Hilirisasi Industri Diperkuat
A
A
A
JAKARTA - Pemerintah akan memperkuat hilirisasi industri dalam negeri. Langkah ini dilakukan guna mengurangi ketergantungan impor bahan baku industri. Sekretaris Jenderal Kementerian Perindustrian Syarief Hidayat mengakui, selama 70 tahun kemerdekaan Republik Indonesia industri dalam negeri memang masih bergantung impor.
Namun, ketergantungan ini tidak hanya terjadi di Indonesia, melainkan setiap negara. ”Sebetulnya begini, kalau ketergantungan dari luar negeri, tidak ada satu negara pun yang tidak tergantung. Semua saling mengisi,” ungkap Syarief di Jakarta kemarin. Dia menambahkan, Indonesia memiliki sumber daya alam yang berlimpah namun selama ini hanya dijual secara mentah. Untuk itu, pemerintah bertekad agar bahan mentah yang ada di dalam negeri bisa untuk memasok industri dalam negeri.
”Dulu kan bauksit kita ekspor, diolah. Nanti kita akan olah di sini menjadi alumina kemudian menjadi aluminium. Aluminium akan kita olah menjadi yang bahan akhir,” ujarnya. Syarief melanjutkan, pemerintah ingin menjadikan sumber daya alam serta minyak dan gas (migas) sebagai modal pembangunan. Strategi itu diharapkan menguntungkan dalam jangka panjang.
”Memang awalnya kita investasi tapi jangka panjang akan dapat banyak sekali,” jelasnya. Syarief mengungkapkan, terkait energi untuk kebutuhan industri, Kementerian Perindustrian sudah berkoordinasi dengan Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM).
Sementara, Menteri Perindustrian Saleh Husin mengatakan, pihaknya terus melakukan berbagai upaya untuk mencapai target pertumbuhan industri di kisaran 6,3-6,8% hingga akhir tahun ini. Salah satu caranya adalah berkoordinasi lintas sektoral, lintas kementerian dan pelaku usaha, sehingga kebijakan yang diambil sesuai dengan keinginan pemerintah. ”Walau ekonomi turun, investasi di industri naik cukup besar.
Ini ada harapan positif bahwa ke depan ekonomi kita akan lebih baik,” ujarnya. Saleh menambahkan, adanya devaluasi mata uang yuan memang berdampak ke Indonesia. Hanya, hal itu tidak hanya terjadi di Indonesia tetapi juga ke negara lain.
Oktiani endarwati
Namun, ketergantungan ini tidak hanya terjadi di Indonesia, melainkan setiap negara. ”Sebetulnya begini, kalau ketergantungan dari luar negeri, tidak ada satu negara pun yang tidak tergantung. Semua saling mengisi,” ungkap Syarief di Jakarta kemarin. Dia menambahkan, Indonesia memiliki sumber daya alam yang berlimpah namun selama ini hanya dijual secara mentah. Untuk itu, pemerintah bertekad agar bahan mentah yang ada di dalam negeri bisa untuk memasok industri dalam negeri.
”Dulu kan bauksit kita ekspor, diolah. Nanti kita akan olah di sini menjadi alumina kemudian menjadi aluminium. Aluminium akan kita olah menjadi yang bahan akhir,” ujarnya. Syarief melanjutkan, pemerintah ingin menjadikan sumber daya alam serta minyak dan gas (migas) sebagai modal pembangunan. Strategi itu diharapkan menguntungkan dalam jangka panjang.
”Memang awalnya kita investasi tapi jangka panjang akan dapat banyak sekali,” jelasnya. Syarief mengungkapkan, terkait energi untuk kebutuhan industri, Kementerian Perindustrian sudah berkoordinasi dengan Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM).
Sementara, Menteri Perindustrian Saleh Husin mengatakan, pihaknya terus melakukan berbagai upaya untuk mencapai target pertumbuhan industri di kisaran 6,3-6,8% hingga akhir tahun ini. Salah satu caranya adalah berkoordinasi lintas sektoral, lintas kementerian dan pelaku usaha, sehingga kebijakan yang diambil sesuai dengan keinginan pemerintah. ”Walau ekonomi turun, investasi di industri naik cukup besar.
Ini ada harapan positif bahwa ke depan ekonomi kita akan lebih baik,” ujarnya. Saleh menambahkan, adanya devaluasi mata uang yuan memang berdampak ke Indonesia. Hanya, hal itu tidak hanya terjadi di Indonesia tetapi juga ke negara lain.
Oktiani endarwati
(bbg)