Gagal Jadi Karyawan, Pria Ini Sukses Bisnis Online
A
A
A
SEBAGIAN besar orang tua masih berpandangan bahwa anak mereka akan dianggap sukses jika bekerja sebagai karyawan, Pegawai Negeri Sipil (PNS), tentara atau polisi.
Demikian juga orang tua dari Harsono, pria kelahiran Semarang, 35 tahun lalu ini disekolahkan sampai lulus sarjana Hukum dari Universitas Semarang dengan harapan setelah lulus kuliah anak mereka bisa menjadi tentara atau PNS sesuai ijazahnya.
Setelah lulus, Harsono menyoba peruntungannya melamar berbagai pekerjaan bermodalkan ijazah Sarjana Hukum yang dimilikinya. "Bermacam-macam tes saya ikuti, termasuk melamar menjadi hakim dan anggota Tentara Nasional Indonesia. Namun tak ada satu pun dari berbagai tes tersebut yang berhasil lolos dan bisa diterima mendapatkan pekerjaan," kata Harsono dalam rilisnya, Senin (10/8/2015).
Berkali-kali gagal dalam tes pekerjaan yang diikutinya, akhirnya Harsono memilih untuk merintis usahanya sendiri daripada harus kerja ikut orang lain dengan memproduksi berbagai macam tas, seperti tas kamera, tas ransel, back pack maupun tas carrier (tas gunung).
"Ini semua berawal dari hobi saya naik gunung. Saya pun membuat bermacam-macam tas, termasuk tas gunung (carrier). Dengan modal awal Rp400 ribu cukup untuk membuat 20 tas yang berhasil dijual dengan harga keseluruhan Rp1,4 juta sehingga meraup keuntungan bersih sebesar Rp1 juta," ujarnya.
Belajar memproduksi tas secara otodidak bermodalkan gambar tas via internet kemudian dibuat model contohnya satu per satu. Usaha produksi tas inipun lama-kelamaan semakin besar. Dia bahkan pernah mendapat kontrak selama setahun dari produsen permen karet Yosan untuk membuat tas ransel sejumlah 400 tas per minggu, atau sekitar 16.000 tas selama setahun.
Seperti layaknya sebuah usaha pasti ada pasang surutnya. "Bencana gempa bumi yang melanda kota Yogyakarta dan sekitarnya pada 2006 sangat memukul usaha produksi tas saya. Beberapa penjual tas di kota Yogyakarta yang saya suplai sampai menunggak pembayaran tas yang diambil dari saya sampai berbulan-bulan lamanya," ungkap dia.
Setelah terjadi Gempa Yogyakarta, usaha itu sempat naik turun apalagi ketika dia menikah dan mempunyai anak. Sehingga otomatis keuangannya sempat tersedot membiayai keluarga barunya tersebut.
Namun, perlahan-lahan usaha Harsono bangkit kembali. Apalagi ketika dia mulai mengenal dunia jual beli online. Menjual tas via online lebih menguntungkan daripada via offline karena perputaran uangnya lebih cepat.
"Kalau menjual tas via offline pembayarannya bisa sampai 1-2 bulan atau bahkan lebih sehingga mengganggu cash flow usaha karena modalnya tertahan. Sedangkan menjual tas via online, transaksi pembelian terjadi setiap hari dan langsung dibayar saat itu juga," tuturnya.
Transaksi penjualan tas hasil produksi Harsono semakin besar ketika dia mengenal Bukalapak.com. Mulai bergabung pada April 2014, kini Harsono dengan lapaknya bernama ARdani Indonesia dan merek tasnya ARdani berhak menyandang level sebagai pedagang besar, karena sudah mendapatkan 455 feedback positif dan 100% transaksinya terpenuhi tanpa ditolak.
"Masa awal bergabung di Bukalapak adalah masa berdarah-darah. Setiap hari paling hanya bisa mendapat 1-2 transaksi atau bahkan tidak ada transaksi sama sekali. Namun ketika sudah mendapatkan 80-100 feedback positif, jualan saya semakin terasa kencang. Jadi kuncinya adalah mendapatkan kepercayaan konsumen sehingga mereka mau memberikan feedback positif kepada kita sebagai pelapak (penjual)," terang Harsono.
Sekarang dia bisa mendapatkan 8-10 transaksi per hari dengan omzet per bulan bisa mencapai Rp80 juta. Jenis tas yang paling laku adalah tas kamera yang transaksinya bisa mencapai 20 tas per minggu, tas punggung transaksinya bisa mencapai 15-20 tas per minggu dan tas carrier 60 liter mencapai 10 tas per minggu.
"Apalagi didukung dengan fitur push yang semakin meningkatkan transaksi penjualan tas. Setiap bulan saya bisa sampai menghabiskan Rp500 ribu untuk menggunakan fitur push, agar jualan saya bisa berada di bagian halaman awal di situs Bukalapak, sehingga bisa lebih laku terjual dibandingkan berada di bagian halaman akhir," katanya.
Dia masih mempunyai cita-cita agar usahanya semakin meningkat dengan memproduksi berbagai macam perlengkapan adventure, seperti jaket, raincoat, tas gunung dan lainnya. Pasar perlengkapan adventure masih sangat besar sehingga peluang kesuksesannya pun juga besar.
Demikian juga orang tua dari Harsono, pria kelahiran Semarang, 35 tahun lalu ini disekolahkan sampai lulus sarjana Hukum dari Universitas Semarang dengan harapan setelah lulus kuliah anak mereka bisa menjadi tentara atau PNS sesuai ijazahnya.
Setelah lulus, Harsono menyoba peruntungannya melamar berbagai pekerjaan bermodalkan ijazah Sarjana Hukum yang dimilikinya. "Bermacam-macam tes saya ikuti, termasuk melamar menjadi hakim dan anggota Tentara Nasional Indonesia. Namun tak ada satu pun dari berbagai tes tersebut yang berhasil lolos dan bisa diterima mendapatkan pekerjaan," kata Harsono dalam rilisnya, Senin (10/8/2015).
Berkali-kali gagal dalam tes pekerjaan yang diikutinya, akhirnya Harsono memilih untuk merintis usahanya sendiri daripada harus kerja ikut orang lain dengan memproduksi berbagai macam tas, seperti tas kamera, tas ransel, back pack maupun tas carrier (tas gunung).
"Ini semua berawal dari hobi saya naik gunung. Saya pun membuat bermacam-macam tas, termasuk tas gunung (carrier). Dengan modal awal Rp400 ribu cukup untuk membuat 20 tas yang berhasil dijual dengan harga keseluruhan Rp1,4 juta sehingga meraup keuntungan bersih sebesar Rp1 juta," ujarnya.
Belajar memproduksi tas secara otodidak bermodalkan gambar tas via internet kemudian dibuat model contohnya satu per satu. Usaha produksi tas inipun lama-kelamaan semakin besar. Dia bahkan pernah mendapat kontrak selama setahun dari produsen permen karet Yosan untuk membuat tas ransel sejumlah 400 tas per minggu, atau sekitar 16.000 tas selama setahun.
Seperti layaknya sebuah usaha pasti ada pasang surutnya. "Bencana gempa bumi yang melanda kota Yogyakarta dan sekitarnya pada 2006 sangat memukul usaha produksi tas saya. Beberapa penjual tas di kota Yogyakarta yang saya suplai sampai menunggak pembayaran tas yang diambil dari saya sampai berbulan-bulan lamanya," ungkap dia.
Setelah terjadi Gempa Yogyakarta, usaha itu sempat naik turun apalagi ketika dia menikah dan mempunyai anak. Sehingga otomatis keuangannya sempat tersedot membiayai keluarga barunya tersebut.
Namun, perlahan-lahan usaha Harsono bangkit kembali. Apalagi ketika dia mulai mengenal dunia jual beli online. Menjual tas via online lebih menguntungkan daripada via offline karena perputaran uangnya lebih cepat.
"Kalau menjual tas via offline pembayarannya bisa sampai 1-2 bulan atau bahkan lebih sehingga mengganggu cash flow usaha karena modalnya tertahan. Sedangkan menjual tas via online, transaksi pembelian terjadi setiap hari dan langsung dibayar saat itu juga," tuturnya.
Transaksi penjualan tas hasil produksi Harsono semakin besar ketika dia mengenal Bukalapak.com. Mulai bergabung pada April 2014, kini Harsono dengan lapaknya bernama ARdani Indonesia dan merek tasnya ARdani berhak menyandang level sebagai pedagang besar, karena sudah mendapatkan 455 feedback positif dan 100% transaksinya terpenuhi tanpa ditolak.
"Masa awal bergabung di Bukalapak adalah masa berdarah-darah. Setiap hari paling hanya bisa mendapat 1-2 transaksi atau bahkan tidak ada transaksi sama sekali. Namun ketika sudah mendapatkan 80-100 feedback positif, jualan saya semakin terasa kencang. Jadi kuncinya adalah mendapatkan kepercayaan konsumen sehingga mereka mau memberikan feedback positif kepada kita sebagai pelapak (penjual)," terang Harsono.
Sekarang dia bisa mendapatkan 8-10 transaksi per hari dengan omzet per bulan bisa mencapai Rp80 juta. Jenis tas yang paling laku adalah tas kamera yang transaksinya bisa mencapai 20 tas per minggu, tas punggung transaksinya bisa mencapai 15-20 tas per minggu dan tas carrier 60 liter mencapai 10 tas per minggu.
"Apalagi didukung dengan fitur push yang semakin meningkatkan transaksi penjualan tas. Setiap bulan saya bisa sampai menghabiskan Rp500 ribu untuk menggunakan fitur push, agar jualan saya bisa berada di bagian halaman awal di situs Bukalapak, sehingga bisa lebih laku terjual dibandingkan berada di bagian halaman akhir," katanya.
Dia masih mempunyai cita-cita agar usahanya semakin meningkat dengan memproduksi berbagai macam perlengkapan adventure, seperti jaket, raincoat, tas gunung dan lainnya. Pasar perlengkapan adventure masih sangat besar sehingga peluang kesuksesannya pun juga besar.
(izz)