Kontribusi Wisata Bahari Ditarget 30%
A
A
A
NUSA DUA - Pemerintah menargetkan kontribusi wisata bahari meningkat dari 10% saat ini menjadi 30% atau setara 6 juta wisatawan mancanegara (wisman) pada 2019.
Salah satu potensinya adalah pengembangan wisata bahari berkelanjutan di kawasan segitiga terumbu karang.
Deputi Bidang Sumber Daya Manusia, Iptek dan Maritim Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman Safri Burhanuddin mengatakan, sebagai salah satu negara dengan lautan terluas di dunia porsi wisata bahari di Indonesia baru 10%, di mana 15% adalah wisata bawah laut, seperti selam.
Padahal, posisi Indonesia berada pada gugus segitiga karang (coral triangle) yang otomatis memiliki daya tarik alam bawah laut memukau.
“Jumlah turis wisata bahari datanya memang meningkat dari tahun ke tahun. Tapi, jumlahnya tidak sebanding dengan potensinya,” ujarnya kepada media di sela-sela acara Forum Bisnis Regional ke-4 Coral Triangle Initiative on Coral Reefs, Fisheries and Food Security (CTI-CFF) di Nusa Dua, Bali, Kamis (27/8/2015).
Menurut Safri, selain infrastruktur minim, Indonesia juga kurang gencar dan agak telat dalam berpromosi. Dia juga mengingatkan perlunya dukungan hukum seperti kemudahan bagi kapal wisata untuk masuk Indonesia.
“Pada 2016-2017 kapal-kapal wisata diperkirakan akan lebih banyak berlayar di kawasan Asia Pasifik. Ini potensi yang harus ditangkap,” tandasnya.
Dirjen Kelautan, Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) Sudirman Saad mengatakan, untuk mendukung target pencapaian wisata bahari 30%, KKP akan mengoptimalkan pengelolaan kawasan konservasi agar bisa menjadi destinasi wisata yang terjaga keberlanjutannya.
Terumbu karang yang menjadi kekayaan laut Indonesia merupakan potensi wisata yang harus dijaga. Enam negara segitiga karang, yaitu Indonesia, Malaysia, Papua Nugini, Filipina, Kepulauan Solomon dan Timor Leste merupakan pusat keragaman hayati laut dunia dengan lebih dari 2.000 jenis ikan karang dan 600 spesies karang hidup di kawasan ini.
Salah satu potensinya adalah pengembangan wisata bahari berkelanjutan di kawasan segitiga terumbu karang.
Deputi Bidang Sumber Daya Manusia, Iptek dan Maritim Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman Safri Burhanuddin mengatakan, sebagai salah satu negara dengan lautan terluas di dunia porsi wisata bahari di Indonesia baru 10%, di mana 15% adalah wisata bawah laut, seperti selam.
Padahal, posisi Indonesia berada pada gugus segitiga karang (coral triangle) yang otomatis memiliki daya tarik alam bawah laut memukau.
“Jumlah turis wisata bahari datanya memang meningkat dari tahun ke tahun. Tapi, jumlahnya tidak sebanding dengan potensinya,” ujarnya kepada media di sela-sela acara Forum Bisnis Regional ke-4 Coral Triangle Initiative on Coral Reefs, Fisheries and Food Security (CTI-CFF) di Nusa Dua, Bali, Kamis (27/8/2015).
Menurut Safri, selain infrastruktur minim, Indonesia juga kurang gencar dan agak telat dalam berpromosi. Dia juga mengingatkan perlunya dukungan hukum seperti kemudahan bagi kapal wisata untuk masuk Indonesia.
“Pada 2016-2017 kapal-kapal wisata diperkirakan akan lebih banyak berlayar di kawasan Asia Pasifik. Ini potensi yang harus ditangkap,” tandasnya.
Dirjen Kelautan, Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) Sudirman Saad mengatakan, untuk mendukung target pencapaian wisata bahari 30%, KKP akan mengoptimalkan pengelolaan kawasan konservasi agar bisa menjadi destinasi wisata yang terjaga keberlanjutannya.
Terumbu karang yang menjadi kekayaan laut Indonesia merupakan potensi wisata yang harus dijaga. Enam negara segitiga karang, yaitu Indonesia, Malaysia, Papua Nugini, Filipina, Kepulauan Solomon dan Timor Leste merupakan pusat keragaman hayati laut dunia dengan lebih dari 2.000 jenis ikan karang dan 600 spesies karang hidup di kawasan ini.
(rna)