Rupiah Melemah, BI Harus Awasi Ketat Transaksi Valas
A
A
A
JAKARTA - Bank Indonesia (BI)I diminta memantau dan mengawasi lebih ketat transaksi valas di bank-bank besar supaya dapat memastikan sisi suplai bisa seimbang dengan sisi demand agar rupiah tidak makin melemah.
Kepala Ekonom Bank negara Indonesia (BNI) Ryan Kiryanto menuturkan, pelemahan rupiah terhadap USD mengindikasikan permintaan USD makin banyak, sehingga harga USD melonjak. Namun, menurutya, sejauh pembelian USD ada underlying transaction-nya tidak masalah.
"Sebaliknya kalau motif pembelian USD karena spekulasi, ini yang tidak baik dan membahayakan," kata dia, Sabtu (22/8/2015).
Menurut dia, melemahnya rupiah juga disebabkan rilis devaluasi yuan, yang menyebabkan mata uang Asia melemah semua.
"Paralel dengan itu, penggunaan rupiah di dalam negeri mutlak harus diterapkan, kecuali untuk transaksi-transaksi tertentu sesuai UU Mata Uang dan PBI kewajiban penggunaan rupiah," ujarnya.
Jika hal-hal tadi bisa dilakukan segera, dia menuturkan, rupiah tidak akan tembus Rp14.000/USD, tapi berbalik arah menguat ke Rp13.000/USD. Apalagi, jika pelaporan Devisa Hasil Ekspor (DHE) oleh eksportir dijalankan dengan disiplin maka akan mendorong apresiasi rupiah.
Lebih penting dari semua itu, kata Ryan, pemerintah harus bisa mengembalikan kepercayaan pasar dengan cara melaksanakan komitmen-komitmen dan janji-janji terutama Nawa Cita yang berefek pada kegiatan sektor riil.
Baca:
Efek Pembatasan Pembelian USD Hanya Sementara
Rupiah Tembus Rp14.000/USD, Alarm bagi Pemerintah
BI Harus Kerek Suku Bunga Jika Rupiah Kian Ambruk
Kepala Ekonom Bank negara Indonesia (BNI) Ryan Kiryanto menuturkan, pelemahan rupiah terhadap USD mengindikasikan permintaan USD makin banyak, sehingga harga USD melonjak. Namun, menurutya, sejauh pembelian USD ada underlying transaction-nya tidak masalah.
"Sebaliknya kalau motif pembelian USD karena spekulasi, ini yang tidak baik dan membahayakan," kata dia, Sabtu (22/8/2015).
Menurut dia, melemahnya rupiah juga disebabkan rilis devaluasi yuan, yang menyebabkan mata uang Asia melemah semua.
"Paralel dengan itu, penggunaan rupiah di dalam negeri mutlak harus diterapkan, kecuali untuk transaksi-transaksi tertentu sesuai UU Mata Uang dan PBI kewajiban penggunaan rupiah," ujarnya.
Jika hal-hal tadi bisa dilakukan segera, dia menuturkan, rupiah tidak akan tembus Rp14.000/USD, tapi berbalik arah menguat ke Rp13.000/USD. Apalagi, jika pelaporan Devisa Hasil Ekspor (DHE) oleh eksportir dijalankan dengan disiplin maka akan mendorong apresiasi rupiah.
Lebih penting dari semua itu, kata Ryan, pemerintah harus bisa mengembalikan kepercayaan pasar dengan cara melaksanakan komitmen-komitmen dan janji-janji terutama Nawa Cita yang berefek pada kegiatan sektor riil.
Baca:
Efek Pembatasan Pembelian USD Hanya Sementara
Rupiah Tembus Rp14.000/USD, Alarm bagi Pemerintah
BI Harus Kerek Suku Bunga Jika Rupiah Kian Ambruk
(rna)