bank, apakah memiliki cukup cadangannya untuk meng-cover pemburukan itu. Saya sudah mempersiapkan itu dengan baik. NPL net itu tetap sangat kecil,” tutur Muliaman.
Kunthi fahmar sandy
Gubernur BI Agus DW Martowardojo mengatakan, lemahnya pertumbuhan ekonomi juga menjadi faktor penyumbang perlambatan kredit sehingga berdampak pada kenaikan rasio kredit bermasalah. Dia menuturkan, sektor yang perlu diwaspadai NPL meliputi sektor perdagangan, pertambangan, serta pengolahan. ”Memang NPLnya ada sedikit peningkatan dan untuk itu kami yakin bankbank akan berikan perhatian. Ini karena secara gross sudah meningkat di atas 2,5%.
Jadi memang perlu diwaspadai, terutama ketiga area tersebut,” kata Agus di Jakarta kemarin. Tapi secara umum, sektor perbankan memiliki likuiditas yang terjaga. Bukan hanya itu, sektor perbankan di nilai memiliki kualitas dari pertumbuhan kredit di atas 10% serta memiliki rasio kecukupan modal berada di kisaran 20%.
”Sebetulnya ini hanya sektor-sektor tertentu yang perlu diwaspadai dan kami meyakini dengan pengawasan dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK), kondisi dari perbankan kita akan terjaga dengan sehat,” paparnya. Bank sentral juga meyakini rasio NPL masih dalam batas aman karena masih jauh di bawah batas yang ditetapkan yakni 5%. Di sisi lain, Agus menilai inflasi pada bulan Juni 2015 yang berada pada angka 0,54% lebih baik dari yang diperkirakan Bank Indonesia.
Pada bulan Juli minggu pertama, BI memperkirakan, inflasi berada di kisaran 0,46% namun di keseluruhan bulan Juli inflasi diprediksi bergerak di bawah 7%. ”Saya belum update untuk minggu ketiga Juli, karena yang minggu pertama itu di 0,46% dan kita justru melihat pengendalian inflasi di Juni cukup baik. Tetapi, tentu kita masih melihat nanti, karena ada Lebaran, sehingga mungkin masih akan ada peningkatan,” paparnya.
Agus melanjutkan, pada minggu pertama akan ada tekanan di harga beras, daging ayam, serta cabai rawit. Tetapi, harga telur dan bawang terlihat dalam kondisi terkendali. Secara umum, Bank Indonesia menyatakan, inflasi masih terkendali dengan baik seiring dengan neraca perdagangan pada bulan Januari-Juni yang surplus.
”Apa yang kita capai seperti inflasi yang terkendali, neraca perdagangan surplus, dengan defisit transaksi berjalan atau CAD yang mengarah ke bawah 2,5%, ini bisa memperkuat fundamental kita,” tandas dia. Ketua Dewan Komisioner OJK Muliaman D Hadad memperkirakan, pertumbuhan kredit akan mengalami sedikit perlambatan pada tahun 2015. Meski melambat, secara rasio kredit bisa meningkat.
Selain itu, kata Muliaman, ada beberapa sektor yang telah mengalami peningkatan kredit bermasalah (NPL). Tetapi, peningkatan NPL pada beberapa sektor tersebut terbilang wajar karena permintaan yang kecil dan pertumbuhan kredit yang menurun. ”Tapi, yang paling penting bagi kesehatan bank, apakah memiliki cukup cadangannya untuk meng-cover pemburukan itu. Saya sudah mempersiapkan itu dengan baik. NPL net itu tetap sangat kecil,” tutur Muliaman.
Kunthi fahmar sandy
(bbg)