Perang Mata Uang Sedang Terjadi
A
A
A
JAKARTA - Direktur Institute for Economics and Social Research I Kadek Dian Sutrisna Artha memandang, saat ini sebetulnya sudah terjadi perang mata uang(currency war).
Namun perang mata uang ini hanya untuk negara kuat, seperti Amerika Serikat dengan mata uang USD, China dengan yuan, Jepang dengan yen dan negara bagian Eropa dengan euronya.
"Ini sebenarnya sudah terjadi kalau perang mata uang, tapi antara USD, yuan, yen dan euro. Jepang dan Eropa kan mereka lakukan quantative easing, sekarang China juga melakukan itu. Tapi syaratnya cuma negara-negara yang kuat yang bisa melakukan itu," kata Kadek kepada Sindonews di Jakarta, Sabtu (22/8/2015).
Indonesia, kata Kadek, tidak akan pernah bisa menjadi peserta currency war karena sudah pasti akan kalah bersaing dengan mata uang negara yang lebih kuat.
"Kalau kita ikut-ikutan, ya kita bakalan kalah. Sekarang itu, Indonesia tidak melemahkan pun, ya memang sudah lemah dan malah akan jadi bumerang (kalau sengaja dilemahkan). Kalau China cadangan devisanya besar, dia masih kuat. Kalau kita enggak mungkin," tandasnya.
Baca:
Pengamat: Pemerintah Tak Punya Alasan Lemahkan Rupiah
Efek Pembatasan Pembelian USD Hanya Sementara
China Berusaha Tenangkan Ketakutan Perang Mata Uang
Namun perang mata uang ini hanya untuk negara kuat, seperti Amerika Serikat dengan mata uang USD, China dengan yuan, Jepang dengan yen dan negara bagian Eropa dengan euronya.
"Ini sebenarnya sudah terjadi kalau perang mata uang, tapi antara USD, yuan, yen dan euro. Jepang dan Eropa kan mereka lakukan quantative easing, sekarang China juga melakukan itu. Tapi syaratnya cuma negara-negara yang kuat yang bisa melakukan itu," kata Kadek kepada Sindonews di Jakarta, Sabtu (22/8/2015).
Indonesia, kata Kadek, tidak akan pernah bisa menjadi peserta currency war karena sudah pasti akan kalah bersaing dengan mata uang negara yang lebih kuat.
"Kalau kita ikut-ikutan, ya kita bakalan kalah. Sekarang itu, Indonesia tidak melemahkan pun, ya memang sudah lemah dan malah akan jadi bumerang (kalau sengaja dilemahkan). Kalau China cadangan devisanya besar, dia masih kuat. Kalau kita enggak mungkin," tandasnya.
Baca:
Pengamat: Pemerintah Tak Punya Alasan Lemahkan Rupiah
Efek Pembatasan Pembelian USD Hanya Sementara
China Berusaha Tenangkan Ketakutan Perang Mata Uang
(rna)