Minggu Ketiga Juli, Inflasi Diperkirakan 0,76%
A
A
A
JAKARTA - Bank Indonesia (BI) memperkirakan inflasi pada minggu ketiga bulan Juli mencapai 0,76%.
Jika dibandingkan inflasi selama lima tahun terakhir, inflasi pada pekan ketiga Juli 2015 sebesar 0,76% terbilang masih lebih rendah. ”Ada tekanan inflasi pada pekan kedua untuk daging sapi, dagingayam, cabaimerah, cabaikeriting serta harga angkutan darat karena ada musim Lebaran. BI memprediksi bulan Juli inflasi pada 1,1%,” kata Gubernur BI Agus DW Martowardojo di Jakarta akhir pekan lalu.
Menurut Agus, jika dibandingkan periode yang sama selama lima tahun terakhir, inflasi minggu ketiga Juli sebesar 0,76% relatif rendah. Dengan inflasi hingga Juni yang juga di bawah 1%, gejolak kenaikan harga relatif terkendali. Karena itu, BI masih optimistis akhir tahun 2015 inflasi bergerak sesuai perkiraan di level 4-5%.
Sementara itu, defisit transaksi berjalan pada kuartal II/2015 diprediksi turun, yakni berada di bawah 2,3% dari produk domestik bruto (PDB), sebesar USD5 miliar. Agus menuturkan, turunnya defisit transaksi berjalan ini dipengaruhi oleh banyaknya permintaan valuta asing (valas) dibandingkan suplai.
”Ini menunjukkan transaksi berjalan baik, walau tetap defisit. Dan selama transaksi berjalan defisit, artinya permintaan valas lebih banyak dari suplai valas. Jadi, kalau rupiah tertekan itu wajar, tapi ini tertekan yang sifatnya sementara,” jaminnya. Dia melanjutkan, neraca finansial menunjukkan kinerja positif di mana aliran dana masuk (capital inflow ) dari Januari hingga Juli 2015 sudah mencapai Rp67 triliun.
”Memang lebih rendah kalau dibanding tahun lalu itu Rp140 triliun. Tapi, artinya kalau Rp67 triliun itu menunjukkan kepercayaan pada Indonesia. Kemarin kita dengar tax holiday juga akan diberikan ke sektor-sektor yang bisa memberikan hilirisasi dan industri bernilai tambah. Ini membuktikan memang sedang ada transisi (ekonomi),” tuturnya.
Dia mengungkapkan, jika reformasi bisa berjalan dengan baik dan bisa menjaga kondisi ekonomi Indonesia, defisit transaksi berjalan akan dapat ditekan hingga di bawah 2,5% terhadap PDB.
Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi BI Tirta Segara menambahkan, untuk mengendalikan inflasi dan defisit transaksi berjalan, BI juga akan terus memperkuat koordinasi dengan pemerintah guna mendorong pertumbuhan ekonomi. Untuk itu, BI mendukung upaya pemerintah pusat dan daerah untuk mempercepat realisasi pencairan anggaran, termasuk proyek-proyek infrastruktur dan melanjutkan berbagai kebijakan struktural guna mendorong perbaikan prospek ekonomi ke depan.
BI memperkirakan, pertumbuhan ekonomi pada semester II/2015 akan membaik, didukung oleh meningkatnya konsumsi dan investasi pemerintah sejalan dengan semakin meningkatnya implementasi proyek-proyek infrastruktur dan penyaluran kredit perbankan.
”Semester II (pertumbuhan ekonomi) akan di atas 5%, dan dalam setahun pertumbuhan akan bisa di kisaran 5- 5,4%,” katanya.
Kunthi fahmar sandy
Jika dibandingkan inflasi selama lima tahun terakhir, inflasi pada pekan ketiga Juli 2015 sebesar 0,76% terbilang masih lebih rendah. ”Ada tekanan inflasi pada pekan kedua untuk daging sapi, dagingayam, cabaimerah, cabaikeriting serta harga angkutan darat karena ada musim Lebaran. BI memprediksi bulan Juli inflasi pada 1,1%,” kata Gubernur BI Agus DW Martowardojo di Jakarta akhir pekan lalu.
Menurut Agus, jika dibandingkan periode yang sama selama lima tahun terakhir, inflasi minggu ketiga Juli sebesar 0,76% relatif rendah. Dengan inflasi hingga Juni yang juga di bawah 1%, gejolak kenaikan harga relatif terkendali. Karena itu, BI masih optimistis akhir tahun 2015 inflasi bergerak sesuai perkiraan di level 4-5%.
Sementara itu, defisit transaksi berjalan pada kuartal II/2015 diprediksi turun, yakni berada di bawah 2,3% dari produk domestik bruto (PDB), sebesar USD5 miliar. Agus menuturkan, turunnya defisit transaksi berjalan ini dipengaruhi oleh banyaknya permintaan valuta asing (valas) dibandingkan suplai.
”Ini menunjukkan transaksi berjalan baik, walau tetap defisit. Dan selama transaksi berjalan defisit, artinya permintaan valas lebih banyak dari suplai valas. Jadi, kalau rupiah tertekan itu wajar, tapi ini tertekan yang sifatnya sementara,” jaminnya. Dia melanjutkan, neraca finansial menunjukkan kinerja positif di mana aliran dana masuk (capital inflow ) dari Januari hingga Juli 2015 sudah mencapai Rp67 triliun.
”Memang lebih rendah kalau dibanding tahun lalu itu Rp140 triliun. Tapi, artinya kalau Rp67 triliun itu menunjukkan kepercayaan pada Indonesia. Kemarin kita dengar tax holiday juga akan diberikan ke sektor-sektor yang bisa memberikan hilirisasi dan industri bernilai tambah. Ini membuktikan memang sedang ada transisi (ekonomi),” tuturnya.
Dia mengungkapkan, jika reformasi bisa berjalan dengan baik dan bisa menjaga kondisi ekonomi Indonesia, defisit transaksi berjalan akan dapat ditekan hingga di bawah 2,5% terhadap PDB.
Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi BI Tirta Segara menambahkan, untuk mengendalikan inflasi dan defisit transaksi berjalan, BI juga akan terus memperkuat koordinasi dengan pemerintah guna mendorong pertumbuhan ekonomi. Untuk itu, BI mendukung upaya pemerintah pusat dan daerah untuk mempercepat realisasi pencairan anggaran, termasuk proyek-proyek infrastruktur dan melanjutkan berbagai kebijakan struktural guna mendorong perbaikan prospek ekonomi ke depan.
BI memperkirakan, pertumbuhan ekonomi pada semester II/2015 akan membaik, didukung oleh meningkatnya konsumsi dan investasi pemerintah sejalan dengan semakin meningkatnya implementasi proyek-proyek infrastruktur dan penyaluran kredit perbankan.
”Semester II (pertumbuhan ekonomi) akan di atas 5%, dan dalam setahun pertumbuhan akan bisa di kisaran 5- 5,4%,” katanya.
Kunthi fahmar sandy
(ftr)