Apresiasi Rupiah Potensi Berlanjut
A
A
A
JAKARTA - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (USD) pada hari ini berpotensi dapat melanjutkan penguatan karena sentimen dari China.
"Tampaknya sentimen dari yuan dapat mengangkat rupiah. Meski baru bersifat sentimen, namun cukup membuat rupiah menguat. Tentunya kami berharap penguatan tersebut dapat berlanjut," ujar Kepala Riset PT NH Korindo Securities Indonesia Reza Priyambada di Jakarta, Jumat (14/8/2015).
Kendati demikian, dia menyarankan, untuk tetap mencermati sentimen dan berita yang dirilis. Reza memprediksi, rupiah berdasarkan kurs tengah Bank Indonesia akan berada pada rentang Rp13.740-Rp13.753/USD.
Sementara posisi rupiah kemarin berdasarkan kurs referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) BI pada level Rp13.747/USD, menguat 11 poin dari posisi kemarin di level Rp13.758/USD.
Kemarin, meski bank sentral China kembali melakukan devaluasi atas mata uangnya, namun tidak sebanyak dua hari sebelumnya. Mulai berkurangnya devaluasi tersebut memberikan angin segar bagi mata uang emerging market untuk kembali terapresiasi.
"Bank sentral China sengaja kali ini tidak terlalu agresif dalam mendevaluasi yuan agar tidak terjadi currency war yang dapat membuat pasar panik. Rupiah pun dapat mengambil kesempatan untuk menguat meski hanya sementara," tutur dia.
"Tampaknya sentimen dari yuan dapat mengangkat rupiah. Meski baru bersifat sentimen, namun cukup membuat rupiah menguat. Tentunya kami berharap penguatan tersebut dapat berlanjut," ujar Kepala Riset PT NH Korindo Securities Indonesia Reza Priyambada di Jakarta, Jumat (14/8/2015).
Kendati demikian, dia menyarankan, untuk tetap mencermati sentimen dan berita yang dirilis. Reza memprediksi, rupiah berdasarkan kurs tengah Bank Indonesia akan berada pada rentang Rp13.740-Rp13.753/USD.
Sementara posisi rupiah kemarin berdasarkan kurs referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) BI pada level Rp13.747/USD, menguat 11 poin dari posisi kemarin di level Rp13.758/USD.
Kemarin, meski bank sentral China kembali melakukan devaluasi atas mata uangnya, namun tidak sebanyak dua hari sebelumnya. Mulai berkurangnya devaluasi tersebut memberikan angin segar bagi mata uang emerging market untuk kembali terapresiasi.
"Bank sentral China sengaja kali ini tidak terlalu agresif dalam mendevaluasi yuan agar tidak terjadi currency war yang dapat membuat pasar panik. Rupiah pun dapat mengambil kesempatan untuk menguat meski hanya sementara," tutur dia.
(rna)