Menakar Prospek Maja
A
A
A
Maja, daerah yang terletak di Kabupaten Lebak, Banten, ini ternyata menyimpan potensi menjadi sebuah kota mandiri beberapa tahun mendatang. Buktinya, daerah yang terletak di jalur alternatif dari Jakarta menuju Rangkasbitung ini sudah menjadi incaran pengembang besar.
Secara fisik, Maja berada di koridor barat dari sisi Kota Jakarta, sedangkan secara administrasi termasuk ke dalam tiga kabupaten berbeda, yaitu Kabupaten Lebak, Kabupaten Bogor, dan Kabupaten Tangerang.
Kedudukan Maja dalam konteks wilayah yang lebih luas, cukup strategis dan terletak di dua provinsi, yaitu Jawa Barat dan Banten. Beberapa area Bodetabek yang saat ini menjadi penyangga Kota Jakarta untuk beberapa tahun yang akan datang akan menjadi sangat padat.
Jadi, Maja punya peluang besar untuk menjadi penyangga Jakarta. Kementerian Perumahan Rakyat (Kemenpera) telah menetapkan Maja sebagai Kota Kekerabatan berdasarkan Surat Kemenpera No 02/KPTS/M/1998. Maja dirancang sebagai kawasan permukiman skala besar guna menampung kebutuhan perumahan ke depan dengan kapasitas rumah terbangun sebanyak 304.110 unit.
Maja juga berpeluang jadi pusat pertumbuhan baru karena terdapat lahan yang masih luas dan memiliki potensi yang secara keseluruhan mencapai 10.900 hektare. Dengan rincian Kecamatan Maja di Kabupaten Lebak seluas 5.250 hektare, Kecamatan Cisoka dan Tigaraksa di Kabupaten Tangerang seluas 2.650 hektare, dan Kecamatan Tenjo di Kabupaten Bogor seluas 3.000 hektare.
Ali Tranghanda, Direktur Eksekutif Indonesia Property Watch (IPW) mengemukakan, Maja secara ekonomi dan tata ruang memang cocok sebagai daerah industri. Namun potensi ini sangat bergantung pada komitmen pemerintah. "Maja butuh waktu lima sampai 10 tahun untuk menjadi kota industri.
Setelah menjadi kota industri, maka properti akan terpacu dan kawasan hunian baru akan tumbuh," ujarnya. Dia mengatakan, beberapa pengembang besar sudah masuk ke wilayah ini dan menjadikan lahan di Maja sebagai lahan tabungan atau landbank . Yang jelas, harga tanah di Maja saat ini berkisar antara Rp500.000 sampai Rp800.000 per meter persegi bergantung lokasi. Salah satu pengembang yang mulai masuk ke daerah sini adalah PT Ciputra Residence, yang siap mengembangkan proyek skala kota mandiri di Maja.
"Di Maja itu kami punya 2.000 hektare dengan nilai investasi Rp10 triliun. Ribuan hektare ini akan kami bangun skala kota," ujar General Marketing PT Ciputra Residence Yance Onggo. Dengan nama Citra Maja Raya, untuk tahap pertama, pengembang terkemuka ini berhasil memasarkan lebih dari 6.000 unit rumah di 10 kluster dengan dua tipe hunian, yaitu RS dan RE yang memiliki masing-masing dua pilihan desain.
Citra Maja Raya, kata Yance, kini sudah memasuki tahap pembersihan lahan (land clearing ) dan betonisasi jalan utama (boulevard ). Sementara pembangunan area komersial, yaitu ruko pun tengah dilakukan. "Prospek pengembangan perumahan skala kota sangat diminati dan mampu memberikan value added (nilai tambah) bagi konsumennya.
Hal ini pula yang menjadikan berbagai proyek kita menjadi incaran para konsumen," tandasnya. Setelah ini pengembang akan mulai membangun pusat komersial atau central business district (CBD) yang tidak terlalu besar. Kemudian, pembangunan akan berkembang dengan properti lebih variatif, seperti perkantoran dan mal.
Membangun tahap dua yang akan membangun 4.000 rumah. "Maja masih seperti bayi. Harapannya, total pengembangan 2.000 hektare. Ini bukan proyek setahun dua tahun, melainkan untuk 50 tahun ke depan," ujar Yance. Agung Podomoro Group juga tengah melirik kawasan Maja. Menurut Direktur Marketing Agung Podomoro Group Indra W Antono, kawasan Maja memang punya prospek bagus terutama untuk dikembangkan menjadi perumahan.
Pasokan lahan masih luas dan dekat dengan Jakarta. "Kami sudah memiliki lahan di kawasan itu sejak lebih kurang lima tahun lalu. Melalui mitra lokal, kami membelinya dan kemudian akan mengelolanya beberapa tahun lagi. Kami memang belum akan mengembangkannya sekarang, masih menunggu," ujarnya. Dia menambahkan, Agung Podomoro Group menguasai 300 hektare lahan di Maja.
Pihaknya masih menunggu situasi kondusif untuk mulai menggarap aset lahan tersebut sekitar tiga sampai lima tahun ke depan. Tentu saja, kata dia, situasi akan kondusif jika pemerintah melakukan inisiasi dengan menambah infrastruktur jalan dan moda transportasi sebaik kawasan lainnya, seperti Serpong.
Rendra Hanggara
Secara fisik, Maja berada di koridor barat dari sisi Kota Jakarta, sedangkan secara administrasi termasuk ke dalam tiga kabupaten berbeda, yaitu Kabupaten Lebak, Kabupaten Bogor, dan Kabupaten Tangerang.
Kedudukan Maja dalam konteks wilayah yang lebih luas, cukup strategis dan terletak di dua provinsi, yaitu Jawa Barat dan Banten. Beberapa area Bodetabek yang saat ini menjadi penyangga Kota Jakarta untuk beberapa tahun yang akan datang akan menjadi sangat padat.
Jadi, Maja punya peluang besar untuk menjadi penyangga Jakarta. Kementerian Perumahan Rakyat (Kemenpera) telah menetapkan Maja sebagai Kota Kekerabatan berdasarkan Surat Kemenpera No 02/KPTS/M/1998. Maja dirancang sebagai kawasan permukiman skala besar guna menampung kebutuhan perumahan ke depan dengan kapasitas rumah terbangun sebanyak 304.110 unit.
Maja juga berpeluang jadi pusat pertumbuhan baru karena terdapat lahan yang masih luas dan memiliki potensi yang secara keseluruhan mencapai 10.900 hektare. Dengan rincian Kecamatan Maja di Kabupaten Lebak seluas 5.250 hektare, Kecamatan Cisoka dan Tigaraksa di Kabupaten Tangerang seluas 2.650 hektare, dan Kecamatan Tenjo di Kabupaten Bogor seluas 3.000 hektare.
Ali Tranghanda, Direktur Eksekutif Indonesia Property Watch (IPW) mengemukakan, Maja secara ekonomi dan tata ruang memang cocok sebagai daerah industri. Namun potensi ini sangat bergantung pada komitmen pemerintah. "Maja butuh waktu lima sampai 10 tahun untuk menjadi kota industri.
Setelah menjadi kota industri, maka properti akan terpacu dan kawasan hunian baru akan tumbuh," ujarnya. Dia mengatakan, beberapa pengembang besar sudah masuk ke wilayah ini dan menjadikan lahan di Maja sebagai lahan tabungan atau landbank . Yang jelas, harga tanah di Maja saat ini berkisar antara Rp500.000 sampai Rp800.000 per meter persegi bergantung lokasi. Salah satu pengembang yang mulai masuk ke daerah sini adalah PT Ciputra Residence, yang siap mengembangkan proyek skala kota mandiri di Maja.
"Di Maja itu kami punya 2.000 hektare dengan nilai investasi Rp10 triliun. Ribuan hektare ini akan kami bangun skala kota," ujar General Marketing PT Ciputra Residence Yance Onggo. Dengan nama Citra Maja Raya, untuk tahap pertama, pengembang terkemuka ini berhasil memasarkan lebih dari 6.000 unit rumah di 10 kluster dengan dua tipe hunian, yaitu RS dan RE yang memiliki masing-masing dua pilihan desain.
Citra Maja Raya, kata Yance, kini sudah memasuki tahap pembersihan lahan (land clearing ) dan betonisasi jalan utama (boulevard ). Sementara pembangunan area komersial, yaitu ruko pun tengah dilakukan. "Prospek pengembangan perumahan skala kota sangat diminati dan mampu memberikan value added (nilai tambah) bagi konsumennya.
Hal ini pula yang menjadikan berbagai proyek kita menjadi incaran para konsumen," tandasnya. Setelah ini pengembang akan mulai membangun pusat komersial atau central business district (CBD) yang tidak terlalu besar. Kemudian, pembangunan akan berkembang dengan properti lebih variatif, seperti perkantoran dan mal.
Membangun tahap dua yang akan membangun 4.000 rumah. "Maja masih seperti bayi. Harapannya, total pengembangan 2.000 hektare. Ini bukan proyek setahun dua tahun, melainkan untuk 50 tahun ke depan," ujar Yance. Agung Podomoro Group juga tengah melirik kawasan Maja. Menurut Direktur Marketing Agung Podomoro Group Indra W Antono, kawasan Maja memang punya prospek bagus terutama untuk dikembangkan menjadi perumahan.
Pasokan lahan masih luas dan dekat dengan Jakarta. "Kami sudah memiliki lahan di kawasan itu sejak lebih kurang lima tahun lalu. Melalui mitra lokal, kami membelinya dan kemudian akan mengelolanya beberapa tahun lagi. Kami memang belum akan mengembangkannya sekarang, masih menunggu," ujarnya. Dia menambahkan, Agung Podomoro Group menguasai 300 hektare lahan di Maja.
Pihaknya masih menunggu situasi kondusif untuk mulai menggarap aset lahan tersebut sekitar tiga sampai lima tahun ke depan. Tentu saja, kata dia, situasi akan kondusif jika pemerintah melakukan inisiasi dengan menambah infrastruktur jalan dan moda transportasi sebaik kawasan lainnya, seperti Serpong.
Rendra Hanggara
(ars)