DPR Pesimistis Formasi Menteri Baru Kerek Ekonomi RI
A
A
A
JAKARTA - Komisi VI DPR RI pesimistis formasi baru tim ekonomi yang dibentuk Presiden Joko Widodo (Jokowi) lewat perombakan (reshuffle) kabinet, akan mampu mengerek pertumbuhan ekonomi Indonesia.
Ketua Komisi VI DPR RI Hafisz Tohir mengungkapkan, meskipun ada reshuffle namun pekerjaan berat Presiden Jokowi masih sangat besar.
"Menteri hasil reshuffle kabinet sedikit lebih baik dari menteri sebelumnya, lebih senior. Kalau dari perdagangan saya belum melihat kiprah Mendag ini sebelumnya di sektor perdagangan, kecuali bidang moneter," katanya dalam keterangan tertulisnya, di Jakarta, Kamis (13/8/2015).
Hafisz menuturkan, keadaan ekonomi Indonesia yang merosot tajam membuat daya saing terus melemah. Bahkan, pasca perombakan kabinet pun nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (USD) sempat terkoreksi.
"Artinya dalam kondisi seperti ini berat bagi mereka untuk memperbaiki keadaan. Berkaca dari sepak terjang mereka serta melihat masalah yang sedang kita hadapi saat ini, agak pesimis saya kira kabinet hasil reshuffle ini untuk mampu memperbaiki ekonomi agar dapat tumbuh 6% seperti yang diinginkan Jokowi," imbuh dia.
Sebab, sambung Hafisz, terlalu banyak masalah bangsa yang harus diperbaiki Jokowi dalam waktu bersamaan. Misalnya, penempatan pejabat di pemerintahan yang masih terkesan hanya balas budi semata.
"Penempatan pejabat negara yang belum berdasarkan kepada the right man on the right place. Penempatan pejabat tersebut selama ini lebih kepada balas budi saja," sebutnya.
Selain itu, harga barang kebutuhan pokok yang terus terkerek. Ditambah lagi pertumbuhan ekonomi Indonesia semakin merosot, dari sebelumnya 4,71% pada kuartal I/2015 menjadi 4,62% pada kuartal II/2015.
Tak kalah mencengangkannya, perdagangan Indonesia pun sejauh ini masih merosot, ditandai dengan ekspor yang turun dan impor yang meningkat dibanding tahun sebelumnya. Pendapatan masyarakat terus tergerus, serta industri yang terus merosot.
"Pertumbuhan produksi industri pengolahan atau manufaktur besar dan sedang (IBS) 2015 mengalami penurunan dari triwulan 2014," jelas dia.
Nilai tukar rupiah terhadap USD pun makin terpuruk hingga menyentuh Rp13.800/USD. "Jokowi masih menghadapi gunung besar yang menghadang RI dalam bidang ekonomi makro dan mikro. Pemerintah bisa berhasil kalau semua stakeholder dan elemen bangsa ini bersatu," tandasnya.
Baca juga:
Jokowi Copot Tiga Menteri Ekonomi
Menteri-menteri Ini Lolos dari Reshuffle
Lepas Jabatan Menteri, Air Mata Rachmat Gobel Tumpah
Ketua Komisi VI DPR RI Hafisz Tohir mengungkapkan, meskipun ada reshuffle namun pekerjaan berat Presiden Jokowi masih sangat besar.
"Menteri hasil reshuffle kabinet sedikit lebih baik dari menteri sebelumnya, lebih senior. Kalau dari perdagangan saya belum melihat kiprah Mendag ini sebelumnya di sektor perdagangan, kecuali bidang moneter," katanya dalam keterangan tertulisnya, di Jakarta, Kamis (13/8/2015).
Hafisz menuturkan, keadaan ekonomi Indonesia yang merosot tajam membuat daya saing terus melemah. Bahkan, pasca perombakan kabinet pun nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (USD) sempat terkoreksi.
"Artinya dalam kondisi seperti ini berat bagi mereka untuk memperbaiki keadaan. Berkaca dari sepak terjang mereka serta melihat masalah yang sedang kita hadapi saat ini, agak pesimis saya kira kabinet hasil reshuffle ini untuk mampu memperbaiki ekonomi agar dapat tumbuh 6% seperti yang diinginkan Jokowi," imbuh dia.
Sebab, sambung Hafisz, terlalu banyak masalah bangsa yang harus diperbaiki Jokowi dalam waktu bersamaan. Misalnya, penempatan pejabat di pemerintahan yang masih terkesan hanya balas budi semata.
"Penempatan pejabat negara yang belum berdasarkan kepada the right man on the right place. Penempatan pejabat tersebut selama ini lebih kepada balas budi saja," sebutnya.
Selain itu, harga barang kebutuhan pokok yang terus terkerek. Ditambah lagi pertumbuhan ekonomi Indonesia semakin merosot, dari sebelumnya 4,71% pada kuartal I/2015 menjadi 4,62% pada kuartal II/2015.
Tak kalah mencengangkannya, perdagangan Indonesia pun sejauh ini masih merosot, ditandai dengan ekspor yang turun dan impor yang meningkat dibanding tahun sebelumnya. Pendapatan masyarakat terus tergerus, serta industri yang terus merosot.
"Pertumbuhan produksi industri pengolahan atau manufaktur besar dan sedang (IBS) 2015 mengalami penurunan dari triwulan 2014," jelas dia.
Nilai tukar rupiah terhadap USD pun makin terpuruk hingga menyentuh Rp13.800/USD. "Jokowi masih menghadapi gunung besar yang menghadang RI dalam bidang ekonomi makro dan mikro. Pemerintah bisa berhasil kalau semua stakeholder dan elemen bangsa ini bersatu," tandasnya.
Baca juga:
Jokowi Copot Tiga Menteri Ekonomi
Menteri-menteri Ini Lolos dari Reshuffle
Lepas Jabatan Menteri, Air Mata Rachmat Gobel Tumpah
(izz)