Indonesia Tidak Punya Lagi Penopang Ekonomi Kuat
A
A
A
JAKARTA - Ketua Umum Partai Perindo Hary Tanoesoedibjo (HT) mengemukakan, saat ini Indonesia tidak lagi memiliki penopang ekonomi yang kuat, seperti beberapa tahun sebelumnya.
Pertama, hal tersebut dapat dilihat dari banyaknya impor minyak yang dilakukan Indonesia. Menurutnya, Indonesia membutuhkan 600 ribu barel setiap hari.
"Yang dihadapi Indonesia tidak ada penopang fudamental ekonomi yang kuat. Karena minyak sudah tidak bisa kita andalkan, kita impor minyak. Bukan ekspor lagi," ujar HT di Kantor DPP Partai Perindo, Menteng, Jakarta Pusat, kemarin.
Kedua yang dapat dilihat, lanjut HT, adalah melemahnya industri di Tanah Air. Melemahnya industri ini juga karena persaingan dengan sejumlah negara tetangga. (Baca: Rasio Cadangan Devisa RI Terendah di ASEAN)
"Sehingga Indonesia mau tidak mau berkembang, tadinya industri kuat dan ekonomisnya berbasis industri, bergeser pada konsumsi," terangnya.
Ketiga, kata HT, tidak adanya penopang ekonomi yang kuat dapat dilihat di sektor komoditas. Di mana saat ini pasar dunia mampu mengontrol harga komoditas.
"Kalau kita lihat komoditas, harganya bukan kita yang mengontrol tapi pasar dunia, semua harga komoditas, baik karet, kelapa sawit. Jadi, ketiga kekuatan sektor ekonomi yang tadinya jadi penopang ekonomi selama 40 tahun tidak ada lagi," ungkapnya.
Untuk itu, CEO MNC Group ini menyampaikan perlunya strategi yang berbeda untuk mengembalikan ekonomi di dalam negeri. "Untuk mengembalikan ekonomi kita dahulu itu perlu strategi yang agak sedikit beda," tandasnya.
Baca juga:
Gawat! Rupiah Masih Akan Tertekan hingga Akhir Tahun
Pemerintah Tak Punya Strategi Lagi Atasi Pelemahan Rupiah
Dua Faktor yang Memengaruhi Cadangan Devisa Turun
Pertama, hal tersebut dapat dilihat dari banyaknya impor minyak yang dilakukan Indonesia. Menurutnya, Indonesia membutuhkan 600 ribu barel setiap hari.
"Yang dihadapi Indonesia tidak ada penopang fudamental ekonomi yang kuat. Karena minyak sudah tidak bisa kita andalkan, kita impor minyak. Bukan ekspor lagi," ujar HT di Kantor DPP Partai Perindo, Menteng, Jakarta Pusat, kemarin.
Kedua yang dapat dilihat, lanjut HT, adalah melemahnya industri di Tanah Air. Melemahnya industri ini juga karena persaingan dengan sejumlah negara tetangga. (Baca: Rasio Cadangan Devisa RI Terendah di ASEAN)
"Sehingga Indonesia mau tidak mau berkembang, tadinya industri kuat dan ekonomisnya berbasis industri, bergeser pada konsumsi," terangnya.
Ketiga, kata HT, tidak adanya penopang ekonomi yang kuat dapat dilihat di sektor komoditas. Di mana saat ini pasar dunia mampu mengontrol harga komoditas.
"Kalau kita lihat komoditas, harganya bukan kita yang mengontrol tapi pasar dunia, semua harga komoditas, baik karet, kelapa sawit. Jadi, ketiga kekuatan sektor ekonomi yang tadinya jadi penopang ekonomi selama 40 tahun tidak ada lagi," ungkapnya.
Untuk itu, CEO MNC Group ini menyampaikan perlunya strategi yang berbeda untuk mengembalikan ekonomi di dalam negeri. "Untuk mengembalikan ekonomi kita dahulu itu perlu strategi yang agak sedikit beda," tandasnya.
Baca juga:
Gawat! Rupiah Masih Akan Tertekan hingga Akhir Tahun
Pemerintah Tak Punya Strategi Lagi Atasi Pelemahan Rupiah
Dua Faktor yang Memengaruhi Cadangan Devisa Turun
(dmd)