Rupiah Ambruk, Sektor Industri Makin Tertekan
A
A
A
SEMARANG - Nilai tukar rupiah yang terus mengalami pelemahan dalam beberapa bulan terakhir mulai berdampak terhadap sektor industri di Jawa Tengah. Pelaku industri kini semakin tertekan.
Ketua Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Jateng, Frans Kongi menyatakan, nilai tukar rupiah yang menyentuh Rp14.000/USD sudah masuk dalam tahap berbahaya. Perusahaan manufakturlah yang paling
terpukul dengan kondisi ini.
Dia menyebutkan, akibat terus melemahnya nilai tukar rupiah terhadap USD, sudah ada beberapa perusahaan yang berhenti beroperasi. Bahkan, setidaknya kurang lebih 2.000 karyawan di Jateng yang sudah di PHK dan dirumahkan.
"Kalau yang kecil-kecil banyak, tapi untuk yang besar sudah ada sekitar 3-4 perusahaan sudah berhenti operasi. Ada perusahaan garmen, plastik, dan baja," ujarnya, Rbu (26/8/2015).
Dia menyebutkan, kondisi saat ini tidak hanya memukul perusahaan-perusahaan yang hanya berorientasi pasar lokal, tetapi juga perusahaan yang orientasi pasar ekspor.
Kondisi ekonomi yang masih lemah mengakibatkan daya beli baik lokal maupun ekspor juga ikut lemah. Akibatnya, stok barang di gudang menumpuk. Sebab itu, sejumlah perusahaan memilih untuk berhenti operasi dan merumahkan karyawan mereka.
"Sekarang ini banyak perusahaan yang beroperasi di bawah kapasitas, karena stok produksi menumpuk di
gudang. Perusahaan yang semula mempekerjakan tiga shift sekarang cuma satu shift, dan lainnya," ujarnya.
Di sisi lain, Frans menilai dengan nilai tukar rupiah tembus di angka Rp14.000/USD yang banyak pengusaha asing menahan investasi mereka, akibatnya lapangan pekerjaan baru tidak ada.
Secara terpisah, Ketua Bidang Industri Kamar Dagang Indonesia (Kadin) Jateng Dedi Mulyadi menuturkan terus melemahnya nilai tukar rupiah, sudah dibahas oleh kalangan pengusaha bersama pemerintah.
Menurutnya, harus ada gebrakan nyata dari pemerintah supaya rupiah tidak terdepresi terus menerus. Salah satunya adalah pemerintah harus segera meningkatkan pembangunan di bidang infrastruktur.
“Memang kondisi ini sangat menyulitkan pengusaha. Karena selain harga bahan baku impor yang mahal, dan untuk pasar baik lokal maupun ekspor juga ikut lesu,” katanya.
Baca juga:
Rupiah Berakhir Makin Nelangsa karena Aksi Jual
Dampak Nyata Pelemahan Rupiah Harga-harga Naik
Rupiah Ambruk, 60.000 Pekerja Tekstil Terkena PHK
Ketua Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Jateng, Frans Kongi menyatakan, nilai tukar rupiah yang menyentuh Rp14.000/USD sudah masuk dalam tahap berbahaya. Perusahaan manufakturlah yang paling
terpukul dengan kondisi ini.
Dia menyebutkan, akibat terus melemahnya nilai tukar rupiah terhadap USD, sudah ada beberapa perusahaan yang berhenti beroperasi. Bahkan, setidaknya kurang lebih 2.000 karyawan di Jateng yang sudah di PHK dan dirumahkan.
"Kalau yang kecil-kecil banyak, tapi untuk yang besar sudah ada sekitar 3-4 perusahaan sudah berhenti operasi. Ada perusahaan garmen, plastik, dan baja," ujarnya, Rbu (26/8/2015).
Dia menyebutkan, kondisi saat ini tidak hanya memukul perusahaan-perusahaan yang hanya berorientasi pasar lokal, tetapi juga perusahaan yang orientasi pasar ekspor.
Kondisi ekonomi yang masih lemah mengakibatkan daya beli baik lokal maupun ekspor juga ikut lemah. Akibatnya, stok barang di gudang menumpuk. Sebab itu, sejumlah perusahaan memilih untuk berhenti operasi dan merumahkan karyawan mereka.
"Sekarang ini banyak perusahaan yang beroperasi di bawah kapasitas, karena stok produksi menumpuk di
gudang. Perusahaan yang semula mempekerjakan tiga shift sekarang cuma satu shift, dan lainnya," ujarnya.
Di sisi lain, Frans menilai dengan nilai tukar rupiah tembus di angka Rp14.000/USD yang banyak pengusaha asing menahan investasi mereka, akibatnya lapangan pekerjaan baru tidak ada.
Secara terpisah, Ketua Bidang Industri Kamar Dagang Indonesia (Kadin) Jateng Dedi Mulyadi menuturkan terus melemahnya nilai tukar rupiah, sudah dibahas oleh kalangan pengusaha bersama pemerintah.
Menurutnya, harus ada gebrakan nyata dari pemerintah supaya rupiah tidak terdepresi terus menerus. Salah satunya adalah pemerintah harus segera meningkatkan pembangunan di bidang infrastruktur.
“Memang kondisi ini sangat menyulitkan pengusaha. Karena selain harga bahan baku impor yang mahal, dan untuk pasar baik lokal maupun ekspor juga ikut lesu,” katanya.
Baca juga:
Rupiah Berakhir Makin Nelangsa karena Aksi Jual
Dampak Nyata Pelemahan Rupiah Harga-harga Naik
Rupiah Ambruk, 60.000 Pekerja Tekstil Terkena PHK
(dmd)