Eksportir dan Petani Kopi Untung karena Rupiah Melemah

Sabtu, 22 Agustus 2015 - 17:09 WIB
Eksportir dan Petani...
Eksportir dan Petani Kopi Untung karena Rupiah Melemah
A A A
JAKARTA - Ketua Gabungan Eksportir Kopi Indonesia (Gaeki) Hutama Sugandhi mengatakan, eksportir dan petani kopi Indonesia mendapatkan keuntungan dari melemahnya mata uang rupiah.

"Eksportir dan petani dengan pelemahan ini mendapat perbaikan keuntungan dari tahun lalu, di mana tahun lalu produksi kopi sedang tidak bagus, sedangkan tahun ini produksi kita bagus," kata dia ketika dihubungi Sindonews di Jakarta, Sabtu (22/8/2015).

Meski demikian, Hutama mengatakan, meski eksportir dan petani kopi untung, namun nilai ekspor secara industri justru tidak begitu stabil.

"Ya, enggak stabil-stabil banget untuk ekspornya buat industri karena lesunya ekonomi dunia. Tapi kita kan mesti lihat secara komperhensif," katanya.

Meski belum bisa membandingkan angka ekspor kopi tahun ini dengan tahun lalu, namun secara umum ekspor tahun ini lebih baik dibanding 2014.

"Ekspor kita meningkat tahun ini karena posisinya kembali normal. Kalau tahun lalu turun karena produksinya enggak bagus. Kalau tahun ini normal karena produksinya mendekati normal," kata dia.

Meski demikian, Hutama mengingatkan, industri kopi tidak boleh terlena dengan kondisi saat ini. Dilihat dari sisi mata uang, memang baik untuk posisi ekspor, namun jika dilihat dari sisi lain cukup mengkhawatirkan.

"Karena pelemahan rupiah yang begitu drastis enggak baik untuk ekonomi kita, sehingga apakah pelemahan rupiah bisa mendorong ekspor atau tidak harus dilihat dari sisi demand, kemampuan ekonomi global dan market yang lemah, sehingga permintaan dari luar negeri juga berkurang," pungkasnya.

Sementara itu, dia menjelaskan bahwa impor biji kopi juga terpengaruh pelemahan ekonomi. Biasanya, kata Hutama, Indonesia mengimpor biji kopi sebagai bahan industri dan kopi instan untuk kopi campur. Untuk kopi instan, Indonesia mengimpor bahannya dari China, namun karena ekonomi China sedang melemah, imbasnya kepada kualitas kopi.

"Kalau kopi biji digunakan untuk bahan baku dalam negeri, kalau kopi instan kan biasa buat kopi mix atau campur, itu kita impor dari China, tapi kualitasnya enggak bagus karena juga harganya murah," kata dia.

Itulah sebabnya, dia menambahkan, Gaeki mendorong untuk adanya SNI wajib untuk kopi supaya kualitas kopi ekspor maupun impor terjaga dengan baik.

"Kalau kualitasnya bagus, kita cek di lab juga akan meyakinkan. Kalau kopi yang dari China kemarin itu memang kita enggak bisa yakin. Ternyata tidak baik kualitasnya setelah masuk lab. Ya saya mengerti karena ekonomi sana juga sedang melemah," tandas dia.
(rna)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.4310 seconds (0.1#10.140)