Ekonomi Melambat, Pengusaha Mamin Ketar-ketir
A
A
A
JAKARTA - Perlambatan pertumbuhan ekonomi Indonesia yang berlanjut pada kuartal II/2015 ini, membuat pengusaha makanan dan minuman (mamin) ketar ketir.
Ketua Gabungan Asosiasi Pengusaha Makanan dan Minuman Indonesia (Gapmmi) Adhi S Lukman mengungkapkan, perekonomian Indonesia pada kuartal II yang hanya tumbuh 4,67% secara makro berpengaruh terhadap industri mamin. (Baca: Ekonomi RI Kuartal II Hanya Tumbuh 4,67%).
Sebab, keberlangsungan industri mamin bergantung pada daya beli masyarakat. "Kan tentunya secara makro berpengaruh terhadap daya beli, karena konsumsi itu tergantung pertumbuhan ekonomi. Kalau makin lambat tentu kami khawatir," tuturnya saat dihubungi Sindonews di Jakarta, Kamis (6/8/2015).
Terlebih, lanjut Adhi, pada kuartal III tidak ada momentum apapun yang membuat industri mamin bangkit di tengah perlambatan ekonomi. Jika pada kuartal II pengusaha mamin diuntungkan dengan momentum puasa dan Lebaran, namun tidak dengan kuartal III dan IV.
Bahkan, momentum pemilihan kepala daerah (Pilkada) yang akan berlangsung pada kuartal IV pun tidak terlalu berdampak pada industri mamin. "Kuartal III tidak ada momentum apa-apa. Kalau kuartal II kan ada puasa dan Lebaran. Kuartal III flat, ini kita khawatir," terang dia.
Pihaknya berharap, pemerintah dapat segera merealisasikan pembangunan infrastruktur dan meningkatkan investasi yang dapat menggairahkan perekonomian Tanah Air.
"Karena tidak ada lagi yang bisa diharapkan. Apalagi kalau sampai dolar Amerika Serikat (USD) menguat terus terhadap rupiah, kita kan semakin khawatir," pungkas Adhi.
Baca juga:
Ekonomi Melambat, Indef: Stop Salahkan Kondisi Global!
Pemerintah Harus Realistis Sikapi Pertumbuhan Ekonomi
Ketua Gabungan Asosiasi Pengusaha Makanan dan Minuman Indonesia (Gapmmi) Adhi S Lukman mengungkapkan, perekonomian Indonesia pada kuartal II yang hanya tumbuh 4,67% secara makro berpengaruh terhadap industri mamin. (Baca: Ekonomi RI Kuartal II Hanya Tumbuh 4,67%).
Sebab, keberlangsungan industri mamin bergantung pada daya beli masyarakat. "Kan tentunya secara makro berpengaruh terhadap daya beli, karena konsumsi itu tergantung pertumbuhan ekonomi. Kalau makin lambat tentu kami khawatir," tuturnya saat dihubungi Sindonews di Jakarta, Kamis (6/8/2015).
Terlebih, lanjut Adhi, pada kuartal III tidak ada momentum apapun yang membuat industri mamin bangkit di tengah perlambatan ekonomi. Jika pada kuartal II pengusaha mamin diuntungkan dengan momentum puasa dan Lebaran, namun tidak dengan kuartal III dan IV.
Bahkan, momentum pemilihan kepala daerah (Pilkada) yang akan berlangsung pada kuartal IV pun tidak terlalu berdampak pada industri mamin. "Kuartal III tidak ada momentum apa-apa. Kalau kuartal II kan ada puasa dan Lebaran. Kuartal III flat, ini kita khawatir," terang dia.
Pihaknya berharap, pemerintah dapat segera merealisasikan pembangunan infrastruktur dan meningkatkan investasi yang dapat menggairahkan perekonomian Tanah Air.
"Karena tidak ada lagi yang bisa diharapkan. Apalagi kalau sampai dolar Amerika Serikat (USD) menguat terus terhadap rupiah, kita kan semakin khawatir," pungkas Adhi.
Baca juga:
Ekonomi Melambat, Indef: Stop Salahkan Kondisi Global!
Pemerintah Harus Realistis Sikapi Pertumbuhan Ekonomi
(izz)