Maluku Miliki 25 Blok Migas
A
A
A
JAKARTA - Provinsi Maluku memiliki 25 blok minyak dan gas (Migas). Sebanyak 15 blok di antaranya dimiliki investor dan 10 blok dalam proses tender untuk mencari investor di Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM).
"Dengan 25 blok Migas, semestinya Maluku sejahtera dan tidak pantas di posisi empat besar provinsi termiskin di Indonesia. Sekarang bagaimana kekayaan besar itu berguna untuk kesejahteraan Maluku yang masuk provinsi termiskin," jelas praktisi Migas Boetje HP Balthazar di Jakarta, Selasa (4/8/2015).
Menurutnya, dari ke-25 blok itu, Blok Masela dengan cadangan gas abadi memiliki jangka waktu produksi komersil 30 tahun. Begitu juga candangan gas besar ada di Blok Babar Selaru. Saat ini, perusahaan Migas rakasasa dunia yang masuk ke Maluku, yakni Inpex dari Jepang, Shell BV dari Belanda dan Stat Oil dari Norwegia.
Boetje menyebut potensi Migas luar biasa di Maluku yakni selain Blok Masela, Blok Babar Selaru, juga ada Blok Pulau Moa Selatan, dan Blok Roma. Blok itu berada di laut dalam dan berbatasan dengan negara lain. Untuk itu, perlu perhatian penuh sehingga tidak terjadi negara lain mengambil migas di wilayah Indonesia.
Boetje mengatakan, potensi sumber migas di Maluku sudah lama diketahui para pemain di bidang minyak dan gas. Buktinya, ada perusahaan raksasa yang menguasai 100% beberapa blok di Maluku. "Ini tidak mungkin terjadi, kalau tidak memiliki data yang sangat-sangat valid," tegasnya.
Direktur Archipelago Solidarity Foundation Engelina Pattiasina mengatakan, dengan kekayaan seperti itu, pemerintah dan masyarakat Maluku harus memastikan kekayaan itu memiliki dampak nyata untuk kesejahteraan rakyat Maluku. Tidak boleh terjadi, rakyat pemilik kekayaan alam hidup miskin di atas sumber daya alam yang melimpah.
"Dimana-mana, daerah kaya selalu dilanda konflik. Coba dicek saja di berbagai dunia. Kita harus menyadari hal ini," ujarnya.
Menurut lulusan Ekonomi Politik dari Jerman ini, Maluku akan tetap tertinggal dan miskin jika tidak memiliki pemicu pertumbuhan. Untuk itu, sumber daya alam yang ada harus menjadi pemicu utama perkembangan ekonomi.
"Kalau ada pemicunya, maka pertumbuhan ekonomi akan sangat cepat. Maluku saat ini harus menjadikan Migas sebagai pemicu utama ekonomi," kata dia.
"Dengan 25 blok Migas, semestinya Maluku sejahtera dan tidak pantas di posisi empat besar provinsi termiskin di Indonesia. Sekarang bagaimana kekayaan besar itu berguna untuk kesejahteraan Maluku yang masuk provinsi termiskin," jelas praktisi Migas Boetje HP Balthazar di Jakarta, Selasa (4/8/2015).
Menurutnya, dari ke-25 blok itu, Blok Masela dengan cadangan gas abadi memiliki jangka waktu produksi komersil 30 tahun. Begitu juga candangan gas besar ada di Blok Babar Selaru. Saat ini, perusahaan Migas rakasasa dunia yang masuk ke Maluku, yakni Inpex dari Jepang, Shell BV dari Belanda dan Stat Oil dari Norwegia.
Boetje menyebut potensi Migas luar biasa di Maluku yakni selain Blok Masela, Blok Babar Selaru, juga ada Blok Pulau Moa Selatan, dan Blok Roma. Blok itu berada di laut dalam dan berbatasan dengan negara lain. Untuk itu, perlu perhatian penuh sehingga tidak terjadi negara lain mengambil migas di wilayah Indonesia.
Boetje mengatakan, potensi sumber migas di Maluku sudah lama diketahui para pemain di bidang minyak dan gas. Buktinya, ada perusahaan raksasa yang menguasai 100% beberapa blok di Maluku. "Ini tidak mungkin terjadi, kalau tidak memiliki data yang sangat-sangat valid," tegasnya.
Direktur Archipelago Solidarity Foundation Engelina Pattiasina mengatakan, dengan kekayaan seperti itu, pemerintah dan masyarakat Maluku harus memastikan kekayaan itu memiliki dampak nyata untuk kesejahteraan rakyat Maluku. Tidak boleh terjadi, rakyat pemilik kekayaan alam hidup miskin di atas sumber daya alam yang melimpah.
"Dimana-mana, daerah kaya selalu dilanda konflik. Coba dicek saja di berbagai dunia. Kita harus menyadari hal ini," ujarnya.
Menurut lulusan Ekonomi Politik dari Jerman ini, Maluku akan tetap tertinggal dan miskin jika tidak memiliki pemicu pertumbuhan. Untuk itu, sumber daya alam yang ada harus menjadi pemicu utama perkembangan ekonomi.
"Kalau ada pemicunya, maka pertumbuhan ekonomi akan sangat cepat. Maluku saat ini harus menjadikan Migas sebagai pemicu utama ekonomi," kata dia.
(izz)