Merebaknya Pasar Modern dan Terpadu
A
A
A
Pasar modern yang cenderung lebih bersih, nyaman, dan teratur semakin dibutuhkan masyarakat.
Keberadaannya yang terus merebak, apalagi dibangun terintegrasi dengan fasilitas umum lain seperti stasiun, terminal, hotel, ataupun apartemen, membuat tempat belanja satu ini diminati dan menjadi pilihan utama.
Pertumbuhan pasar modern di Indonesia, terutama kota-kota besar, dalam beberapa tahun terakhir cukup tinggi. Berbagai jenis pasar modern itu begitu menjamur dan keberadaannya seolah menggeser keberadaan pasar-pasar tradisional.
Munculnya tempat belanja yang lebih terjangkau, bersih, dan nyaman tersebut memberikan efek ganda bagi masyarakat maupun pemerintah. Di satu sisi, masyarakat akan memiliki peningkatan taraf hidup yang dapat dinilai dengan peningkatan pembangunan sarana perekonomian yang berupa pasar modern tersebut. Di sisi lain, hal itu akan menjadi sebuah ancaman bagi para pedagang kecil, terutama para pedagang pasar tradisional.
Ada sebuah kekhawatiran pada masyarakat bahwa perilaku belanja masyarakat akan berubah dan akan mematikan usaha para pedagang kecil. Cukup banyak kalangan yang prihatin dengan pembangunan pasar modern yang begitu pesat dan menyebabkan omzet para pedagang tradisional menurun. Pengaruh keberadaan pasar modern ini memang sangat kuat sehingga tak jarang terjadi pro-kontra antara para pedagang di pasar tradisional, pasar modern, dan pemerintah.
Kekhawatiran yang sama diungkapkan pengamat perkotaan dari Universitas Trisakti Jakarta, Yayat Supriatna. Menurut dia, pasar modern mesti dibangun untuk memenuhi kebutuhan satu wilayah. Jangan sampai, lanjut dia, keberadaannya terlalu banyak dalam satu lokasi yang berdekatan sehingga mengganggu keberadaan pasar tradisional. "Kalau sekarang jumlahnya bisa dua sampai tiga pasar modern dalam satu wilayah.
Ada kesenjangan yang mencolok dibanding pasar tradisional," tutur Yayat kepada KORAN SINDO. Yayat mengemukakan, jika hal ini terjadi, jangan heran apabila pasar tradisional semakin ditinggalkan masyarakat dan berdampak pada matinya pola distribusi. Padahal, fungsi pasar tradisional masih dibutuhkan, terutama sebagai mata pencaharian bagi pedagang kecil. Hal ini tentu juga akan memutus mata rantai pola konsumsi di masyarakat.
"Izin semakin mudah, seharusnya pasar modern ini dievaluasi apakah memang sudah sesuai peruntukannya dan lokasinya dibenahi," sebutnya. Idealnya, kata dia, pasar modern harus disesuaikan dengan luas wilayah dan jumlah penduduk yang terlayani agar semakin merata, jangan dibangun di depan pasar tradisional, serta penyerapan pedagang kecil yang lebih banyak.
Konsep terbaik, kata Yayat, bisa diterapkan seperti Pasar Modern BSD dan Bintaro yang tetap menganut sistem tradisional, tetapi dibangun lebih bersih dan rapi. "Sehingga kelas menengah juga mau saja belanja di sana," ujarnya. Yang penting juga lokasi pasar modern harus terjangkau dengan akses angkutan massal.
Salah satu pasar modern dan terpadu yang tengah dibangun adalah Benhil Central. Benhil Central setinggi 40 lantai ini merupakan wajah baru dari Pasar Regional Bendungan Hilir (Benhil) yang masuk dalam program peremajaan PD Pasar Jaya. Di proyek yang ditaksir senilai Rp1 triliun ini selain pusat perdagangan (trade center ) juga akan berdiri hotel berbintang, perkantoran, dan apartemen.
Khusus untuk trade center , kelak di sini tersedia lebih dari 1.000 kios yang menyediakan beragam barang dagangan mulai fashion seperti baju, tas, aksesori, sepatu, batik, dan baju muslim. Lalu, elektronik dan telekomunikasi. Selain itu, alat tulis, emas, kacamata, jam tangan, dan aksesori berharga lainnya juga tersedia di sini.
Adapun yang menarik, Benhil Central terintegrasi dengan angkutan massal karena merupakan salah satu titik pertemuan MRT Jakarta. Oleh karena itu, di bagian basement bangunan terdapat area transit MRT. Direktur Utama (Dirut) PD Pasar Jaya Djangga Lubis menyatakan, Benhil Central diharapkan mampu menjadi pasar percontohan pasar terpadu di Ibu Kota.
"Para pedagang eksisting sudah pindah ke tempat penampungan sementara (TPS) di samping pasar. Mereka sudah berjualan di sana. Semua juga sudah sepakat pasar itu direnovasi total karena memang bangunannya sudah tua," tuturnya. Pemprov DKI Jakarta menargetkan proses pembangunan dapat rampung dalam waktu dua tahun alias akhir 2016.
Yayat mengutarakan, Benhil Central termasuk ke dalam simpul pelayanan atau transit oriented development (TOD), yaitu suatu tempat yang mengintegrasikan layanan angkutan umum massal, baik itu MRT, LRT, maupun bus rapid transit (BRT). Pendekatan TOD populer sejak 1990-an sebagai upaya mencegah pembangunan yang tidak terkendali.
Sejatinya, pembangunan pasar di mana pun berada harus memperhatikan angkutan umum yang mudah dijangkau. Jangan sampai hanya mengakomodasi masyarakat yang memiliki mobil dengan menyediakan lahan parkir luas yang nantinya justru membuat macet. "Masyarakat ekonomi lemah juga harus ditampung dengan membuat akses mudah menuju transportasi massal," katanya.
Rendra Hanggara
Keberadaannya yang terus merebak, apalagi dibangun terintegrasi dengan fasilitas umum lain seperti stasiun, terminal, hotel, ataupun apartemen, membuat tempat belanja satu ini diminati dan menjadi pilihan utama.
Pertumbuhan pasar modern di Indonesia, terutama kota-kota besar, dalam beberapa tahun terakhir cukup tinggi. Berbagai jenis pasar modern itu begitu menjamur dan keberadaannya seolah menggeser keberadaan pasar-pasar tradisional.
Munculnya tempat belanja yang lebih terjangkau, bersih, dan nyaman tersebut memberikan efek ganda bagi masyarakat maupun pemerintah. Di satu sisi, masyarakat akan memiliki peningkatan taraf hidup yang dapat dinilai dengan peningkatan pembangunan sarana perekonomian yang berupa pasar modern tersebut. Di sisi lain, hal itu akan menjadi sebuah ancaman bagi para pedagang kecil, terutama para pedagang pasar tradisional.
Ada sebuah kekhawatiran pada masyarakat bahwa perilaku belanja masyarakat akan berubah dan akan mematikan usaha para pedagang kecil. Cukup banyak kalangan yang prihatin dengan pembangunan pasar modern yang begitu pesat dan menyebabkan omzet para pedagang tradisional menurun. Pengaruh keberadaan pasar modern ini memang sangat kuat sehingga tak jarang terjadi pro-kontra antara para pedagang di pasar tradisional, pasar modern, dan pemerintah.
Kekhawatiran yang sama diungkapkan pengamat perkotaan dari Universitas Trisakti Jakarta, Yayat Supriatna. Menurut dia, pasar modern mesti dibangun untuk memenuhi kebutuhan satu wilayah. Jangan sampai, lanjut dia, keberadaannya terlalu banyak dalam satu lokasi yang berdekatan sehingga mengganggu keberadaan pasar tradisional. "Kalau sekarang jumlahnya bisa dua sampai tiga pasar modern dalam satu wilayah.
Ada kesenjangan yang mencolok dibanding pasar tradisional," tutur Yayat kepada KORAN SINDO. Yayat mengemukakan, jika hal ini terjadi, jangan heran apabila pasar tradisional semakin ditinggalkan masyarakat dan berdampak pada matinya pola distribusi. Padahal, fungsi pasar tradisional masih dibutuhkan, terutama sebagai mata pencaharian bagi pedagang kecil. Hal ini tentu juga akan memutus mata rantai pola konsumsi di masyarakat.
"Izin semakin mudah, seharusnya pasar modern ini dievaluasi apakah memang sudah sesuai peruntukannya dan lokasinya dibenahi," sebutnya. Idealnya, kata dia, pasar modern harus disesuaikan dengan luas wilayah dan jumlah penduduk yang terlayani agar semakin merata, jangan dibangun di depan pasar tradisional, serta penyerapan pedagang kecil yang lebih banyak.
Konsep terbaik, kata Yayat, bisa diterapkan seperti Pasar Modern BSD dan Bintaro yang tetap menganut sistem tradisional, tetapi dibangun lebih bersih dan rapi. "Sehingga kelas menengah juga mau saja belanja di sana," ujarnya. Yang penting juga lokasi pasar modern harus terjangkau dengan akses angkutan massal.
Salah satu pasar modern dan terpadu yang tengah dibangun adalah Benhil Central. Benhil Central setinggi 40 lantai ini merupakan wajah baru dari Pasar Regional Bendungan Hilir (Benhil) yang masuk dalam program peremajaan PD Pasar Jaya. Di proyek yang ditaksir senilai Rp1 triliun ini selain pusat perdagangan (trade center ) juga akan berdiri hotel berbintang, perkantoran, dan apartemen.
Khusus untuk trade center , kelak di sini tersedia lebih dari 1.000 kios yang menyediakan beragam barang dagangan mulai fashion seperti baju, tas, aksesori, sepatu, batik, dan baju muslim. Lalu, elektronik dan telekomunikasi. Selain itu, alat tulis, emas, kacamata, jam tangan, dan aksesori berharga lainnya juga tersedia di sini.
Adapun yang menarik, Benhil Central terintegrasi dengan angkutan massal karena merupakan salah satu titik pertemuan MRT Jakarta. Oleh karena itu, di bagian basement bangunan terdapat area transit MRT. Direktur Utama (Dirut) PD Pasar Jaya Djangga Lubis menyatakan, Benhil Central diharapkan mampu menjadi pasar percontohan pasar terpadu di Ibu Kota.
"Para pedagang eksisting sudah pindah ke tempat penampungan sementara (TPS) di samping pasar. Mereka sudah berjualan di sana. Semua juga sudah sepakat pasar itu direnovasi total karena memang bangunannya sudah tua," tuturnya. Pemprov DKI Jakarta menargetkan proses pembangunan dapat rampung dalam waktu dua tahun alias akhir 2016.
Yayat mengutarakan, Benhil Central termasuk ke dalam simpul pelayanan atau transit oriented development (TOD), yaitu suatu tempat yang mengintegrasikan layanan angkutan umum massal, baik itu MRT, LRT, maupun bus rapid transit (BRT). Pendekatan TOD populer sejak 1990-an sebagai upaya mencegah pembangunan yang tidak terkendali.
Sejatinya, pembangunan pasar di mana pun berada harus memperhatikan angkutan umum yang mudah dijangkau. Jangan sampai hanya mengakomodasi masyarakat yang memiliki mobil dengan menyediakan lahan parkir luas yang nantinya justru membuat macet. "Masyarakat ekonomi lemah juga harus ditampung dengan membuat akses mudah menuju transportasi massal," katanya.
Rendra Hanggara
(ars)