Medco Energi Kembangkan Gas Batubara Bawah Tanah
A
A
A
JAKARTA - PT Medco Energi Internasional Tbk melalui anak usahanya Medco Energi Mining International berkomitmen mengembangkan gasifikasi batubara bawah tanah (underground coal gasification-UCG) di Limau, Palembang.
Corporate Strategic and Comercial Vice Presdent Medco Energi Mining International Hary Kristiono menuturkan, tahapan eksplorasi akan dilakukan pada 2018 sedangkan tahapan flare akan dilakukan pada 2019.
"Saat ini masih proses izin prinsip dengan Kementerian ESDM (Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral). Rencananya operasi produksi untuk eksplorasi pada 2018," katanya di Jakarta, Jumat (31/7/2015).
Pihaknya dan Direktorat Jenderal Mineral dan Batubara Kementerian ESDM saat ini tengah melakuan studi bersama, terkait penyusunan regulasi gasifikasi UCG-batubara. Dengan begitu, ke depan terwujud kepastian hukum tentang pengembangan UCG-batubara.
"Regulasi belum ada sehingga kami bersama Ditjen Minerba lagi studi ke Jerman. Nanti akan diatur UCG-nya bagaimana. Di Jerman kan sudah banyak yang underground," imbuh dia.
Dia mengatakan, tahapan flare-nya dilakukan setahun pasca tahapan eksplorasi. Adapaun dana yang dibutuhkan untuk flare ditaksir mencapai USD80 juta. "Pada 2019 baru flare 5 megawatt (mw), lalu setahun kemudian 30 megawatt (mw)," jelas Hary.
Potensi gasifikasi batubara bawah tanah di Indonesia cukup besar. Hasil dari studi tersebut dapat dimanfaatkan tanpa harus mengirim orang hingga di kedalaman 300-400 meter ke dalam bawah tanah.
Selain itu juga memberikan multiplier effect di sekitar wilayah pengembangan. "Target pasarnya lebih kepada penghasil listrik untuk power plant project untuk Medco sendiri, setelah itu akan dikembangkan untuk yang lainnya," tandasnya.
Sekadar informasi, dalam mengembangkan UCG-batubara ini, Medco bekerjasama dengan Austalia Ascot Energy Holding Ltd. Perusahaan asal Australia itu mendanai sepenuhnya kegiatan pengembangan UCG, untuk menilai dan mengindentifikasi cadangan batubara di Indonesia yang sesuai dengan penerapan UCG. (lly)
Corporate Strategic and Comercial Vice Presdent Medco Energi Mining International Hary Kristiono menuturkan, tahapan eksplorasi akan dilakukan pada 2018 sedangkan tahapan flare akan dilakukan pada 2019.
"Saat ini masih proses izin prinsip dengan Kementerian ESDM (Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral). Rencananya operasi produksi untuk eksplorasi pada 2018," katanya di Jakarta, Jumat (31/7/2015).
Pihaknya dan Direktorat Jenderal Mineral dan Batubara Kementerian ESDM saat ini tengah melakuan studi bersama, terkait penyusunan regulasi gasifikasi UCG-batubara. Dengan begitu, ke depan terwujud kepastian hukum tentang pengembangan UCG-batubara.
"Regulasi belum ada sehingga kami bersama Ditjen Minerba lagi studi ke Jerman. Nanti akan diatur UCG-nya bagaimana. Di Jerman kan sudah banyak yang underground," imbuh dia.
Dia mengatakan, tahapan flare-nya dilakukan setahun pasca tahapan eksplorasi. Adapaun dana yang dibutuhkan untuk flare ditaksir mencapai USD80 juta. "Pada 2019 baru flare 5 megawatt (mw), lalu setahun kemudian 30 megawatt (mw)," jelas Hary.
Potensi gasifikasi batubara bawah tanah di Indonesia cukup besar. Hasil dari studi tersebut dapat dimanfaatkan tanpa harus mengirim orang hingga di kedalaman 300-400 meter ke dalam bawah tanah.
Selain itu juga memberikan multiplier effect di sekitar wilayah pengembangan. "Target pasarnya lebih kepada penghasil listrik untuk power plant project untuk Medco sendiri, setelah itu akan dikembangkan untuk yang lainnya," tandasnya.
Sekadar informasi, dalam mengembangkan UCG-batubara ini, Medco bekerjasama dengan Austalia Ascot Energy Holding Ltd. Perusahaan asal Australia itu mendanai sepenuhnya kegiatan pengembangan UCG, untuk menilai dan mengindentifikasi cadangan batubara di Indonesia yang sesuai dengan penerapan UCG. (lly)
(izz)