Blok Cepu Kehilangan 55.000 Bph

Senin, 03 Agustus 2015 - 09:10 WIB
Blok Cepu Kehilangan 55.000 Bph
Blok Cepu Kehilangan 55.000 Bph
A A A
JAKARTA - Pemerintah hingga saat ini terus memantau pascakerusuhan karyawan subkontraktor Exxon Mobil Cepu Limited (EMCL) di area Blok Cepu, Bojonegoro, Jawa Timur.

Direktur Pembinaan Usaha Hulu Kementerian Energi dan Sumber Daya Minaral (ESDM) Djoko Siswanto membenarkan, insiden kerusuhan berdampak pada rusaknya sejumlah fasilitas seperti pembakaran mobil dan fasilitas lainnya. Langkah penanganan, katanya, sudah dilakukan untuk menghindari dampak yang lebih besar.

”Benar telah terjadi insiden, beberapa fasilitas strategis diamankan. Sebagai efeknya, produksi agak menurun sedikit. Diharapkan segera normal kembali,” katanya di Jakarta kemarin. Dia menyampaikan, pemerintah pusat, Pemerintah Daerah Bojonegoro, dan pihak kepolisian sudah melakukan pertemuan guna menuntaskan insiden tersebut.

Hingga kemarin telah dilakukan rapat lanjutan menuntaskan insiden tersebut. ”Senin (hari ini) ini diadakan rapat lanjutan untuk memulihkan kondisi yang terganggu akibat insiden ini,” ujar dia. Djoko mengatakan, pascainsiden pada Sabtu (1/8) terjadi pengurangan produksi pada early oil expansion (EOE) dan Well Pad B dengan potensi kehilangan sebesar kurang lebih 50.000-55.000 barel per hari (bph). ”Namun jika Minggu ini sudah kondusif, akan diproduksikan dan dapat normal kembali,” jelasnya.

Vice President Public and Government Affairs Exxon Mobil Indonesia Erwin Maryoto mengatakan, insiden terjadi pada Sabtu (1/8) antara karyawan dengan sekuriti di EPC 1 proyek Banyu Urip.

Kerusuhan karyawan subkontraktor Tripatra-Samsung terjadi saat jam makan siang sehingga menyebabkan kerusakan bangunan dan fasilitas kendaraan. ”Tingkat kerusakan sedang dikaji. Penyebab insiden tersebut sedang diinvestigasi karena keselamatan pekerja dan fasilitas kami adalah prioritas utama,” kata dia.

Lebih lanjut Erwin mengatakan, EMCL dengan Tripatra- Samsung, kontraktor EPC1, pemerintah, dan pihak terkait sedang berkoordinasi. Adapun, operasi dihentikan sementara untuk area EPC1 dan EPC5 hingga menunggu hasil kajian dan investigasi. ”Produksi yang dihentikan baru akan dimulai kembali bila sudah aman untuk dilakukan,” ujar dia.

Nanang wijayanto/ Muhammad roqib
(ftr)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.7857 seconds (0.1#10.140)