Hunian Bergaya Etnik yang Tetap Nyentrik
A
A
A
Perubahan gaya desain bangunan dari para arsitektur yang kini semakin moderndan maju tak terasa mengalihkan perhatian kita terhadap menariknya desain etnikakar budaya kita yang kaya.
Berkembangnya hunian minimalis di mana-mana menaruhperhatian banyak orang mengikuti tren yang sedang hangat.
Namun di balik itu, ternyata hunian atau bangunan yang bergaya ternyata memiliki keunikan dan daya tarik yang tak kalah menarik dengan gaya bangunanlainnya semacam minimalis misalnya. “Adapun hunian bergaya etnik adalah hunianyang memanfaatkan furnitur, dekoratif ikon, maupun ambians yang berasal dari kebudayaan atau tradisi lokal.
Jadi, misalnya tradisi budaya Indonesia sepertibatik, kerajinan tangan bambu, dan lainnya diaplikasikan ke dalam desaininterior maupun eksterior sebuah hunian,” ujar desainer interior Ary Juwono. Banyaknya bangunan kekinian yang lebih mengedepankan konsep modern, minimalis,atau Eropa membuat banyak orang cenderung melupakan keunikan dan kekhasan unsurdesain bangunan pada huniannya.
Ary Juwono menyatakan, minat orang Indonesiasekitar 1980–2000- an masih banyak yang menggunakan gaya etnik dan masih jadiidola atau banyak dipilih orang Indonesia. Namun, mulai tahun 2000-an hingga sekarang gaya minimalis atau modern lebih banyak dipakai orang ketimbang etnik.
Ary Juwono juga menyatakan, akhirnya etnik hanya menjadi sentuhan dekorasi saja.Maka dari itu banyak orang menyebutnya sebagai gaya modern dengan sentuhanetnik. Sentuhan etnik dipakai sebagai estetis, bukan bagian utama dekorasi atauhanya sebagai elemen dekoratif pada sebuah hunian.
Namun, berbeda denganbangunan public space yang masihbanyak menggunakan unsur etnik. Misalnya hotel, yang masih banyak menggunakangaya etnik. Karena memang menyangkut budaya lokal, maka hotel tersebutmemerlukan identitas diri sebagai ciri khas di mana hotel itu berada.
Daerah yang masih banyak menggunakan unsur etnik pada bangunannya adalahdaerah-daerah yang banyak memiliki banyak wisata lokal, seperti Bali, Yogya,dan Jawa Tengah serta daerah-daerah lainnya.
Muhammad Marwan
Berkembangnya hunian minimalis di mana-mana menaruhperhatian banyak orang mengikuti tren yang sedang hangat.
Namun di balik itu, ternyata hunian atau bangunan yang bergaya ternyata memiliki keunikan dan daya tarik yang tak kalah menarik dengan gaya bangunanlainnya semacam minimalis misalnya. “Adapun hunian bergaya etnik adalah hunianyang memanfaatkan furnitur, dekoratif ikon, maupun ambians yang berasal dari kebudayaan atau tradisi lokal.
Jadi, misalnya tradisi budaya Indonesia sepertibatik, kerajinan tangan bambu, dan lainnya diaplikasikan ke dalam desaininterior maupun eksterior sebuah hunian,” ujar desainer interior Ary Juwono. Banyaknya bangunan kekinian yang lebih mengedepankan konsep modern, minimalis,atau Eropa membuat banyak orang cenderung melupakan keunikan dan kekhasan unsurdesain bangunan pada huniannya.
Ary Juwono menyatakan, minat orang Indonesiasekitar 1980–2000- an masih banyak yang menggunakan gaya etnik dan masih jadiidola atau banyak dipilih orang Indonesia. Namun, mulai tahun 2000-an hingga sekarang gaya minimalis atau modern lebih banyak dipakai orang ketimbang etnik.
Ary Juwono juga menyatakan, akhirnya etnik hanya menjadi sentuhan dekorasi saja.Maka dari itu banyak orang menyebutnya sebagai gaya modern dengan sentuhanetnik. Sentuhan etnik dipakai sebagai estetis, bukan bagian utama dekorasi atauhanya sebagai elemen dekoratif pada sebuah hunian.
Namun, berbeda denganbangunan public space yang masihbanyak menggunakan unsur etnik. Misalnya hotel, yang masih banyak menggunakangaya etnik. Karena memang menyangkut budaya lokal, maka hotel tersebutmemerlukan identitas diri sebagai ciri khas di mana hotel itu berada.
Daerah yang masih banyak menggunakan unsur etnik pada bangunannya adalahdaerah-daerah yang banyak memiliki banyak wisata lokal, seperti Bali, Yogya,dan Jawa Tengah serta daerah-daerah lainnya.
Muhammad Marwan
(ars)