Pengusaha Mebel Terpukul Pelemahan Ekonomi

Jum'at, 07 Agustus 2015 - 05:23 WIB
Pengusaha Mebel Terpukul Pelemahan Ekonomi
Pengusaha Mebel Terpukul Pelemahan Ekonomi
A A A
BANTUL - Dampak perlambatan ekonomi yang terjadi saat ini nampaknya sudah mulai dirasakan para pengusaha di Kabupaten Bantul, Yogyakarta dan sekitarnya terutama industri mebel dan kerajinan.

Industri tersebut menjadi sektor paling merasakan dampak perlambatan ekonomi. Omzet mebel dan kerajinan di wilayah ini sudah mengalami penurunan. (Baca: Ekonomi RI Kuartal II Hanya Tumbuh 4,67%).

Ketua Asosiasi Pengusaha Mebel dan Kerajinan Indonesia (Asmindo) DIY Timboel Rahardjo mengakui, perlambatan ekonomi ini memang membuat derita pengusaha mebel dan kerajinan semakin bertambah.

Perlambatan ekonomi ini membuat para pengusaha mebel dan kerajinan terpukul, sebab mereka kini tengah kebingungan mengenai ketatnya perizinan. "Kami berharap kebijakan pemerintah agar bisa menolong pengusaha," tuturnya, Kamis (6/8/2015).

Sejak beberapa bulan ini, perlambatan ekonomi di Indonesia sudah berdampak bagi pengusaha mebel dan kerajinan di DIY. Omzet mereka menurun sekitar 20% dibanding sebelumnya, padahal omzet mereka juga belum normal seperti tahun-tahun sebelumnya. Kondisi ini membahayakan kondisi para pengusaha.

Menurutnya, pemerintah seharusnya meemikirkan nasib mereka dengan memberi kelonggaran dalam hal perizinan serta pajak. Perizinan salah satunya terkait Sertifikat Verifikasi Legalitas Kayu (SVLK) yang sangat ketat memang membuat banyak berdampak bagi pengusaha mebel dan kerajinan.

"Belum lagi dengan pajak. Banyak pengusaha mebel dan kerajinan yang tutup gara-gara dikejar pajak. Kami mohon pemerintah membuat kebijakan yang bisa menolong," harap Timbul.

Beberapa pengusaha mebel dan kerajinan memang sudah mulai melakukan pengurangan tenaga kerja. Namun, jumlah pastinya belum bisa diketahui karena belum mendata. Namun, banyak pengusaha yang berusaha mempertahankan tenaga kerja mereka karena khawatir ketika pesanan mengalami kenaikan akan kesulitan mendapatkan tenaga kerja.

Timbul mengakui mulai kesulitan mendapatkan tenaga kerja seiring banyak berdirinya perusahaan konveksi dalam kapasitas yang cukup besar.

Kepala Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi (Disnakertrans) Bantul, Susanto mengakui jika perlambatan ekonomi ini sudah mulai dirasakan perusahaan di Bantul. Salah satu yang paling merasakan dampak perlambatan ini adalah perusahaan mebel. Hanya saja sejauh mana dampaknya, dia masih menunggu laporan dari anak buahnya.

"Kalau pengurangan tenaga kerja memang ada, tetapi banyaknya berapa kami belum mendatanya," ujarnya.

Sementara, Personalia PT Dong Young Tress Agung Sutrisno mengklaim perlambatan ekonomi tak begitu berdampak pada operasional perusahaannya. Sebab, order yang masuk ke perusahaan rambut palsu tempatnya bekerja justru menunjukkan tren peningkatan.

Agung mengaku perusahaannya akan mulai terganggu ketika cuaca tidak memihak. "Kalau di luar negeri sedang musim panas, tentu ordernya menurun. Logikanya, kalau panas itu biasanya orang luar negeri banyak yang melepas baju, tentu yang memakai wig (rambut palsu) juga sedikit. Kalau perlambatan ekonomi ini belum kami rasakan dampaknya," ujar Personalia perusahaan asal Korea ini.

Dia justru mengkhawatirkan ketersediaan tenaga kerja di wilayah Bantul. Sebab, Agung mengakui kesulitan mendapatkan tenaga kerja karena banyak perusahaan baru yang dibuka. Padahal, dia mengakui sudah ada tenaga kerja dari luar Bantul yang bekerja di perusahaan tersebut.

Baca juga:

Ekonomi Melambat, Pengusaha Mamin Ketar-ketir

Jokowi Diminta Hati-hati Ekonomi Terus Memburuk

Pemerintah Harus Realistis Sikapi Pertumbuhan Ekonomi
(izz)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.6576 seconds (0.1#10.140)